Jessy menghentikan larinya saat sebuah motor berhenti dihadapannya. Pengendara membuka helmnya, “Perlu tumpangan?” seringainya dengan senyuman hangat seperti mentari pagi.
“Akh, kau datang tepat waktu!” dia segera melompak ke jok belakang. Membuatnya sedikit terkejut apalagi tiba-tiba Jessy memeluk pinggangnya dengan erat.
“Cepat! Aku tidak mau ada yang melihatku!” pekikinya. Meminta si pengendara segera melajukan motornya.
“Ok. Meluncur!” suara knalpot bising terdengar dengan keras. Dia melajukan motornya diatas kecepatan rata-rata. Membuat Jessy terus berteriak tanpa henti dari belakang.
“Wow, keren banget, Josh! Kau memang penyelamatku!” teriaknya. Jessy berlari hanya untuk menghindari Rico, dia tak ingin sampai Sabrina tahu saat Rico melihatnya, mereka akan canggung terhadapnya. Pasalnya sebelum mereka berdua dekat, Rico selalu mengejar Jessy. Namun, Jessy menolaknya. Apalagi dengan adanya Jonathan yang selalu menjadi bodygourd dadakannya.
Hati Josh berbunga-bunga. Dia memang sudah lama memendam perasaan pada Jessy. Sejak kecil, dimata Josh, teman yang selalu menganggapnya seperti kakak kandung itu. Dia sudah memiliki persaan lain terhadapnya.
“Kau mau kemana lagi pembuat onar?” tanya Josh saat Jessy memintanya menurunkan dirinya di pinggir jalan dan gang yang sangat sempit.
“Hahaha, aku sedang menjalankan misi kebajikan. Aku akan menyebarkan kebaikan untuk semua orang!” serunya. Memperagakan dengan tangan seperti seorang yang sedang membaca puisi.
“Hah, jangan bilang?” Josh melirik dalam-dalam gadis yang dicintainya diam-diam itu.
“Yup! Kau memang penebak ulung!” cetusnya penuh dengan binar dan semangat.
“Memangnya papa dan papimu memberikan izin?” dia tahu, kedua orang itu tidak akan mungkin menyetujui rencana gila gadis itu.
“Yah, seperti yang kau tahu, mereka sudah pasti tak akan mengizinkanku!” sambil membenarkan rambut dan menyelipkan di telinganya. Josh bahkan menatap dia tanpa berkedip.
“Lantas?”
“Tentu saja aku kan masih memiliki mama peri, dia pasti akan membelaku disaat genting!” dia mengedipkan matanya. Josh hanya menggelengkan kepala melihat tingkah imut gadis idamannya itu.
“Aku temani ya?” Josh menawarkan diri. Dia selalu tak akan bisa tenang melepas gadis itu berjalan sendirian, apalagi saat ini tidak ada Jonathan bersamanya.
“Akh, kau dengan Jo sama saja, selalu mencemaskan aku. Aku ini bukan anak kecil lagi, Josh. Jadi, kalian tidak perlu sampai sekhawatir itu, aku masih bisa menjaga diriku sendiri!” Jessy memberikan keyakinan pada Josh yang selalu dia anggap sebagai kakak laki-laki selain Jonathan yang selalu saja mengkhawatirkannya.
“Hah, aku kan tahu kamu, kamu itu takut gelap, tidak suka hujan, tidak suka kolam renang dan kebisingan. Aku akan membantumu memilihkan tempat yang layak!” tukasnya. Dia bertekad akan ikut menemaninya menemani mencari tempat tinggal sederhana untuk latihan mandiri gadis itu. Josh bahkan sangat faham dan mengetahui setiap kelemahan gadis pujaannya itu.
“Iya, iya, aku tahu, tapi kau itu terlalu mencolok! Lihatlah motormu itu, kalau mereka tahu aku datang bersama-mu, mereka pasti akan memberiku dengan harga mahal!” liriknya. Kali ini Jessy benar-benar bertekad mendaparkan lingkungan yang cukup baik dengan harga semurah-murahnya. Itu misi pertama yang harus dilakukannya sekarang.
“Aku bisa parkir, tuh disana!” Josh tentu saja tidak akan kehilangan akal. Dia tetap akan mendampingi gadis itu. Bagaimanapun kondisinya. Dia sudah bertekad. Dia menunjuk mini market kecil di seberang jalan.
Jessy hanya bisa menghela nafasnya. Saat Josh bertekad, seperti apapun dia mencari alasan. Dia akan tetap kalah dengan laki-laki itu.
“Ya sudah, parkir sana! Aku tunggu disini!” pasrah juga Jessy. Dia tak ingin berdebat lagi dan membuang waktunya. Hari ini dia full dengan misi. Mencari tempat, pindah, beberes dan tentu saja janjinya nanti malam dengan Sabrina, dia tidak boleh lupa. Kalau tidak Sabrina akan mendiamkannya selama tiga hari berturut-turut.
Josh bergegas menuruti perintah gadis itu. Dia pun tak ingin kehilangan banyak moment bersamanya. *Yes! Berhasil! *Josh berencana melancarkan misinya. Pedekate dengan gadis itu lalu meminta dirinya untuk menjadi kekasih.
Jessy berjalan menyusuri gang yang sangat sempit. Membuat Josh menggaruk kepalanya yang tidak gatal berkali-kali. Jalan yang sempit, sudah seperti gang senggol. Mereka terus berkeliling. Namun, Jessy belum menemukan tempat yang cocok untuknya. Karena terlalu padat dengan segerombolan ibu-ibu yang kadang duduk di sisi gang membuat mereka sedikit kesulitan berjalan. Dan, Jessy sendiri membutuhkan tempat yang lebih tenang untuknya belajar dan istrahat setelah kelelahan bekerja.
“Aku rasa, kita cari tempat yang lainnya, Jess. Ini tidak akan cocok untukmu!” saran Josh. Dan memang dia pun sependapat dengan laki-laki itu.
“Uhm!”
“Kita cari apartemen kecil saja bagaimana?” usul Josh. Jessy masih terdiam, dia seperti sedang menimang-nimang. Akan menerima usulan Josh atau tidak.
“Mungkin akan sedikit mahal dari tempat ini, tapi setidaknya, di tempat seperti itu keamanan lebih terjamin. Kau bisa belajar dan beristirahat dengan nyaman, tanpa gangguan bising seperti tadi!” lanjutnya. Dia memang menyetujui misinya untuk hidup mandiri, tapi tidak dengan cara yang sangat ekstrim seperti ini.
Selama ini Jessy hidup serba kecukupan. Di layani oleh para pelayan profesional pilihan para ayahnya. Di rumah pun dia memiliki banyak koki untuk memasak setiap hidangan. Sekarang, paling tidak di saat dia memutuskan untuk hidup mandiri. Dia memiliki tempat tinggal yang sedikit layak dan nyaman.
“Memangnya kau ada saran?” yes hati josh berkata. Akhirnya Jessy menyerah dan menuruti usulannya. Dia memang sudah mencarikan tempat untuk Jessy. Bukan lingkungan yang mewah. Namun, untuk kesan sederhana yang dia inginkan, Josh yakin gadis kecilnya itu pasti menyetujui.
“Ada sih ... kau mau lihat sekarang? Tempatnya lumayan nyaman, pokoknya kau pasti tenang tinggal disana!” dia gerak cepat. Tidak ingin gadis itu berubah pikiran.
“Harganya bagaimana?” Jessy bertanya seolah dia kesulitan dengan keuangan. Menunjukan wajahnya yang terlihat kesulitan.
“1.000.000 per bulannya? Bagaimana?” Josh menawarkan harga paling murah. Sebenarnya dia sampai memohon pada temannya itu agar memberikan harga yang paling murah untuknya, dengan jaminan Josh mau membantu dia untuk mengejar nilainya yang turun di kampus.
“Wah, sungguh? Murah sekali!” Jessy berpikir, dia akan segera bekerja sambilan di tempat temannya. Menjadi kasir mini market dan beberapa kerjaan sambilan yang sudah dia rencanakan. Harga yang ditawarkan Josh dengan jaminan tempat nyaman dan tenang, bukankah itu sungguh luar biasa menurutnya. Dia sudah tak sabar menjalani misi hidup mandirinya.
“Yup! Bagaimana? Oke kan?” lagi dia meyakinkan hati gadis itu. Dan, akhirnya satu kali anggukan sebagai persetujuan darinya berhasil Josh dapatkan.
“Oke, kita berangkat!” Josh meraih tangan gadis itu. Mengenggamnya erat dan berjalan bersama. Debaran jantungnya kian tak bisa dia tahan. Seakan terus mengajaknya untuk melompat keluar saking senangnya.
***
“Kau tidak mengabari kalau kau pulang hari ini, Bert?” seorang laki-laki berkacamata sibuk menarik koper dan memasukkannya ke dalam bagasi.
“Tidak. Aku ingin memberikan kejutan. Selain itu pekerjaan mendesakku ini pun sebagai alasan!” ucapnya. Mata terus berkeliling melihat sekitar. Sebenarnya, dia ingin sekali ada seseorang menjemputnya. Terlebih orang yang paling sangat dia nantikan.
“Kau yakin? Papamu itu tidak akan marah?” ucapnya.
“Tidak, Calvin. Kau tenang saja. Kau sudah mendapatkan tempat untukku kan?” dia menutup pintu dan duduk di sebelah kursi kemudi.
“Apartemen yang sudah kau beli itu, aku sudah menyuruh seseorang untuk merapikan. Saat kau sampai, kau bisa langsung beristirahat!” cetus Calvin memberikan ide.
“Tidak, malam ini tidak bisa, aku ada undangan dari rekanku. Anaknya berulang tahun dan aku di minta untuk menghadirinya. Huh, padahal aku sangat tidak menyukai kebisingan!” dengusnya. Tangannya memutar lagu romatis untuk menemaninya selama perjalanan.
“Cih, melankolis sekali. Seperti orang yang sedang jatuh cinta. Orang tidak akan mengira kalau kau itu direktur ketus dan dingin saat di perusahan!” cibirnya.
“Jangan berisik! Antarkan aku mencari baju yang ccok. Aku tidak membawa banyak baju , jadi harus membelinya beberapa!” ketusnya.
“Oya, apa sampai tengah malam kau akan disana?”
“Aku rasa tidak, aku akan berbasa-basi sedikit, lalu pulang. Kenapa?” laki-laki itu melirik Calvin yang menaikan satu alis. Kode panas untuknya.
“Aku tidak berminat. Kau tahu kan, aku tidak suka dekat-dekat dengan wanita!” tegasnya. Melayangkan pandangan pada sisi jalan lewat jendela mobilnya. Saat itu dia tak sengaja melihat Jessy sedang memeluk mesra Josh dengan erat. Seketika entah kenapa dia terusik dengan wanita itu. Karena baru sedetik tadi dia berkata tak menyukai wanita, sedetik kemudian jantungnya berdebar dengan sangat cepat saat dia melihat wajah manis Jessy. Namun, tak lama dia memalingkan wajahnya lagi.
Cih, sudah punya kekasih rupanya, sayang sekali! umpatnya di hati.
***
Halo, terima kasih sudah mampir di novel terbaruku. Jangan lupa tinggalkan like, komentar terbaikmu, love dan rate 5-nya ya. Dukungan dari kalian sangatlah berharga untukku. Ada novel lain yang berjudul, "Mr. Arrogant's Baby" jangan lupa mampir ya, di jamin sama serunya loh...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
R.F
3 like hadir semangat
2022-03-05
1
𝕽𝖈⃞Butirn𝕵⃟dBUᶜʙᵏⁱᵗᵃ
idiihhhh..... ntar kesemsem ru tau 🤭
2022-02-28
1
oliana
wahhhhh semangat thorrrrr
2022-02-26
1