Aya merasa bangga karena bisa menjadi lulusan terbaik dari universitas terkemuka.
Dan kini Ia bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan ternama, yaitu perusahaan Askara groups.
Namun lagi-lagi di perusahaan itu Ia tidak memiliki banyak teman. Karena penampilannya tidak berubah, Aya masih menggunakan kacamata tebal dan mengepang rambut panjangnya.
Hanya satu teman yang Ia miliki yaitu Adrian. Adrian adalah pria yang tampan, Ia sebenarnya berasal dari keluarga berada. Namun Ia ingin mandiri dan bekerja di perusahaan pamannya dengan memulai dari nol.
Karena banyak karyawan wanita yang juga menyukai Adrian. Mereka pun begitu tidak menyukai Aya karena kedekatannya dengan Adrian.
Seperti saat ini misalnya, Adrian menghampiri meja kerja Aya dan mengajaknya untuk makan siang bersama. Padahal sedari tadi banyak karyawan wanita yang mengajaknya untuk makan siang bersama. Namun mereka semua di tolaknya.
Sebenarnya Adrian merasa tertarik dengan Aya. Menurutnya, Aya adalah gadis yang baik dan begitu mandiri. Adrian sangat salut dengan Aya.
Walaupun begitu, tidak ada yang mengetahui bahwa Adrian adalah keponakan dari pemilik perusahaan tersebut.
"Aya, Apa Kau tidak mendengarku?. Aku sudah sangat kelaparan, tapi Kau malah sibuk dengan pekerjaan mu itu," ucap Adrian merasa kesal.
Aya mengalihkan pandangannya dari layar komputernya. Lalu ia melihat Adrian yang sedang marah padanya. Sebuah senyum kecil menghiasi bibirnya.
"Uluh uluh... Bukankah tadi banyak gadis yang mengajakmu untuk makan siang. Mereka sangat cantik Iyan, tapi kenapa kau malah mengajakku?." Goda Aya menaik turunkan kedua alisnya.
"Mereka bukan teman ku Ay, kaulah temanku. Jelas saja Aku menolak mereka dan mengajakmu," ucap Adrian menjelaskan.
Aya tersenyum dan menghembuskan nafasnya. Lalu ia segera berdiri dan menepuk pundak Adrian.
"Ayok kita makan siang," ajak Aya tanpa dosa. Membuat Adrian melongo melihat Aya.
"Hey, katanya tadi kelaparan. Sekarang malah bengong," ucap Aya menggelengkan kepalanya.
Adrian pun langsung tersadar dan tersenyum. Iapun meraih pundak Aya dan berjalan bersama melewati beberapa karyawan lain.
Mereka semua saling berbisik karena seharusnya Adrian tidak pantas untuk berteman dengan Aya, itu menurut mereka. Tidak sedikit yang merasa iri dan benci kepada Aya.
Aya yang melihat pandangan semua orang pun berusaha melepaskan tangan Adrian dari pundaknya. Namun Adrian tidak mau melepaskannya.
"Jangan hiraukan mereka, Aku sudah sangat lapar," ucap Adrian.
Aya akhirnya menyerah, Ia pun membiarkan tangan Adrian yang ada di pundaknya.
***
Selesai menyantap makan siangnya, Adrian tersenyum menatap Aya yang masih belum menghabiskan makanannya.
"Aya, Apa Kau tahu kalau CEO perusahaan ini Minggu ini akan datang dan mengelola perusahaan ini?."
Aya mengelap bibirnya dengan tissue, lalu ia menghabiskan minumannya.
"Aku tahu Iyan, selama bekerja di perusahaan ini, Aku memang belum pernah bertemu sekalipun dengannya. Katanya saat ini Ia sedang mengurus perusahaan lain di luar negeri." Ucap Aya.
"Kau benar Ay, dia juga sangat tegas dan begitu arogan. Dan aku paling tidak suka dengan kekasihnya yang memberikan pengaruh buruk padanya," ucap Adrian membuat Aya mengerutkan keningnya.
"Kenapa kau seperti sangat mengenal CEO perusahaan ini Iyan?." Tanyanya penuh selidik.
"Mana mungkin, Aku juga hanya mendengar dari para karyawan lain saja," kilah Adrian.
"Memang sih, Aku juga mendengar desas-desus itu." Ucap Aya seraya menyangga wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Adrian melihat jam tangannya, jam makan siang masih ada waktu tiga puluh menit lagi.
"Aya, Kau sudah hampir dua tahun bekerja di perusahaan ini. Apa Kau tidak ingin merubah penampilan mu itu?. Kau tahu?, Kau itu sebenarnya gadis yang begitu manis," puji Adrian.
Aya merasa pipinya panas mendengar pujian dari Adrian. Rona merah terlihat jelas dari wajahnya.
"Apa Kau sedang mengejekku?. Aku tahu kalau aku ini sudah begitu jelek dari lahir Iyan." Ucap Aya minder.
"Tapi aku serius Ay, Kau itu..."
"Sudahlah, lebih baik kita kembali ke perusahaan. Pekerjaan ku masih menumpuk," potong Aya yang sudah berdiri.
"Tapi jam makan siang belum berakhir Ay?!."
"Yasudah kalau begitu aku kembali duluan bye."
Aya mulai berjalan meninggalkan Adrian. Sebenarnya Aya enggan untuk membahas tentang penampilannya. Karena itu akan mengingatkan dirinya tentang kejadian beberapa tahun lalu.
Adrian yang melihat Aya meninggalkannya pun ikut beranjak dan mengejar Aya.
"Aya tunggu!."
Adrian kembali merangkul pundak Aya, namun Aya berusaha melepaskannya.
"Apa Kau marah Aya?."
"Tidak, aku hanya tidak suka Kau membahas penampilan ku Iyan!. Apa kau malu berteman denganku yang berpenampilan seperti ini?."
"Oke baiklah maafkan aku Ay, Aku hanya tidak ingin semua orang terus mengejek dan merendahkan mu."
Aya menghentikan langkahnya, lalu ia berbalik dan menatap Adrian.
"Iyan, Aku tidak apa-apa mereka terus saja menghinaku. Selama itu tidak melebihi batas. Aku akan selalu menganggap mereka angin yang berlalu. Aku tidak ingin mencari musuh Iyan," ucap Aya menunduk.
"Baiklah kalau itu keputusan mu Aya. Mulai sekarang Aku tidak akan mengungkit tentang penampilan mu lagi. Dan Kau harus ingat bahwa Aku adalah temanmu yang akan selalu melindungi mu dari orang-orang seperti mereka." Ucap Adrian memegang pundak Aya.
Aya mendongak menatap Adrian. Iapun tersenyum. Sungguh Aya beruntung memiliki seorang teman yang sangat baik seperti Adrian.
"Sudah jangan marah lagi, sekarang kita kembali bersama," ucap Adrian mengacak rambut Aya.
"Jangan mengacak poniku, nanti akan berantakan Iyan," keluh Aya kesal.
Mereka pun berjalan sambil bercanda satu sama lain. Hingga tawa mereka membuat para karyawan menatap mereka.
"Sudah Iyan, Aku harus menyelesaikan pekerjaanku. Karena nanti siang harus segera di serahkan kepada pemilik perusahaan ini.
"Baiklah, Aku kembali ke mejaku. Nanti Aku akan mengantarmu pulang," ucap Adrian dan mendapatkan anggukkan kepala dari Aya.
Setelah Adrian kembali ke ruangannya, ada salah satu karyawan wanita yang menghampiri Aya.
"Kau tidak pantas bersama dengan Adrian gadis jelek!," Ucap karyawan wanita bernama Feny.
Aya menoleh ke arah suara. "Apa maksudmu Feny, Aku sungguh tidak mengerti," ucap Aya heran.
"Aku peringatkan padamu!, Jangan pernah mendekati Adrian. Karena dia adalah milikku!."
"Tapi kami hanya berteman Feny, Aku juga tidak akan melarangmu untuk mendekati Adrian."
"Atas dasar apa Kau melarangku?!, Kau itu gadis yang begitu jelek. Dan Kau tidak akan pernah bisa selevel dengan ku!," Ucap Feni dan langsung meninggalkan Aya.
"Kenapa... kenapa selalu seperti ini. Apa salahku pada mereka sebenarnya," ucap Aya mengusap air matanya yang tadi sempat mengalir saat Fany menghinanya.
Aya pun teringat kembali kejadian beberapa tahun lalu setelah penghinaan itu. Aya waktu itu berdiri dan menyendiri di antara banyaknya orang-orang yang sudah mentertawakan dirinya saat Bryan dan Rena menghina dan mempermalukannya di depan semuanya.
Rasanya Ia ingin melakukan hal yang sama seperti waktu itu. Karena saat ini para karyawan lain tengah memperhatikan dirinya.
Seandainya Ia lahir dari kalangan dengan derajat yang tinggi. Aya pasti akan membalas semua orang yang telah menghinanya. Namun semua itu sungguh sangat mustahil baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Suparyati Nina
Sabar ya aya💪💪💪
2022-05-05
1
Seryu Nagami
selamat hari raya idul fitri ka...
2022-05-02
1
Nova Lasari
yang sabar ych aya
2022-04-19
1