Setelah mengganti setelan pakaian nya dengan pakaian santai. Melvin berjalan keluar kamarnya menuju Buya Hanafi yang sedang membaca kitab di ruang tengah, sementara Umi Fatimah sedang memasak di dapur. Melvin duduk di depan Buya dengan menyentuh lembut lengannya, Buya pun menolehkan kepalanya kearah Melvin sebentar lalu kembali membaca kitabnya.
“Buya, bolehkah saya mengantar Hanif untuk pulang kerumahnya di kampung sebelah?” Buya hanya menganggukkan kepalanya dengan mulut komat kamit. Melvin pun tersenyum dan langsung mencium tangan Buya untuk berpamitan, karena ia sudah lebih dulu berpamitan dengan umi Fatimah. Setelah mengucapkan salam Melvin langsung berjalan ke luar rumah menemui Hanif yang sudah menunggunya di gerbang Pesantren Salafi tersebut. Mereka berjalan beriringan kearah selatan menuju dermaga tempat penyeberangan.
“Nif, kira-kira disini siapa ya yang memiliki ponsel bagus? Saya mau pinjam.” Tutur Melvin sambil berjalan menelusuri jalan raya yang sepanjang jalan masih tanah belum di aspal.
Hanif pun mengerutkan keningnya sambil mengingat sesuatu.
“Setahu Hanif yang memiliki ponsel bagus di kampung sekitar Sido Mukti hanya Dokter Aisyah deh bang. Karena dia berasal dari kota yang kehidupannya sudah maju, tidak seperti disini. Di kampung Hanif pun yang memiliki ponsel hanya ada beberapa orang. Salah satunya Pak Abdul Kepala Sekolah, tetangga hanif. ” Sahut Hanif sambil menendang-nendang kerikil yang berada di tengah jalan untuk kepinggirkan. Ia lalu memandang kearah Melvin sambil menautkan kedua alisnya.
“Bang Faris orang China yah? Kenapa bisa sampai kesini? Aku yakin bang Faris pasti orang kaya.” Selidik Hanif sambil menyipitkan matanya. Melvin menggaruk kepalanya sambil menggigit jari telunjuknya.
“Maksudmu? Kenapa kamu bisa menyimpulkan kalau saya orang China?” Tanya balik Melvin sambil menukikan alisnya yang direspon Hanif dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Ya, kelihatan saja dari wajah dan perawakannya. Dulu aku sering lihat wajah kayak bang Faris itu di TV, wajahnya sering masuk berita. Orangnya pada sipit-sipit, kulitnya pada putih-putih. Kelihatan orang berduitnya bang.” Ujar polos Hanif dengan wajah ketidakcurigaan sedikitpun. Padahal wajah yang sering dilihatnya di layar televisi adalah wajah pemuda yang sedang berjalan disampingnya. Melvin hanya terkekeh sambil membuka peci hitamnya. Ia membiarkan angin memainkan rambutnya yang hitam klimis.
“Tidak semua orang yang berwajah seperti saya orang China Nif. Orang pribumi juga banyak yang memiliki postur kayak saya walaupun tidak keturunan China.” Sahut Melvin sambil memetik bunga yang digapai tangannya. Matanya tak berhenti melirik kesana-sini, melihat pemandangan indah yang baru pertama kali dilihatnya. Nampak di depannya ada beberapa perahu getek yang sudah berjejer, transportasi umum masyarakat setempat untuk menyebrang ke kampung seberang dimana Hanif tinggal.
“Iya sih bang. Bang kita gunakan perahu getek itu untuk menyebrang kesana!” Tunjuk Hanif kearah perahu getek yang sudah ada penumpangnya. Melvin menatap perahu getek itu dengan wajah tercengang, untuk pertama kalinya ia menaiki jenis perahu kayu seperti ini.
“Getek? Apa ini aman Nif?” Hanif menganggukkan kepalanya sambil menggandeng tangan Melvin untuk menaiki perahu getek yang akan berangkat. Muatannya pun tak banyak hanya ada sekitar 5 orang.
“Aman bang. Ini alat transportasi di kampung kami. Disini masih tradisional bang, kesana-kemari menggunakan ini. Di kampung kami jarang ada yang memiliki motor apalagi mobil. Yang punya mobil pun hanya satu, Haji karsa pemilik grosir terbesar di kampung aku.” Terang Hanif sambil duduk di papan kayu yang sengaja dibentangkan di perahu getek tersebut.
“Jangan takut bang. Ini aman kok!” Kekeh Hanif tersenyum sambil memegang lengan Melvin yang bergetar dan dengan wajah takut.
“Ini pengalaman pertama saya naik perahu kayak gini. Sumpah deg-degan banget.” Jujur Melvin sambil mengusap keringat didahinya. Ia melihat ibu-ibu yang duduk disampingnya yang sedang mengobrol dengan pengemudi perahu getek tersebut.
“Iya Pak. Saya kesel sama acara televisi sekarang, gak jauh-jauh yang ditayanginya berita tentang anak konglomerat yang di tembak itu. Kayak yang gak ada acara lain aja. Dari mulai gosip sama talk show yang dibicarakannya itu-itu mulu. Saya jadi kesel Pak, gak tontonan yang bermutu.” Curhat ibu-ibu di sampingnya sambil mengibas-ngibaskan kipas kewajahnya yang nampak memerah karena terkena sinar matahari pagi. Bapak-bapak pengemudi getek itu hanya tersenyum sambil menjalankan perahu getek yang menggunakan solar tersebut.
“Namanya juga konglomerat Bu. Kan berita mereka yang paling ditunggu untuk dikonsumsi masyarakat. Dari mulai kejelekan sampai kebaikannya. Makanya saya jarang nonton televisi, karena yang di putar berita itu mulu. Padahal saya nonton berita, cuman mau dengar klarifikasi dari keluarga Shinwa yang kaya raya, yang anaknya menghilang setelah memeluk agama Islam itu. Tapi berita wanita tua yang gila harta itu berhasil menggeser berita keluarga Nagara yang sempat viral itu.” Jawab pengemudi getek tanpa melihat wajah pias Melvin yang sedang duduk di belakangnya. Melvin hanya menundukkan kepalanyanya agar orang-orang tak mengenali wajahnya. Ternyata berita keislamannya sudah sampai ke pelosok desa ini. Melihat Melvin yang menunduk, hanif langsung menoel bahunya.
“Apa pusing ya naik perahu getek? Apa abang mual?” Tanya Hanif sambil mengelus pundak Melvin yang dia pikir melvin akan muntah. Melvin mengangkat wajahnya dan tersenyum.
“Saya baik-baik saja Nif.” Jawab pelan Melvin. Ibu-ibu yang ada disampingnya pun melihat kearahnya dengan membelalakan matanya.
“Ya Allah, ganteng amat.” Lirih ibu-ibu itu menatap Melvin dengan tak mengedipkan matanya. Hanif dan Melvin pun saling pandang dengan mengangkat bahunya. Lalu menatap wajah ibu-ibu itu dengan salah tingkah.
“Mas orang mana? Wajahnya serasa gak asing?” Karena penasaran, Bapak pengemudi getek itu menolehkan kepalanya ke belakang kearah Melvin. Matanya menatap dalam wajah melvin dengan jakun naik turun. Melihat tatapan itu, Melvin berusaha menguasai dirinya dengan tersenyum.
“Saya Faris Bu. Anak angkatnya Buya Hanafi pemilik Pesantren Salafiyah di kampung Sido Mukti.” Melvin memperkenalkan dirinya karena melihat tatapan bapak-bapak pengemudi getek yang sedang menelisiknya.
“Wajah Mas ini mirip sama seseorang yang sering saya lihat di televisi.” Timpal pengemudi getek itu yang masih menatap kearah Melvin. Melvin pun tersenyum kaku sambil menggaruk dagunya.
“Mana mungkin mirip Pak. Saya hanyalah pemuda desa biasa. Jika pun mirip, bukankah Allah menciptakan 7 manusia mirip di dunia ini?” ucap Melvin sambil tersenyum. Kini giliran Hanif yang menatapnya dalam.
“Tapi sumpah, wajah mas mirip banget.” Jawab pengemudi getek itu yang kembali menolehkan wajahnya kearah Melvin.
“Emang siapa yang mirip dengan saya Pak?” Tanya pura-pura Melvin dengan wajah yang di buat sepolos mungkin.
“Yang anak sulung keluarga Nagara itu. Saya lupa namanya.” Ibu-ibu yang duduk di samping Melvin pun ikut berpikir sambil memegang kepalanya untuk mengingat sesuatu.
“Ohh yang namanya Melvin itu kan Pak?” Teriak ibu-ibu itu sambil berjingkrak. Kini giliran Melvin yang menelan salivanya kasar.
“Iya Bu. Kalau gak salah itu namanya. Mas ini mirip sekali kan?” Ibu-ibu itu menatap Melvin sampai tak berkedip.
“Iya mirip banget. Pantesan saya serasa pernah melihatnya.”
“Mana mungkin Bu, Pak. Orang abang ini namanya Faris bukan Melvin. Ya kalau abang ini Melvin, mana mungkin dia ada disini, di kampung kita. Yang pasti ada di kota Surabaya, bukan di pelosok kayak gini. Mana mau dia kesini.” Sahut Hanif membela Melvin. Ia pun belum menyadari bahwa Faris dan Melvin adalah orang yang sama.
“Iya juga sih. Mana mau orang kaya ke kampung kita yang terletak di pelosok ini.” Seru Bapak-bapak pengemudi getek tersebut sambil menepikan getek ke dermaga. Melvin bisa kembali bernafas lega, karena mereka hampir saja berhasil membongkar jati dirinya.
“Pak ini ongkos kami berdua. Terima kasih sudah mengantar kami. Assalamualaikum,” Hanif menyondorkan uang Rp. 5000 dua lembar kepada pengemudi itu. Lalu meninggalkan dermaga menuju rumahnya.
“Nif, emang berita apa sih yang lagi rame sekarang? Setiap saya bertemu ibu-ibu, yang dibicarakannya pasti berita itu. Emang berita apa?”
“Ohh itu. Waktu minggu kemarin Hanif pulang kesini, itu berita lagi rame-ramenya. Tentang Nenek yang gila harta, yang meracuni anaknya, menculik cucu lelakinya, dan menembak cucu perempuannya. Kau tahu bang? Cucu perempuannya itu cantik banget, dia seorang muslim taat walaupun keluarganya non Muslim. Yang Hanif dengar sih sampai sekarang wanita itu belum sadarkan diri dan masih koma.” Melvin mendengarkan seksama ucapan Hanif tanpa rasa curiga sedikitpun. Ia malah bersimpati kepada wanita yang masih berada dalam kondisi koma itu.
“Kasian sekali ya Nif, mudah-mudahan dia cepet sadar. Baru saya denger ada Nenek sekejam itu. Kau tahu nama wanita itu?” Hanif menggelengkan kepalanya dengan langkah pelannya.
“Karena banyak hafalan yang diberikan Buya. Hanif sampai lupa dengan nama wanita cantik itu hehe. Tapi kalau gak salah namanya itu ada Lin lin nya.” Melvin terkekeh sambil memukul pelan bahu Hanif karena gemas melihat ekspresi wajahnya.
“Kalau orang Chinese, yah namanya kayak gitu. Bisa jadikan namanya Lin lin haha.” Tawa melvin yang menyebabkan orang langsung melihat kearahnya. Hanif menatap jengah kearah Melvin dengan mencebikkan bibirnya.
“Ehh bang Faris, Hanif mau tanya. Bang Faris deket ya sama dokter Aisyah?” Melvin menukikan kedua alisnya menatap bingung kearah Hanif.
“Maksudnya Nif? Deket kayak gimana ya?”
“Kata para santri yang lain. Kalian memiliki hubungan yang spesial, karena Dokter Aisyah akhir-akhir ini sering mengirimkan makanan ke rumah Umi dan akhir-akhir ini Dokter Aisyah juga rajin datang ke Pesantren. Padahal dulu jarang sekali. Kalau pun ke pesantren palingan buat ngecek kondisi santri yang lagi sakit.” Terang Hanif yang mendapat kekehan dari Melvin.
“Mungkin dia pengen jadi santri kali makanya rajin datang ke Pesantren. Soal hubungan, saya dan dokter Aisyah tidak ada hubungan apa-apa. Dia sebagai Dokter dan saya sebagai pasien. Karena saya sudah memiliki calon istri, hati saya sudah di bawa pergi olehnya, tak mungkin saya membuka hati untuk wanita lain. Dia sudah cukup bagi saya. Kami saling mencintai.” Jawab singkat Melvin sambil mengingat sosok Meida.
“Wah bang Faris sudah memiliki calon istri, aku kira belum. Apa calon istri bang Faris tahu kalau abang ada disini?” Melvin terdiam lalu menggelengkan kepalanya lemah dengan pandangan nanar. Melihat itu Hanif pun merasa bersalah, lalu mengalihkan pembicaraannya.
“Itu rumah Hanif bang! Sebentar lagi kita sampai.” Hanif menunjuk kearah rumah panggung yang dinding nya terbuat dari papan kayu yang terukir. Rumah itu cukup besar dengan tangga yang berada di depan rumah untuk akses masuk menuju ke dalam.
-
Melvin dan Hanif kembali pulang ke pesantren dengan menenteng Plastik hitam besar. Orang tua Hanif memberikan mereka masing-masing 1 plastik besar berisi sayuran mentah. Untuk pertama kalinya Melvin menenteng barang sebanyak itu.
“Bang Faris banyak Fansnya. Keluarga aku banyak yang menyukai bang Faris. Tadi Abang pinjam ponsel Pak Abdul buat apa?” Sambil menaiki getek kembali melvin menjawab pertanyaan dari Hanif.
“Saya habis menghubungi teman saya lewat e-mail. Supaya dia segera menghubungi saya kalau sudah menerima e-mail tersebut. Karena saya tak mungkin selamanya disini Nif, saya harus pulang. Calon istri saya sudah menunggu saya disana. Sekitar 5 hari lagi, hari pernikahan kami. Saya tak mungkin mengingkari janji saya untuk tak datang. Saya tak ingin membiarkan dia malu oleh keluarga besarnya jika saya tak datang.” Jawab Melvin sambil meletakkan plastik hitam di sampingnya.
“Emang e-mail itu apa bang? Aku baru denger loh dari abang.” Melvin menggelengkan kepalanya dengan mengusap kepala Hanif lembut.
“E-mail itu pesan elektronik sejenis pesan biasa Nif. Tapi yang ditujunya lebih pribadi. Nanti kalau sudah ada ponsel bagus, saya ajarin kamu deh.”
Mereka terus saja berbincang sampai tak sadar sudah berada di depan gerbang Pesantren. Wajah Melvin nampak memerah dengan keringat bercucuran, karena siang itu cuaca cukup panas. Melvin menenteng bawaannya ke rumah Buya, sedangkan Hanif membawa bawaannya ke pondok Putra.
“Assalamualaikum.” Melvin mengucapkan salam. Lalu membuka pintu depan dan membawa tentengan plastik nya kearah dapur. Di ruang tamu, nampak Buya dan Umi sedang menonton televisi. Melvin menghampiri mereka berdua untuk mencium tangannya.
“Waalaikumsalam.”
“Apa yang kamu bawa Nak?” Tanya heran Umi sambil melihat kearah plastik hitam.
“Ini ...”
Di dalam sel, Grace terpapar penyakit aneh, seluruh tubuhnya terluka akibat cakaran dari tangannya dengan bekas luka yang bernanah. Kondisinya sangat memprihatikan dan terpaksa harus dipindahkan ke sel dengan keadaan seorang diri. Dan dia sempat beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri, namun dapat di gagalkan oleh Polisi yang menjaga selnya. Sementara Jaslin korban penembakan oleh Neneknya sendiri sampai sekarang masih koma. Menurut keterangan dari Jackson Dokter spesialis yang menangani Jaslin sekaligus sepupunya, keluarga besar Atmadja berencana akan membawanya ke Rumah Sakit The University of Tokyo Hospital, Jepang. Yang merupakan salah satu Rumah Sakit terbaik di dunia ini untuk melakukan pengobatan, jika selama seminggu ini kondisi Jaslin tidak mengalami perkembangan. Dan berita selanjutnya, sekaligus berita yang kita tunggu-tunggu, malam ini keluarga Atmadja akan melakukan Jumpa pers di Lobby rumah sakit sekitar jam 19:00, yang akan disampaikan oleh Andress Atmadja selaku Putra sulung dari Gilbert Atmadja.
Tubuh Melvin bergetar mendengar berita itu. Pandangannya nanar dengan jantung yang berdetak cepat. Ia tak ingin mempercayai berita itu, tapi kelebatan demi kelebatan ucapan ibu-ibu yang ditemuinya serta ucapan hanif membuat tumbuhnya lemah seakan tak berpijak.
-
☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕🥰🥰🥰🥰🥰
Maaf yah kemarin absen dulu karena ada halangan 🙏
Jangan lupa, like, komen, vote, subscribe, rate, sama hadiahnya 🤗🤗
Di tunggu 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Nur hikmah
nyesek y ko......mg2 koko mlvin cpt pulang n bersatu ma meida......uh kbyang klw mrk ktmu n nkh.....g sbr mnanti bucinya koko mlvin
2022-02-12
0
Siti Mutmainah
uh uh salad, semoga koko ketemu
2022-02-12
1
Yenie Sri Mullyani
ko cepetan pulang aku kasih pinjam pintu doraemon deh biar cepat 😁
2022-02-11
3