Satu Minggu berlalu, Bryan akhirnya mau menikah dengan Aya setelah beberapa perdebatan dengan sang Papa. Bryan kalah telak sehingga mau tidak mau Ia harus menuruti keinginan Papanya. Hingga sebuah acara pernikahan megah pun sudah di persiapkan oleh Tuan Bagaskara.
Banyak tamu undangan yang hadir dalam acara pernikahan megah itu. Namun dari semuanya,tak ada satupun keluarga Aya yang hadir di sana. Karena Aya hanya memiliki ayahnya yang sekarang masih terbaring di rumah sakit.
Sang ayah masih belum membuka matanya setelah operasi besar pada jantungnya. Dan itu sungguh membuat Aya begitu sedih saat ini.
Karena orang yang sangat penting dalam hidupnya masih terbaring lemah di rumah sakit, sedangkan saat ini Ia sangat membutuhkan dukungan dari sang ayah.
Air mata itupun sesekali menetes, hingga MUA yang meriasnya harus berkali-kali membenahi make-upnya.
"Nona tenangkan diri anda. Saya tahu Anda bersedih. Tapi tolong bantulah saya untuk menyelesaikan makeup ini. Tuan Bagaskara pasti akan marah kepada saya nanti bila semua tak kunjung selesai," ucap penata rias itu.
Aya pun langsung berhenti meneteskan air matanya. Ia akan berusaha keras menghadapi semua ini. Ia harus kuat demi sang Ayah.
"Maafkan aku Nona, kalau begitu mari kita selesaikan. Aku tidak akan menangis lagi," ucap Aya.
Melihat Aya yang terlihat nampak lebih baik, perias pengantin itu pun tersenyum dan segera menyelesaikan pekerjaannya.
Sedangkan saat ini Bryan hendak melakukan ijab Kabul. Karena Ayah Aya masih berada di rumah sakit, maka dari itu Tuan Bagaskara lah yang menjadi wali untuk Aya.
Bryan sedari tadi terus saja menatap kearah sang mantan kekasihnya yang saat ini menitihkan air matanya. Karena Rena juga hadir dalam pernikahannya.
Hingga penghulu pun memanggil nama Bryan untuk duduk di depannya.
"Tuan muda Bryan, kita akan memulai acara ijab Kabul ini." Ucap penghulu itu dan dianggukki oleh Bryan.
Penghulu pun melafazkan doa sebelum ijab Kabul di mulai. Setelah selesai, Ia menyuruh Tuan Bagaskara untuk menjabat tangan Bryan untuk melakukan ijab Kabul. Karena saat ini Tuan Bagaskara lah wali Aya.
Hingga lantunan ijab Kabul terdengar indah dari mulut Bryan. Dengan sekali tarikan kata sah pun terdengar dari para saksi yang ada di sana.
Dan kini saatnya pengantin wanita pun harus menemui pria yang sudah resmi menjadi suaminya.
Semua mata tertuju pada sosok pengantin yang sudah di tunggu kehadirannya di sana. Semua orang terpukau dengan kecantikan Aya. Kecantikan yang tertutupi oleh kacamata tebalnya.
Aya berjalan dengan di iringi oleh keluarga Bryan.
Untuk sesaat Bryan terpaku, Ia tidak pernah menyangka bahwa Aya akan terlihat secantik ini. Bahkan ia tidak percaya bahwa pengantinnya itu adalah Aya.
Hingga Aya telah berada di depannya pun Bryan masih terpaku. Dan itu membuat Bagaskara menyunggingkan senyumnya.
Bagaskara pun menyenggol lengan sang putra karena tak kunjung mengajak Aya untuk duduk di sana dan menyelesaikan akte pernikahan mereka.
"Bryan, Papa tahu istri mu begitu cantik hingga Kau terpana. Tapi Kau harus menyelesaikan akte pernikahan kalian," bisik sang Papa seraya menyenggol lengan putranya.
Hingga Bryan pun akhirnya tersadar dan mengulurkan tangannya kepada Aya. Aya pun meraih uluran tangan suaminya dan segera duduk di samping Bryan untuk menyelesaikan akte pernikahannya.
Setelah menyalami tamu undangan yang hadir, Bryan tidak terlihat di sana.
Aya berjalan pelan untuk mencari dimana toilet. Karena sejak tadi Ia menahan ingin pergi ke sana.
Saat berjalan menuju toilet, samar-samar Aya mendengar seseorang sedang berbincang-bincang. Dapat Aya lihat saat melintasi jalan menuju ke toilet terdapat sebuah taman kecil.
Nampak suaminya yang tengah berbicara dengan seorang perempuan disana. Matanya menyipit berusaha menelisik siapa perempuan itu.
Namun saat menyadari siapa wanita yang bersama dengan suaminya, Aya pun tersenyum sinis melihatnya.
"Cih, si wanita licik dan pria bodoh," sinisnya, lalu iapun melanjutkan langkahnya menuju toilet karena sudah tidak bisa menahannya lagi.
***
Malam harinya
Setelah membersihkan dirinya, Aya pun keluar dari bathroom di kamarnya. Namun matanya membeliak saat mendapati Bryan yang tengah duduk di sofa dekat ranjangnya dengan menatapnya tajam.
"Kau?, bagaimana Kau bisa ada di dalam kamar ku?!," Ucap Aya sarkas.
Bryan tersenyum sinis dan mulai berdiri.
"Kamarmu?, lebih tepatnya kamarku. Karena ini adalah kamar ku. Dan Kau malah mengatakan bahwa ini kamarmu,ck." Ucap Bryan berdecak.
"Tapi Papa bilang ini adalah kamar ku?."
"Ini adalah kamar ku,dan Kau hanya menumpang di kamar ku. Jadi Kau harus mengikuti aturan dariku!."
"Apa maksudmu Bryan?."
"Aku tidak ingin bersentuhan dengan mu, jadi Kau harus tidur di sofa. Dan barang-barang murahan mu itu jangan pernah sekalipun Kau taruh di lemari ku!." Tunjuknya pada koper kecil yang Aya letakkan di samping lemari.
Aya mengepalkan tangannya, sungguh Ia sangat membenci pria yang berstatus suaminya itu. Berkali-kali Bryan menghinanya, bahkan setelah menikah pun masih saja sama.
Dengan langkah lebarnya Aya berjalan menghampiri suaminya yang menatapnya sinis.
"Tuan Bryan, Kau pikir Aku mau bersentuhan dengan mu?!, Jangan merasa menjadi orang yang paling suci. Kau adalah pria yang paling ku benci seumur hidupku!."
"Jangan munafik, Kau menikah dengan ku karena Papa memberimu banyak uang kan?!. Aku tahu gadis miskin seperti mu pasti hanya menginginkan harta. Kau harus ingat ini, Aku tidak akan pernah jatuh cinta pada gadis miskin, jelek dan gila harta sepertimu!," Ucapnya penuh penekanan.
Aya sungguh merasa hatinya bagai di remat saat ini, Bryan sungguh menghinanya dengan sangat keterlaluan, hingga air matanya pun luruh seiring penghinaan yang Aya dapatkan dari suaminya sendiri.
Plak...
Suara tamparan Aya membuat Bryan terkejut, karena tidak pernah ada perempuan yang berani menamparnya. Namun sekarang ia mendapatkannya dari gadis yang begitu Ia benci.
"Kau!," Ucapnya terhenti saat melihat air mata Aya.
Sebuah ingatan tentang ucapan almarhum Mamanya membuatnya kembali mengingat akan kata-kata sang Mama.
"Jangan pernah menyakiti hati perempuan, apalagi sampai membuatnya menangis. Karena suatu hari mungkin Kau akan mendapatkan karmanya."
Ingatan itu muncul begitu saja saat melihat Aya menitihkan air matanya.
Bryan langsung pergi dari hadapan Aya dan menuju bathroom.
Sedangkan Aya terduduk di atas sofa yang ada di dekat ranjang besar itu. Tangannya melepasakan kacamata tebal yang Ia pakai, dan mengusap air matanya.
"Dasar Bryan jahat, aku sangat membencinya, sangat sangat membencinya," umpat Aya. Lalu Ia membaringkan tubuhnya di atas sofa tersebut dan memakai bantal kecil sofa itu untuk alas kepalanya.
Karena terlalu lelah, akhirnya Aya pun memejamkan matanya dan terlelap begitu nyenyaknya.
Beberapa saat kemudian Bryan keluar dari bathroom. Dapat ia lihat Aya yang tengah tertidur di atas sofa.
Bryan berjalan mendekati Aya, menatap gadis yang tengah terlelap itu untuk beberapa saat. Lalu iapun membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya dan berusaha untuk memejamkan matanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
FUZEIN
Hebat arya.........
2023-10-04
0
nata de coco
let see later 😏😏
2022-04-25
1
Nova Lasari
next
2022-04-19
0