Sadarlah!

“Mih, ada Jonathan di depan! Mamih tolong alihkan perhatian mereka. Biar aku yang menghampirinya lewat halaman belakang!” Bisik Melisa kearah Helena sambil menunjuk kearah beberapa bodyguard yang berjaga di dalam rumahnya. Helena menganggukkan kepalanya sambil menggaruk dagunya mencari ide untuk mengelabui beberapa bodyguard tersebut.

“Yaudah, serahkan semuanya pada Mamih! Sekalian kamu bawa surat yang dititipkan oleh koko-mu! Dalam hitungan 3 mamih akan berteriak, kamu bersembunyi di bawah tangga itu. Ketika bodyguard itu menghampiri mamih, kamu dengan pelan-pelan jalan ke belakang!” Perintah Helena sambil mendorong pelan bahu anaknya untuk segera bersembunyi di bawah tangga. Ia memberi aba-aba pada anaknya lalu langsung berteriak.

Arrgghhhhhh

Teriakan Helena yang memekikan telinga menggema di pendengaran mereka. Para penghuni rumah itu kaget ketika mendengar teriakannya. Mereka langsung berlari terpogoh-pogoh kearahnya. Sehingga penjagaan pun melonggar.

Setelah memastikan keadaan cukup aman, Melisa langsung berlari ke halaman belakang. Lalu berjalan mengendap-endap ke halaman depan.

“Jo ... “ Panggil pelan Melisa sambil melempar kerikil ke kepala Jo yang sedang duduk pasrah di dekat pos penjagaan. Ia sudah beberapa kali menghiba untuk masuk ke dalam rumah Nagara untuk bertemu Melvin dan Melisa tapi tak diizinkan. Jonathan menolehkan kepala mencari sumber suara yang memanggilnya barusan, ia melihat, nampak Melisa sedang berjongkok di bawah jendela dengan melambaikan tangan kearahnya agar Jonathan menghampirinya dengan pelan-pelan. Jonathan pun berjalan mengendap-endap kearah Melisa lalu langsung memeluknya.

“Jo, jangan disini! Ikut dengan mbak!” Melisa melerai pelan pelukan Jonathan lalu menggandeng tangannya ke halaman belakang.

Melisa mengajak Jonathan duduk di kursi yang berada di bawah pohon palem. Ia sengaja duduk disana, karena pohon itu cukup besar yang bisa menutupi mereka dengan akar-akar pohonnya.

“Kita sembunyi disini Dek!” Melisa lebih dulu duduk di bangku tersebut sebelum ada yang mengetahui keberadaan mereka. Ia kembali menatap kearah Jonathan yang sedang menatapnya bingung.

“Kamu pasti bertanya-tanya kan dengan semua ini? Inilah hidup kami sekarang Jo. Tidak bebas seperti dulu! Oh yah, bagaimana keadaan Meida? Apa sudah ada perkembangan?” Jonathan menatap sendu kearah melisa lalu menundukkan wajahnya dengan tangan memainkan akar-akar pohon tersebut.

“Cici belum ada perkembangan mbak, dia masih koma.” Jawab pelan Jonathan yang menyandarkan kepalanya ke pohon tersebut. Ia menerawang pandangannya ke depan dengan melipat sebelah kakinya. Suasana pun mulai hening, Melisa dan Jonathan tenggelam dengan pikiran masing-masing.

“Jo ...” Parau Melisa sambil memegang bahu Jonathan agar tersadar dari lamunannya.

“Semenjak Keislaman koko terungkap, keadaan ternyata di luar dari yang kami perkirakan. Papih dan keluarga besar sangat menentangnya. Hingga Papih membatasi pergerakan kami dengan cara menambah bodyguard untuk memantau kami, dan Papih juga menyita semua akses yang kami miliki. Inilah alasan kalian tidak bisa menghubungi kami selama ini. Bukannya kami menghilang atau apa ... tapi inilah kenyataannya!” Jonathan menolehkan kepalanya kearah Melisa yang sedang tertunduk. Kini ia mengetahui alasannya, kenapa keluarga Nagara tiba-tiba menghilang.

“Mbak, Ko Melvin dimana? Tak bisakah mbak membawanya kesini? Cici menunggu kedatangannya selama berminggu-minggu ini, sampai terjadi penembakan itu. Cici ingin sekali bertemu dengan koko. Tak bisakah mbak membawanya kesini? Jo ingin mengatakan sesuatu padanya. Jo ingin menagih janjinya untuk mencintai cici setulus hatinya. Jo sengaja datang kesini untuk menemuinya, untuk melihat cici meida. Sebelum kejadian itu, cici sangat merindukan nya.” Mendengar ucapan Jonathan. Melisa malah menangis tergugu sambil menyembunyikan wajahnya di lututnya. Ia tak bisa berbuat banyak, hatinya ikut sakit mendengar meida yang selalu menunggu Melvin untuk datang, dan Melvin yang pergi karena keadaan, yang entah sekarang berada di bumi bagian mana.

“Mbak, Jo mohon ... sampaikan pada Ko Melvin, tolong jenguk cici Meida ... dia sangat membutuhkan kehadiran Ko Melvin di sampingnya. Karena Jo yakin, lewat kehadiran ko Melvin akan mempercepat kesadaran cici ... Jo tak tega melihat keadaannya ... Mbak tahu sendiri, Jo sangat menyayanginya ... Jo tak ingin kehilangannya ... Jo tak ingin mengakhiri perpisahan kami dengan keadaan yang sama-sama menderita ...” Lirih Jonathan dengan suara bergetar. Bahunya ikut terguncang dengan bibir yang menggigit tangannya yang terkepal. Melisa menolehkan kepalanya kearah Jonathan dengan air mata yang dibiarkannya berderai.

“Jo, mbak tahu kamu kesini untuk mencari ko Melvin. Karena koko yang tiba-tiba menghilang dari keluarga kalian. Tapi asal kamu tahu, mbak pun tak tahu koko sekarang berada dimana ... “ Melisa tak mampu melanjutkan ucapannya yang tercekat di tenggorokannya. Jonathan langsung menatap dalam kearahnya.

“Maksud mbak apa?” Jonathan belum bisa mengerti dengan ucapan yang melisa katakan.

“Subuh itu, setelah ko Melvin mengantarmu dan Meida untuk mengunjungi rumah orang tua mu untuk pertama kalinya ... Koko pergi ... dia terpaksa pergi ... untuk menjalani hukumannya, karena telah membawa aib untuk keluarga kami dengan keislamannya ... koko terpaksa diasingkan ke pulau terpencil ... tak ada yang mengetahui dimana-mana nya ... Sebelum kepergiannya subuh itu, dia menitipkan ini untuk Media.” Melisa mengambil lipatan kertas yang berada di kantong celana hotpants nya. Ia menyodorkan kearah Jonathan. Jonathan menerima lipatan kertas itu dengan tangan bergetar.

“Koko hanya menitipkan ini pada Meida ... surat ini dia tulis di depan kami dengan tangan bergetar dan bercucuran air mata ... dia sangat mencintai meida Jo ... sampai detik-detik kepergiannya ... yang dipikirkannya adalah cici-mu. Boleh mbak pinjam ponsel mu? Mudah-mudahan ini bisa membantu Meida.” Jonathan menganggukan kepala dengan wajah tak percaya dengan air mata yang berlomba-lomba keluar dari matanya. Selama 3 minggu ini, ternyata Melvin menghilang bukan karena lelah menghadapi mereka, tapi karena terpaksa.

Ko, maaf aku pernah berprasangka buruk pada-Mu. Maafkan aku ... tetaplah kuat disana ... ada kami yang menunggu mu disini.  Gumam Jonathan dalam hati sambil menyusut air matanya.

Melisa buru-buru mengambil ponsel Jonathan lalu merekam suaranya.

Meida, ini saya Melisa ... saya tak tahu apa yang kamu rasa sekarang, tapi saya sakit mendengar keadaanmu seperti ini. Maaf, kami tak bisa menjengukmu, walaupun kami sangat ingin kesana. Lirih Melisa sambil menghapus air matanya.

Meida, bertahanlah! Maaf, selama ini kami membuatmu bertanya-tanya tentang kami yang tiba-tiba menghilang, dan tanpa memberi kabar. Asal kamu tahu! Semuanya tak seperti apa yang kamu bayangkan ... keluarga kami menghadapi masa-masa yang sulit ... mengambil jalan yang sangat bertentangan dengan kata hati kami ... bukan maksud kami menjauh, tapi keadaan yang membuat kami menjauh. Melisa kembali menjeda ucapannya dengan menarik nafasnya dalam.

Meida, asal kamu tahu ... koko sedang berjuang disana untuk kembali! Sadarlah! Sambut koko datang! Dia sangat mencintai mu ... seluruh cintanya sudah ia berikan padamu ...

Mbak mohon sadarlah! Sambutlah perjuangannya! Dia rela meninggalkan semuanya demi kamu ... jangan kau biarkan perjuangannya sia-sia ketika melihat mu seperti ini ..

Kau tahu, ia paling tak bisa melihat mu terluka ... jika melihat kamu yang terbaring seperti ini, bagaimana perasaannya? Perasaan dia pasti hancur meida, benar-benar hancur. Dia pasti terpuruk disana ... apa kamu rela melihat dia seperti itu?

Berjuanglah untuk sadar ... berjuanglah untuk kembali ... banyak orang menantimu disini ... apa kamu tega melihat orang tercintamu menangis? Apa kamu tega melihat orang tercintamu terpuruk?

Berjuanglah! Karena dia disana sedang berjuang untukmu! Dia sedang berjuang untuk kembali.

Melisa menyudahi rekaman suaranya dengan bercucuran air mata. Ia tak bisa melanjutkan ucapannya ketika membayangkan perasaan kokonya disana seperti apa, jika melihat kondisi meida yang sekarang.

“Jo, sampaikan pada keluarga besarmu. Maaf kami belum bisa kesana, belum bisa menjenguk cici-mu. Sampaikan salam kami. Dan tolong sampaikan, bahwa ko Melvin benar-benar mempunyai itikad baik dengan keluarga kalian, dan kami mohon jangan pernah meragukannya. Kami minta do’anya semoga ko Melvin cepat-cepat kembali dengan keadaan sehat dan tak kurang satupun.” Jonathan menganggukkan kepalanya dengan menggenggam erat tangan Melisa.

“Iya mbak. Kenapa kejadiannya bisa seperti ini? Jo benar-benar tak menyangka ... kenapa semua sesulit ini ... Jo harus apa? Padahal Jo sudah berjanji pada cici untuk membawa koko kesana.” Melisa tersenyum dengan air matanya. Ia memegang bahu Jonathan dan menepuk-nepuknya.

“Ini semua takdir Jo. Kita tak bisa melawan takdir yang sudah di tulis Tuhan. Kita hanya mampu menerimanya dengan lapang dan bersabar.”

“Jo, pergilah! Sampaikan surat ini pada Meida. Sebelum ada orang yang memergoki kita disini.” Jonathan menghapus air matanya lalu menganggukan kepalanya. Sebelum Jonathan pergi, melisa terlebih dahulu memeluknya. Pelukan perpisahan yang entah kapan mereka akan bertemu kembali.

“Kamu jangan lewat depan! Lurus aja dari sini! Di depan ada pintu keluar menuju jalan raya, nanti kamu masukan password 4575 untuk membuka pintunya.” Melisa menunjuk kearah depannya. Kearah jalan setapak yang lurus, yang kiri kanannya di tumbuhi pohon-pohon.

“Mbak, aku pergi. Semoga kita terus kuat melewati semua ini.”

“Iya Jo, semoga saja. Hati-hati!” Jonathan terus berjalan tanpa melihat ke belakang. Karena ia tahu, melisa sedang menatap kepergiannya dengan pandangan nanar.

-

Sore itu, Buya mengajak Melvin untuk berkeliling-keliling kampung. Ia ingin memperkenalkan tentang kampung Sido Mukti pada Melvin. Ia ingin menghibur Melvin, karena  melihat wajahnya yang kembali murung. Selama perjalanan, Buya terus memancing melvin agar banyak bicara.

“Nak, inilah kampung Sido Mukti. Walaupun kampung kami tertinggal dari kampung yang lain, tapi kampung kami masih mengutamakan kebersamaan yang tak dimiliki kampung lain.” Ujar Buya Hanafi sambil menunjuk kearah ibu-ibu yang sedang berkumpul nonton televisi di salah satu rumah warga. Karena di kampung itu hanya beberapa orang yang memiliki televisi, karena keterbatasan ekonomi. Jadi setiap warga yang tidak memiliki televisi, pasti menonton di salah satu rumah yang memilikinya.

“Mau kemana Buya?” Tanya salah satu ibu-ibu yang berada di perkumpulan itu. Mereka berkumpul sambil membawa anaknya untuk bermain.

“Mau lihat-lihat kampung ini Bu. Oh yah, perkenalkan ini anak angkat saya, namanya Faris.” Buya memperkenalkan Melvin kearah ibu-ibu tersebut. Melvin pun tersenyum lalu menganggukan kepalanya.

“Wajah masnya tampan, saya serasa pernah melihat gitu. Tapi lupa dimana.” Timpal salah satu ibu-ibu dengan badan yang cukup berisi. Buya pun hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, karena ia yakin ibu-ibu tersebut pernah melihat Melvin di televisi.

“Itu perasaan ibu-ibu aja. Lagi ada acara apa nih ngumpul-ngumpul?” Buya Hanafi mengalihkan pembicaraan. Agar tidak memperpanjang topik pembicaraan tentang Melvin.

“Biasa Buya, kami habis nonton berita. Berita tentang orang kaya yang pada gila harta.” Ceplos salah seorang ibu-ibu sambil menyuapi anaknya.

“Bener Buya. Demi harta, Nenek kandung sampai rela menembak cucunya sendiri. Nauzubillah!” Saut ibu-ibu yang lainnya. Melvin hanya mendengarkan tanpa mencerna ucapan ibu-ibu tersebut. Ia tak sadar, yang sedang dibicarakan oleh ibu-ibu tersebut adalah calon istri yang sangat dirindukannya.

“Sudah-sudah, jangan membicarakan kejelekan orang lain, gak baik. Jatuhnya ghibah!” ujar Buya Hanafi sambil merapikan sorbannya, ia menepuk pundak Melvin yang kembali sedang melamun.

“Kami permisi dulu. Assalamualaikum.” Pamit Buya Hanafi mengajak Melvin untuk kembali ke pesantren.

Jingga mulai menguning, surya mulai meredup, awan hitam mulai menggantung.

Kepadamu senja saya titipkan salam, sampaikan kepada sang rembulan malam, bahwa disini saya sangat memendam rindu yang amat dalam. Batin Melvin sambil menatap kearah temaram senja yang berada di depannya.

_

☕☕☕☕☕☕☕☕

Jangan lupa, like, komen, vote, rate, sama hadiahnya 🤗😘

Terpopuler

Comments

Bilqis Wulandari

Bilqis Wulandari

lanjut

2022-02-10

1

Nur hikmah

Nur hikmah

lnjut thor....jgn lma2.......lope2 buat koko melvin....

2022-02-10

2

Yseptiani

Yseptiani

sadar mei ko melvin sedang berjuang
tunggu dia kembali

2022-02-10

6

lihat semua
Episodes
1 Kekuatan Cinta
2 Menahan Rindu
3 Sadarlah!
4 Berita
5 Koko Pasti Kembali
6 Rapuh
7 Hapuslah Rasa Cinta
8 Saya Harus Pulang!
9 Saya Tunggu Kamu Disini!
10 Jadilah Suami dan Ayah yang Hebat!
11 Meida, saya pulang!
12 Pulanglah!
13 Dia menjemputmu!
14 Izinkan Saya Untuk Menikahinya
15 Kekuatan Cinta
16 Saya Melvin Nagara
17 Assalamualaikum Istriku!
18 Ujian Pertama
19 Mencuri Ciuman Pertama
20 Dia Suamimu!
21 Wo Ai Ni
22 Hamil
23 Hidup dan Matinya adalah Tanggung Jawab Saya
24 Happy. Birthday
25 Resepsi Pernikahan
26 Amanah
27 Gantung Diri
28 My Hubby
29 dr. Aisyah
30 Datang
31 Move on
32 Patah Hati
33 Drama di waktu Subuh
34 Bahagiakan Dia
35 Nasihat Daddy
36 Man Rabbuka
37 Ini Puring, bukan baju
38 Nyetak
39 Aku berhak untukmu By.
40 Melisa waraslah
41 Sakit
42 Bangunlah Nyonya Nagara
43 Dimuseumkan
44 Ciuman Pertama
45 Vampire
46 Ibu Negara
47 Meida Jaslin Atmadja
48 Puasa
49 Masa lalu
50 Aku telah mempercayaimu sepenuhnya!
51 Senyum Bulat Sabit
52 Tentang Jack
53 Berhasil Move on?
54 Cinta Membuat Orang Bodoh
55 Buka Puasa
56 Vitamin
57 Ayo Jodohkan Mereka
58 Acara Tea Pai
59 Memberikan Pelajaran
60 Gugup
61 I Patah hati
62 Pawang
63 Menyesal
64 Hidup itu harus terencana
65 Kajian Ustadz Zhaf
66 Kalah Start
67 Aku Takut!
68 Aku Hamil Sayang
69 Selamat tinggal luka, selamat datang cinta
70 Atasan Yang Menyebalkan
71 Maafkan Aku!
72 Pulang
73 Payah!
74 Cemburu
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Kekuatan Cinta
2
Menahan Rindu
3
Sadarlah!
4
Berita
5
Koko Pasti Kembali
6
Rapuh
7
Hapuslah Rasa Cinta
8
Saya Harus Pulang!
9
Saya Tunggu Kamu Disini!
10
Jadilah Suami dan Ayah yang Hebat!
11
Meida, saya pulang!
12
Pulanglah!
13
Dia menjemputmu!
14
Izinkan Saya Untuk Menikahinya
15
Kekuatan Cinta
16
Saya Melvin Nagara
17
Assalamualaikum Istriku!
18
Ujian Pertama
19
Mencuri Ciuman Pertama
20
Dia Suamimu!
21
Wo Ai Ni
22
Hamil
23
Hidup dan Matinya adalah Tanggung Jawab Saya
24
Happy. Birthday
25
Resepsi Pernikahan
26
Amanah
27
Gantung Diri
28
My Hubby
29
dr. Aisyah
30
Datang
31
Move on
32
Patah Hati
33
Drama di waktu Subuh
34
Bahagiakan Dia
35
Nasihat Daddy
36
Man Rabbuka
37
Ini Puring, bukan baju
38
Nyetak
39
Aku berhak untukmu By.
40
Melisa waraslah
41
Sakit
42
Bangunlah Nyonya Nagara
43
Dimuseumkan
44
Ciuman Pertama
45
Vampire
46
Ibu Negara
47
Meida Jaslin Atmadja
48
Puasa
49
Masa lalu
50
Aku telah mempercayaimu sepenuhnya!
51
Senyum Bulat Sabit
52
Tentang Jack
53
Berhasil Move on?
54
Cinta Membuat Orang Bodoh
55
Buka Puasa
56
Vitamin
57
Ayo Jodohkan Mereka
58
Acara Tea Pai
59
Memberikan Pelajaran
60
Gugup
61
I Patah hati
62
Pawang
63
Menyesal
64
Hidup itu harus terencana
65
Kajian Ustadz Zhaf
66
Kalah Start
67
Aku Takut!
68
Aku Hamil Sayang
69
Selamat tinggal luka, selamat datang cinta
70
Atasan Yang Menyebalkan
71
Maafkan Aku!
72
Pulang
73
Payah!
74
Cemburu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!