PESTA ANGELICA

Albertho menguyur tubuhnya yang tiba-tiba panas. Dia seperti tak bisa mengendalikan tubuhnya. Bayangan wajah gadis itu dan tentu saja diluar perkiraannya.

Dia mendambakan gadis itu, saat melihat gadis itu panik dan berteriak juga membersihkan tumpahan kopi disekitar kedua area miliknya, membuat Albertho meremang. Otaknya tiba-tiba memikirkan kalau dia berada diatas tubuh gadis itu. Melakukan pergulatan panas yang selama ini sangat dia inginkan.

Berkali-kali dia meneguk salivanya. Dia bahkan meminum banyak air dingin agar otak kotornya tadi menghilang. Namun, semakin dia mencoba, dia semakin gerah dan panas.

"****! Gadis itu benar-benar membuatku mabuk. Padahal aku tidak sedikit pun minum alkohol!" Dia frustasi meraup wajahnya dengan kasar duduk di pinggir ranjangnya masih dengan mengenakan handuk.

"Hah, aku benar-benar gila. Aku sudah tak bisa menahannya. Aku ingin sekali bertemu dengannya dan mencoba merasakan setiap jengkal dari tubuhnya!" kembali otak gilanya berkata. Sekali dia bertemu dengan wanita, dia malah tak bisa mengontrol dirinya. Akhirnya dia merebahkan tubuhnya, tak kuat menahan gejolak yang dia rasakan. Untuk pertama kalinya dia melakukan sesuatu yang tak masuk akal, demi keluarnya sesuatu yang dia tahan. Dan, dia tertidur lemas dengan handuk menutupi area privasinya.

***

"Agh, kau cantik sekali, Jess!" puji Sabrina yang melompat dan mengalungkan lengannya di lengan Jessy.

"Hah, bisa saja. Kau lebih cantik dariku, Sab!" Cetusnya. Sabrina berdandan menggunakan gaun berwana hitam di atas lutuh dengan belahan dada yang sangat rendah. Membuat semua mata menatap kearahnya.

"Hohoho, terima kasih, Jes. Oya, kau diantar siapa?" Sabrina celingak celingak karena tak melihat seorang pun yang mengatakan gadis itu.

"Oh, itu, tadi aku di jemput Josh, tapi karena dia ada urusan terlebih dahulu dia memintaku ke dalam duluan. Setelah selasai dia pasti jemput kok!" sahut Jessy. Dan sudah dapat di tebak wajah Sabrina biasanya saja. Sabrina bukan orang yang tak peka seperti Jessy, dia juga tahu kalau Josh menyukaimu diam-diam.

"Ok. Kita masuk yuk, beri selamat sama Angelica dulu!" jelas Jessy tak menolak. Dia pun ingin segera berbasa-basi dan segera meninggalkan tempat yang membuat kebisingan tersebut.

"Omong-omong dimana dia?" kini Jessy yang mencari-cari keberadaan Angelica. Sabrina menajamkan matanya. Dia bisa melihat Rico sedang asik berbincang sambil tangannya melingkar mesra di salah satu tamu di sudut yang sedikit remang-remang. Dia ingin sekali langsung mendekati. Namun, dia urungkan karena ingin memberikan selamat pada Angelica.

Kembali Sabrina mencari keberadaan Angelica. Dan sang bintang utama pesta tengah bercengkrama dengan keluarga juga terlihat ayahnya sedang memperkenalkan Angelica pada rekan bisnisnya.

Pesta yang cukup meriah dengan suara iringan musik klasik membuat suasana bertambah megah dan romantis. Jessy menyadari keberadaan Angelica di dekat kolam renang. Tempat yang sangat menyebalkan dan selalu dia hindari. Dia trauma, saat berusia lima tahun dia hampir tenggelam di kolam renang rumahnya karena kelalaian Jonathan.

"Ayo, Jess!" Sabrina menarik lengannya. Mendekati Angelica yang terlihat bahagia saat berbincang dengan seseorang.

"Malam, Angel!" sapa Sabrina. Dia langsung mengecup pipinya secara berganti sebagai tanda kehadiran dirinya. Jessy pun mengikuti dan memberikan kado yang dibawanya.

"Selamat ya, Angel. Pestanya meriah banget!" Jessy tak ingin dikatakan hambar, jadi memujinya.

"Oh, kau juga datang, Jes!" terlihat jelas dia tak menyukai kehadiran Jessy. Selama ini dia tahu Jessy anak yang tak suka dengan keramaian. Dan, alasan lainnya tentu saja karena Jessy terlihat biasa saja di kampus berbanding terbalik dengan Sabrina yang selalu tampil glamour.

"Uhm," walaupun senyumnya terlihat kecut. Dia tetap harus mengembangkan. Dia tak ingin suasana pestanya menjadi canggung.

"Ok, kau nikmati saja makananya. Disini ada semua, barat ataupun tradisional. Kalau kau ingin bawa pulang, kau bisa bilang dengan pelayan disana. Ayahku memanggil koki khusus untuk pesta perayaanku!" cetusnya. Dia menunjuk para pelayan yang  berseragam. Berbangga hati. Dia ingin menunjukan bahwa Jessy tak selevel dengan dirinya.

"Ah, iya. Baiklah. Aku tidak akan sungkan!" sahut Jessy dengan tangan mengepal dibawa. Dia pun punya batas kesabaran. Kali ini Angelica terlalu menghina dirinya.

Seseorang yang terihat berbinar dengan kehadiran Jessy. Merasakan debarannya kembali bangkit. Tapi dia berusaha menekannya agar terlihat biasa saja.

Oh, kita bertemu lagi. Hei, gadis ini ketiga kalinya kita bertemu, aku pasti kan kau akan menjadi milikku.

Dia mengerutkan kening setiap kali Angelica dengan tegas menghina dirinya. Dia terus memperhatikan setiap gerak gerik tubuh Jessy. Dari luar dia terlihat biasa saja. Namun, sebenarnya dia pun ingin melampiaskan kekesalannya.

Woww, rupanya pertahananmu cukup kuat. Kau memang, benar-benar membuatku tak sabar.

Angelica seperti memberi kode pada beberapa temannya. Berniat mempermalukan Jessy lebih dalam. Sabrina pun kesal, dia tak terima temannya mendapatkan penghinaan itu. Tapi, tetap saja Jessy sabar, memberikan kode gelengan kepala untuk membiarkannya.

"Jess!" pekik Sabrina lirih.

"Sudah, biarkan saja!" pintanya.

"Ta-tapi," dia bersikukuh.

"Sssttt!!" Sabrina diam. Tak melanjutkan perdebatan mereka. Andai saja Jonathan berada disisinya. Jessy yakin, dengan temperamen buruknya, dia pasti akan menghajarnya. Jonathan tidak akan perduli dia itu laki-laki atau perempuan. Yang terpenting baginya, siapa pun orang yang menghina atau mengejek adiknya, akan dia balas berlipat-lipat.

"Ayo!" Baru saja Jessy menarik lengan Sabrina, seseorang menubruk tubuhnya. Hingga membuat dia oleng dan tubuh Jessy terpental ke dalam kolam renang.

"Arrrggghhh!!" teriak Jessy. Dia langsung terjerembab ke dalamnya.

Sabrina dengan panik berteriak, "To-tolong, dia tidak bisa berenang!" Dia pun tak bisa menolongnya, karena juga tak bisa berenang.

Reflek orang tadi bergerak dan dia terjun bebas ke dalam kolam renang. Angelica membekap mulutnya, dia hampir tak percaya dengan yang dilihatnya. Ayahnya bilang, orang yang berbicara dengannya tadi adalah target yang harus dia dapatkan. Karena dia terkenal dingin dan tak pernah peduli dengan wanita manapun.

"Pelayan, ambilkan handuk!" teriak Angelica panik saat melihat orang tadi menepi dan membawa tubuh pingsan Jessy menepi.

"Apa yang kau lakukan, Angelica?" hardiknya. Dia ayah Angelica. Terlihat kesal karena anaknya sudah merusak rencana yang dia buat.

"A-aku tidak tahu, Pa. Dia jatuh sendiri ke kolam!" sergahnya. Dia tak ingin ayahnya curiga dan semua ulah jahilnya terbongkar.

"Ma-maaf, Tuan Albertho, Anda bisa menggunakan salah satu kamar di rumah kami!" dia mengacuhkan putrinya. Segera mencari solusi agar hubungan kerjasama yang akan dia bangun tidak meninggalkan cacat kerja.

Albertho tak menjawab. Dia langsung membawa tubuh Jessy pergi bersamanya. Saat Sabrina ingin mengikuti, dia dihalangi oleh para pengawal Albertho. Dia membawa Jessy ke apartemennya. Bersamaan dengan datangnya Josh. Dia memarkirkan mobilnya, mencari keberadaan Jessy. Malam ini dia berencana setelah pulang dari pesta ulang tahun, akan membawa gadis itu ke suatu tempat. Josh berencana akan menyatakan perasaannya.

Albertho memapah tubuh Jessy hingga ke ranjangnya. Calvin sampai terkejut melihat ulah temannya yang membiarkan dirinya kuyup untuk menolong seorang gadis yang bahkan dia tak kenal. Begitulah kira-kira pemikirannya.

"Ada apa? Apa kau mengenalnya?" Calvin bertanya. Namun, Albertho tetap diam, dia hanya menanggalkan bajunya satu persatu hingga tanpa sehelai benang pun di hadapan Calvin.

"ARRGGHH! Kau gila! Apa kau terlalu frustasi sampai kau bersikap se-liar ini?" Calvin menggelangkan kepala. Dan segera keluar dari kamarnya. Dia tahu, saat dia tidak disarankan untuk ikut campur. Entah Albertho benar-benar gila atau dia memang maniak. Dia mengunci kamarnya dan melepaskan kuncinya sembarangan. Dia menelan salivanya berkali-kali, saat dia melihat Jessy terbaring tak sadarkan diri.

Dengan tubuhnya yang tanpa sehelai benang pun dia berjalan kearah Jessy. Menatap tubuh gadis itu yang masih kuyup. Tangannya perlahan menurunkan gaun yang di kenakan Jessy. Boomm! Matanya seolah tercemar, dia ingin terus menurunkan hingga benar-benar gaun itu kini sudah tergolek di lantai.

Albertho menyentuh dua yang kenyal dari tubuh Jessy. Meremasnya perlahan seperti squishy. Dia benar-benar ketagihan bermain disana. Ini kali pertama dia merasakan pengalaman baru dan membuat jantungnya terus berpacu dengan sangat cepat.

"Hah! Aku benar-benar sudah gila. Aku tidak tahan lagi dan benar-benar menginginkan tubuh wanita ini!" Secara tidak waras Albertho menurunkan kain segitiga yang melekat di tubuh Jessy. Hingga dia dengan sangat jelas menikmatinya pemandangan yang membuatnya makin panas. Dia benar-benar susah tak bisa menahannya, tapi dia ingin melakukan itu dalam kondisi Jessy sadar. Tidak seperti sekarang.

Jadi, langkah selanjutnya untuk membuat gadis itu sadar. Tangannya bermain di area istimewa milik Jessy. Dan bibirnya dengan bebas bergerak meluncur hangat di bibir Jessy. Membuat gadis itu merasakannya sesuatu yang hangat mengalir di tubuhnya. Tubuh dinginnya yang kuyup tercebur kolam renang seakan sirna.

Dia membuka matanya. Takjub sekaligus kaget. Ini merupakan pengalaman pertamanya. Dia mendorong tubuh laki-laki tadi, ingin dia memekik saat melihat tubuh sudah tak memakai sehelai benang pun sama seperti tubuh laki-laki itu. Dia berusaha keras melepaskan pagutannya. Berusaha menolak semua. Walaupun kesadarannya hampir membuatnya ikut gila terbuai oleh sentuhan yang dia berikan. Akhirnya dengan perjuangan keras Jessy berhasil dilepaskan dari pagutan bibirnya.

"Siapa kau?" deliknya. Jessy yakin dia belum dinodai sampai jauh. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Dia tak menjawab. Wajahnya masih memerah, menahan sesuatu yang tak tersalurkan dengan benar.

"Ma-maafkan aku, tapi, aku mohon jangan pergi!" ucapnya mengiba. Jessy seperti orang yang tak waras. Dia malah terhipnotis oleh ketampanan laki-laki di hadapannya. Tanpa dia sadari, tubuhnya seperti menginginkan yang lebih.

"Ti-tidak. Aku tidak mau! Biarkan aku pergi!" pintanya.

"Aku mohon, tolong aku!" wajahnya terlihat sangat frustasi membuat siapa pun yang menatap jadi tidak tega.

"Kau gila! Mana mungkin aku menyerahkan sesuatu hal yang paling berharga pada orang yang sama sekali tidak kucintai, bahkan aku tidak mengenalnya!" Kewarasan Jessy sudah kembali. Dia tahu hal itu tak boleh dia lakukan. Tapi, laki-laki itu telah menodai bibirnya, melihat seluruh tubuhnya dan tangannya satu sudah bermain di daerah istimewanya. Membuatnya tak bisa melupakan rasa itu.

"Aku berjanji, tidak akan menyentuhmu. Aku hanya meminta kau menolongku!" Benar-benar hal gila yang membuatnya merasa malu.

"Tidak! Aku bilang, tidak!" Jessy membekalkan matanya. Membuat laki-laki yang tak dikenalnya itu membenamkan wajahnya di bantal. Memukuli berkali-kali. Menahan rasa sakit yang tak terhingga.

***

Halo, terima kasih sudah mampir di novel terbaruku. Jangan lupa tinggalkan like, komentar terbaikmu, love dan rate 5-nya ya. Dukungan dari kalian sangatlah berharga untukku. Ada novel lain yang berjudul, "Mr. Arrogant's Baby" jangan lupa mampir ya, di jamin sama serunya loh...

Terpopuler

Comments

𝕽𝖈⃞Butirn𝕵⃟dBUᶜʙᵏⁱᵗᵃ

𝕽𝖈⃞Butirn𝕵⃟dBUᶜʙᵏⁱᵗᵃ

😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱

2022-02-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!