Bab 3

Adrian tersenyum kala melihat jam tangannya. Ya, saat ini tiba jam pulang kantor. Adrian segera membereskan meja kerjanya dan berniat untuk menghampiri Aya.

Sedangkan disisi lain, saat ini Aya juga sudah siap untuk pulang. Ia tidak ingin Adrian mengantarnya pulang. Ia tidak ingin Fany tiba-tiba datang dan menghinanya lagi.

Aya tahu dirinya tidak secantik teman-temannya di kantor. Dan Ia juga tidak ingin mendapatkan masalah baru lagi.

Aya berjalan cepat menuju parkiran. Ia segera memasuki taksi yang Ia pesan tadi.

Dalam taksi tersebut, Aya menoleh kearah belakang melihat apakah Adrian melihatnya atau tidak. Aya pun menghembuskan nafas lega karena tidak melihat Adrian di sana.

"Untunglah," ucapnya mengelus dada.

"Maafkan aku Iyan, Kau tidak pantas berteman denganku. Kau pria yang sempurna, sedangkan Aku hanyalah seorang Upik abu yang tidak pantas berteman dengan siapapun." Gumam Aya dengan air matanya yang mulai menetes.

Namun Aya pun segera mengusap air matanya. Ia tidak ingin saat dirinya pulang nanti matanya malah terlihat sembab.

Aya tidak ingin sang ayah tahu tentang semua masalah tentang dirinya. Aya selalu berbohong kepada ayahnya bahwa dirinya memiliki banyak teman.

Tapi kenyataannya itu hanya untuk menutupi agar sang ayah tidak terlalu mencemaskan dirinya.

Taksi itu pun kini tengah sampai di halaman rumah Aya. Sebuah halaman yang tidak terlalu luas namun masih bisa untuk memarkirkan dua mobil saja.

"Terimakasih pak, saya sudah membayarnya ke aplikasi ya pak," ucap Aya kepada supir taksi itu.

"Iya neng terimakasih." Ucap supir taksi itu dan langsung pergi dari sana.

Aya mengerutkan keningnya saat melihat sebuah mobil mewah yang terparkir di halamannya.

"Apa ayah ada tamu?, Tapi siapa?. Setahuku ayah tidak pernah punya teman yang mempunyai sebuah mobil." Gumamnya pada dirinya sendiri.

Aya pun segera menapakkan kakinya menuju rumahnya yang sederhana itu.

"Assalamu'alaikum ayah, Aya pulang," ucapnya seperti biasa setiap Aya pulang bekerja.

"Waalaikumsalam," jawab sang ayah bersamaan dengan suara yang lain.

Aya melihat di ruang tamu ada seseorang yang begitu tidak asing dalam pandangannya. Ia seorang pria paruh baya. Pria paruh baya itu juga tersenyum menatap Aya yang mematung di tempatnya.

Sang ayah yang melihat putrinya malah terbengong pun akhirnya menghampirinya.

"Nak, Kau baik-baik saja?," Tanya Sang ayah yang kini sudah berada di sampingnya.

Seketika Aya pun tersadar, lalu ia tersenyum menatap sang ayah dan mencium tangannya.

"Jadi ini putrimu yang Kau ceritakan itu Hendra?."

Suara pria paruh baya itu membuat Aya dan ayah Hendra menoleh ke arahnya.

Hendra nampak menghembuskan nafasnya panjang. Lalu Ia mulai mengenalkan Aya dengan pria paruh baya tersebut.

"Ya, dia putri saya Tuan," ucap Hendra.

"Aya, kenalkan dia adalah Tuan Bagaskara, pemilik perusahaan tempat ayah bekerja," ucap Hendra kemudian.

Aya tahu pria paruh baya itu adalah tuan Bagaskara. Pemilik perusahaan terbesar di Asia. Karena foto Tuan Bagaskara berada di halaman depan majalah bisnis.

Namun yang membuat Aya bingung adalah, kenapa Tuan Bagaskara mau repot-repot datang ke rumah sederhananya.

Aya tersenyum, kemudian ia pun menyalami Tuan Bagaskara.

"Selamat sore Tuan," ucap Aya tersenyum ramah.

"Sore Aya. Kau pasti bertanya-tanya kenapa saya bisa datang kemari kan?. Duduklah, saya akan menjelaskannya padamu," ucap Tuan Bagaskara.

Tiba-tiba saja Aya merasa ada yang janggal saat melihat sang ayah yang nampak begitu sendu.

Aya pun mendudukkan dirinya di samping sang Ayah.

"Saya tidak ingin bertele-tele kepada kalian. Aya, apa kau tahu bahwa ayahmu memiliki hutang yang sangat banyak kepada perusahaan saya beberapa tahun silam?," Tanya Bagaskara.

Aya sungguh terkejut mengetahui hal yang tidak pernah Ia ketahui.

"Ma-maksud Anda hutang apa Tuan," ucap Aya sangat terkejut. Pasalnya sang ayah tidak pernah mengatakan apapun tentang hutang yang dikatakan oleh Tuan Bagaskara.

"Kau bisa bertanya langsung kepada ayah mu."

Aya pun menoleh ke arah sang ayah yang nampak tertunduk. Sesekali Hendra mengusap wajahnya.

"Benarkah yang di katakan oleh Tuan Bagaskara yah?," Tanya Aya berusaha mencari jawaban dari ayahnya.

Hendra memejamkan matanya dan terdiam sejenak, lalu Ia menganggukkan kepalanya pertanda membenarkan ucapan Tuan Bagaskara.

Aya menitihkan air matanya, namun Ia segera mengusapnya. Di tatapnya kembali Tuan Bagaskara.

"Berapa hutang ayah saya Tuan?, Saya akan membayarnya," ucap Aya.

"Apa Kau yakin bisa membayar semua hutang-hutang yang ayahmu pinjam Aya?."

"Kalaupun uang yang saya miliki tidak mencukupi, tapi saya akan membayarnya dengan cara mencicilnya Tuan."

"Baiklah, hutang ayahmu pada perusahaan saya senilai tujuh ratus juta, Apa Kau sanggup untuk membayarnya?."

Aya terkejut mengetahui jumlah pinjaman sang ayah pada perusahaan Tuan Bagaskara. Uang tabungannya pun hanya ada seratus juta. Lalu kemana Ia harus mencari kekurangannya?.

"Saya akan membayarnya seratus juta dahulu Tuan, sisanya saya akan mencicilnya," ucap Aya mencoba menawar.

"Maaf Aya, tapi saya ingin Kau membayarnya seluruhnya. Karena perusahaan saya bukanlah perusahaan simpan pinjam." Ucap Bagaskara.

Kini Aya sungguh merasa bingung untuk mencari kekurangan yang sangat banyak itu.

Melihat raut kebingungan Aya Bagaskara tersenyum menyeringai. Kini saatnya Ia akan membuat kesepakatan dengan Aya.

"Saya punya solusi agar semua hutang ayahmu kepada perusahaan saya terhapuskan Aya," ucap Bagaskara membuat Aya langsung menoleh ke arah tuan Bagaskara.

"Maksud Anda Tuan?."

"Menikahlah dengan putra saya, maka saya akan melunaskan semua hutang-hutang ayahmu," ucap Bagaskara.

Aya membeliak mendengar ucapan Tuan Bagaskara yang Ia pikir adalah sebuah gurauan saja.

"Tuan, Anda tidak bersungguh-sungguh kan?. Mana mungkin Anda menyuruh saya untuk menikah dengan putra Anda. Yang ada seharusnya Anda menyuruh saya untuk bekerja di perusahaan anda tanpa di gaji." Ucap Aya yang tidak percaya.

"Saya tidak bercanda Aya. Sekarang Kau harus memilih. Menikah dengan putraku, atau Kau melihat ayahmu di penjara?!," Ancam tuan Bagaskara.

Aya terkejut,kini Tuan Bagaskara malah mengancam dan memojokkannya.

"Tapi Tuan, apa Anda tidak salah menjadikan saya sebagai menantu Anda?. Sementara saya juga tidak mengenal siapa putra Anda."

"Tidak, dan Kau harus menikah dengan putra saya!. Saya beri waktu Kau untuk memikirkannya Aya. Tapi saya tetap tidak menerima penolakan!."

"Bagaimana ini, Apa yang harus kulakukan?!. Aku tidak ingin menikah dengan putranya. Aku tidak mengenalnya dan juga tidak mencintainya," ucap Aya dalam hati. Sungguh Ia merasakan bimbang saat ini.

Disatu sisi Ia tidak ingin menikah, tapi di sisi lain Ia juga tidak ingin ayahnya di penjara karena hutang-hutangnya.

"Kau pikirkan baik-baik Aya. Saya memberi mu waktu satu Minggu. Kalau begitu saya permisi Aya, pak Hendra," ucap Tuan Bagaskara yang mulai beranjak dari sana.

***

Beberapa hari berlalu, namun Aya masih belum memutuskan untuk menerima lamaran dari Tuan Bagaskara untuk menikah dengan putranya.

Hingga saat ini Ia melamun di meja makan sederhana miliknya.

Sang ayah yang juga menuju ke meja makan mematung melihat putrinya yang terlihat sedang melamun. Hendra sangat merasa bersalah kepada putrinya karena harus menikah dengan putra dari Tuan Bagaskara.

Kemarin setelah kepergian Tuan Bagaskara, Hendra menceritakan kenapa dirinya bisa berhutang banyak kepada perusahaan Tuan Bagaskara.

"Nak," panggil sang ayah hingga membuat lamunan Aya buyar seketika.

"Iya yah," sahutnya tersenyum menatap sang ayah dan menutupi lara hatinya.

Hendra duduk di samping Aya dan mengusap kepala putrinya.

"Ayah tahu kau tidak menginginkan pernikahan ini nak.

Kau tidak harus menikah dengan putra Tuan Bagaskara, biarkan saja ayah di penjara nak. Ayah tidak ingin melihatmu bersedih," ucap Hendra menitihkan air matanya.

Aya menggelengkan kepalanya pertanda tidak menyetujui ucapan sang ayah.

"Tidak yah, Aya lebih bersedih lagi bila melihat ayah harus di penjara."

Namun tiba-tiba saja Hendra merasa dadanya begitu sesak dan merasakan nyeri yang begitu dahsyat. Iapun memegangi dadanya, sedetik kemudian tubuhnya limbung ke lantai.

Dan itu sontak membuat Aya terkejut dan panik seketika.

"Ayah... ayah kenapa?... Bangun yah..." Ucapnya sambil menggoyangkan tubuh sang ayah. Aya pun segera berlari keluar untuk mencari bantuan dari tetangganya.

Dan beruntung para tetangganya orang-orang yang baik dan segera membawa tubuh ayahnya menuju ke rumah sakit.

***

Dokter keluar setelah memeriksa Hendra. Aya yang melihatnya pun segera berdiri dan bertanya tentang keadaan ayahnya. Air matanya terus saja mengalir.

"Bagaimana ayah saya Dok?," Tanya Aya.

"Nona, ayah anda harus segera di operasi. Kalau tidak bisa membahayakan nyawanya. Silahkan anda tanda tangani surat persetujuannya dan membayar administrasinya." Ucap sang dokter dan segera pergi dari sana.

Aya mematung, ia harus cepat menyelamatkan nyawa sang ayah. Karena hanya ayahnya lah yang ia miliki saat ini.

Aya bingung harus mencari biaya kemana. Karena pastinya biayanya akan sangat banyak. Dan di saat itu yang terlintas di benaknya hanyalah Tuan Bagaskara.

Aya segera meninggalkan rumah sakit menuju ke perusahaan milik Tuan Bagaskara.

***

Tanpa ragu Aya menandatangani surat perjanjian yang Tuan Bagaskara berikan padanya.

Dalam surat perjanjian itu, Aya harus menikah dengan putranya Minggu depan. Dan satu hal lagi yang harus dilakukan oleh Aya. Yaitu Ia harus merubah penampilannya.

"Baiklah Aku akan membiayai seluruh biaya operasi ayahmu. Tapi mulai dari sekarang Kau harus tinggal di apartemen yang sudah ku siapkan untukmu.

"Tapi, bagaimana dengan ayah saya Tuan?, Saya harus merawat ayah saya." Protes Aya.

"Kau tidak perlu khawatir, karena Aku akan membayar perawat khusus untuk merawat dan menjaga ayahmu. Dan Kau harus menuruti perintahku nantinya!."

Mau tidak mau Aya harus menuruti perintah Tuan Bagaskara, karena dia sudah menandatangani kesepakatan itu.

"Baiklah Tuan," ucap Aya menunduk.

"Mulai sekarang jangan memanggilku Tuan. Panggil Aku Papa, karena sebentar lagi Kau akan menjadi menantu ku," ucap Tuan Bagaskara tiba-tiba melembut.

Aya pun terkejut dan menatap Tuan Bagaskara yang tengah tersenyum kepadanya.

"Katakan!"

"Ba-baiklah Papa," ucap Aya terbata.

"Gadis pintar, mulai sekarang Kau harus merubah takdirmu sendiri nak. Dan Aku akan membantumu," ucap Tuan Bagaskara mantap.

***

Aya mematut dirinya di depan cermin, sungguh Ia tidak percaya bahwa gadis dalam pantulan cermin itu adalah dirinya.

Tuan Bagaskara yang melihatnya pun tersenyum puas.

"Kau gadis yang sangat cantik Aya, dan Kau pantas menjadi menantu ku. Istri dari Bryan Askara," ucap Bagaskara membuat Aya membelalakkan matanya.

"Apa?, jadi calon suamiku nanti adalah Bryan Askara, pria yang begitu sangat ku benci?," ucap Aya dalam hati.

Tangannya mulai mengepal mengingat tentang penghinaan yang dilakukan oleh Bryan waktu itu. Aya bersumpah akan membalas dendam kepada orang-orang yang telah menghinanya dulu, terutama Bryan calon suaminya.

Terpopuler

Comments

A.0122

A.0122

tuh kan bnr bryan yg akan jd suaminya lalu bagaimna dgn renata jg knpa alasannya ga dijelasin hingga punya hutang sebanyak itu

2022-04-24

0

🌷Tuti Komalasari🌷

🌷Tuti Komalasari🌷

Brian yang sering menghina Aya dengan pacarnya itu kah 🤔

2022-03-21

6

Riyadhi Yaza

Riyadhi Yaza

ayah bryan akan mengubah nasib aya mnjdi lbh baik...

2022-03-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Ban 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82 (season 2)
83 Bab 83 (season 2)
84 Bab 84(season 2)
85 Bab 85 (season 2)
86 Bab 86 (season 2)
87 Bab 87 (season 2)
88 Bab 88 (season 2)
89 Bab 89 (season 2)
90 Bab 90 (season 2)
91 Bab 91 (season 2)
92 Bab 92 (season 2)
93 Bab 93 (season 2)
94 Bab 94 (season 2)
95 Bab 95 (season 2)
96 Bab 96 (season 2)
97 Bab 97 (season 2)
98 Bab 98 (season 2)
99 Bab 99 (season 2)
100 Bab 100 (season 2)
101 Bab 101 (season 2)
102 Bab 102 (season 2)
103 Bab 103 (season 2)
104 Bab 104 (season 2)
105 Bab 105 (season 2)
106 Bab 106 (season 2)
107 Bab 107 (season 2)
108 Bab 108 (season 2)
109 Bab 109 (season 2)
110 Bab 110 (season 2)
111 Bab 111 (season 2)
112 Bab 112 (season 2)
113 Bab 113 (season 2)
114 Bab 114 (season 2)
115 Bab 115 (season 2)
116 Bab 116 (season 2)
117 Bab 117 (season 2)
118 Bab 118 (season 2)
119 Bab 119 (season 2)
120 Bab 120 (season 2)
121 Bab 121 (season 2)
122 Bab 122 (season 2)
123 Bab 123 (season 2)
124 Bab 124 (season 2) End
125 Extra part 1
126 Extra part 2
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Ban 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82 (season 2)
83
Bab 83 (season 2)
84
Bab 84(season 2)
85
Bab 85 (season 2)
86
Bab 86 (season 2)
87
Bab 87 (season 2)
88
Bab 88 (season 2)
89
Bab 89 (season 2)
90
Bab 90 (season 2)
91
Bab 91 (season 2)
92
Bab 92 (season 2)
93
Bab 93 (season 2)
94
Bab 94 (season 2)
95
Bab 95 (season 2)
96
Bab 96 (season 2)
97
Bab 97 (season 2)
98
Bab 98 (season 2)
99
Bab 99 (season 2)
100
Bab 100 (season 2)
101
Bab 101 (season 2)
102
Bab 102 (season 2)
103
Bab 103 (season 2)
104
Bab 104 (season 2)
105
Bab 105 (season 2)
106
Bab 106 (season 2)
107
Bab 107 (season 2)
108
Bab 108 (season 2)
109
Bab 109 (season 2)
110
Bab 110 (season 2)
111
Bab 111 (season 2)
112
Bab 112 (season 2)
113
Bab 113 (season 2)
114
Bab 114 (season 2)
115
Bab 115 (season 2)
116
Bab 116 (season 2)
117
Bab 117 (season 2)
118
Bab 118 (season 2)
119
Bab 119 (season 2)
120
Bab 120 (season 2)
121
Bab 121 (season 2)
122
Bab 122 (season 2)
123
Bab 123 (season 2)
124
Bab 124 (season 2) End
125
Extra part 1
126
Extra part 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!