TAK BISA BANGUN

“Kau itu apa sungguh seorang laki-laki? Aku sedikit meragukannya. Masa kau selalu saja menolak jika di kasih dada dan paha wanita.

"Malam ini gratis, aku yang traktir! “ Calvin meragukan kesehatan tubuh temanya. Dia memang sangat terkenal dingin pada setiap wanita. Namun, ketampanan yang dia miliki membuat wanita meleleh dan bahkan bersedia menyerahkan dirinya.

Dia tak pernah ingin disentuh atau setiap wanita yang berusaha mendekatinya akan bernasib sial dan menerima kekecawan yang tak di duga. Kalau tidak diusir, dimaki, dicueki yang paling parah diseret kasar oleh pengawalnya jika masih berusaha mendekatinya.

“Aku, laki-laki tulen! Jangan pernah meragukan itu. Hanya saja tubuhku itu tak pernah merasakan getaran apapun. Mau dia telanjang sekalipun dihadapanku, kalau aku tubuhku tidak menginginkannya tidak akan bereaksi!” tegasnya.

“Alberto, Alberto, sungguh malang tubuh perkasamu ini. Sangat disayangkan karena kau tidak dapat surga yang tiada tara itu!” Calvin mengejek temannya. Dia memang sudah berkali-kali mencoba mendekatkan seorang wanita. Namun, seperti apa yang dikatakannya, tubuh temannya itu tak pernah bereaksi dan bangun.

“Sudahlah, jangan ungkit hal memuakan itu lagi,” sahutnya ketus.

“Apa kita coba test saja, bagamana, Bert?”

“Maksudmu?” dia memicingkan matanya, sudah faham dengan rencana busuk yang akan temannya lakukan.

“Ya, kita test saja pakai obat. Masa dengan obat kau juga tetap tak bisa bangun!” cetusnya memberikan ide gila.

“Kau gila! Aku tidak ingin coba-coba! Kau pikir wanita itu mainan?” gerutunya kesal mendengar ide tak masuk akal Calvin. Dia masih tak setuju dengan ide gilanya temannya itu.

“Tenang saja, aku akan mencarikan yang  aman. Masih  disegel dan bersih. Aku tahu tempat yang cocok dan kau bisa melakukan test itu dengan bebas tanpa takut  terkena penyakit. Hanya saja kita akan sedikit mengeluarkan dana sedikit besar, bagaimana?” bisik setan Carlos membuat Alberto sedikit tergiur. Sebenarnya dia pun ingin merasakannya. Dia malu saat di ejek terus tidak jantan atau tidak bisa bangun oleh teman-temannya.

“Lagipula, kau disini tidak akan lama kan? Sesekali mencicipi barang lokal tidak ada salahnya. Kualitas mereka sama saja kok dengan yang import!” tegas Calvin. Dia tetap tak ingin melepaskan jeratnya. Rasa penasaran pada temannya itu membuatnya tertantang untuk membuktikan apa temannya itu jantan atau dia benar-benar loyo.

“Uhm, kalau memang tidak ada perubahan rencana dan semua kontrak berjalan dengan lancar. Maximal hanya dua bulan!” tegas Albertho.

“Nah, coba ya, nanti malam. Atau jika kau memang tak ingin mencari yang aku tawarkan. Cobalah kau menjalani satu hubungan yang serius. Malam nanti bukan tidak mungkin kau akan bertemu dengan salah satu jodohmu disana. Jadi kau tak perlu merasa bersalah atau takut melakukannya, karena orang itu kan pilihanmu!” kembali Calvin memberikan ide gilanya yang tak masuk akal. Selama ini dia tak pernah tertarik. Mau wanita itu cantik, manis, imut, sexy, tak pernah ada satu pun dari mereka yang jadi incaran atau di coleknya.

“Sudahlah, sakit kepalaku membahas ini. Kau antarkan saja aku langsung ke apartemen dan untuk memilih baju aku serahkan semua padamu!” dia sudah kesal dan bad mood. Tak ingin kemanapun  selain kembali dengan cepat beristirahat.

“Oke, oke. Aku antar dan aku yang carikan bajunya. Sekalian nanti malam aku jemput!”

“Uhm!”

***

“Bagaimana menurutmu, Jess?” dia yang tampak antusias berkeliling di apatemen minimalis yang Josh rekomendasikan.

“Aku suka banget, Josh! Kau yakin ini hanya 1.000.000 per bulan?” kini dia yang meragukan harga yang ditawarkan oleh Josh.

“Uhm, tenang saja. Harganya memang segitu, aku sudah kompromi pada mereka. Dan kau akan membayar setiap bulan di tanggal satu!” Jessy hanya manggut-manggut mendengar penjelasan dari Josh.

“Jadi? Kau ingin belanja dulu atau bagaimana?” dia tetap mencari kesempatan untuk tetap berada disisi gadis itu.

“Aku lapar sekali, Josh! Bisakah kita makan siang dulu. Alu sudah mengirimkan alamatku pada salah satu asisten rumah tangga. Dia akan mengantarkan barang-barang yang sudah kupersiapkan di kamar. Jadi, aku tak perlu repot apa-apa lagi dan ini sepertinya tempatnya sudah sangat bersih dan rapi!” Jessy yang melihat tak ada sedikitpun kotoran atau debu. Sebab, Josh sudah mengatur semuanya demi kenyamanan gadis itu.

“Lalu setelah makan, kau ada rencana apa?” Josh mengekori Jessy keluar apartemen dan mengunci pintunya. Dia sudah langsung mendapatkan akses kunci dan apapun secara cepat. Kontrol dan kendali, semua dilakukan oleh Josh tentunya.

“Aku akan menunggu asisten rumah datang membawa barang, menyusunnya dan istirahat sebentar untuk nanti malam,” jawab Jessy membuat kening Josh berkerut.

“Kau mau pergi kemana?”

“Aku mau ikut  dengan  Sabrina, Angelica nanti malam ulang tahun!” jelasnya. Josh selalu saja khawatir jika Jessy berjalan bersama dengan Sabrina. Sebab, dia pernah memergoki Sabrina sedang melakukan hal diluar nalarnya bersama Rico di dalam mobil. Rico dengan leluasa menjamah tubuh Sabrina dengan bebas.

Josh hanya takut Jessy terbawa arus tidak benar oleh pergaulan bebas Sabrina. Selama ini dia menutup mulut dan matanya tidak ingin ikut campur selama tidak ada hubungannya dengan Jessy.

“Ada apa, Josh? Kau masih saja tak suka kalau aku jalan dengannya,” pertanyaan Jessy menjawab raut wajah Josh yang berubah jadi masam.

“Jangan terlalu dekat dengannya, kau tahu kan pergaulan dia seperti apa. Aku tidak ikut campur selama ini karena masih memandang tante Diana dan om Carlos, aku tidak ingin mereka sampai tahu kelakuan Sabrina di luar rumah!” tegasnya. Ya, Jessy pun memahami kecemasan Josh, dia hanya ingin dirinya tak terjerumus oleh ajaran menyesatkan Sabrina.

“Uhm, aku tahu. Kadang aku juga tidak tega, rasanya aku ingin bilang pada tante Diana dan om Carlos. Aku merasa mereka harus tahu kelakuan anaknya. Kalau kita terus menutupi, hah ... entahlah, Josh, aku masih tidak tega padanya!” keluh Jessy.

Jessy baru saja mendorong pintu saat dirinya tak sengaja menabrak seseorang dan kopi yang ada di tangan orang itu meluncur dengan bebas di bajunya. Menimbulkan bercak basah pada dua benda yang amat dilindunginya. Bahkan bayangannya tergambar dengan sangat jelas dihadapan orang itu. Dan, tanpa sadar wajah orang itu tiba-tiba memerah. Rasa panas langsung menjalar di tubuhnya. Matanya tak luput dari dua benda yang tergambar jelas itu.

“Arghh!” pekik Jessy, tangannya reflek menutupi akses miliknya. Josh yang terkejut segera melepas jaketnya dan menutupi akses milik gadis pujaannya itu.

“Ma-maaf, aku sungguh tidak sengaja! Aku akan bertanggung jawab!” ucapnya tanpa sadar dia menarik tangan gadis itu.

“E, e, e, lepas!” Jessy setengah berteriak. Dia tak menyukai sikap tak sopan orang tadi. Jessy menghempas kasar tangan orang tadi.

“Ah, ma-maaf!” dia terus mengatakan kata maaf dengan desiran yang entah darimana datangnya. Jantungna terus berdebar dengan sangat kencang saat menatap Jessy. Sedangkan gadis itu kesal, dia terus mengerucutkan bibirnya.

“Sudahlah, lain kali hati-hati!” ucap Jessy. Berjalan menjauhinya dan meninggalkan orang tadi yang hanya bisa terpaku melihat kepergian Jessy. Josh langsung menunjukkan area perlindungannya. Dia menatap garang pada orang tersebut.

“Hei, Bert, kau tidak apa-apa?” Calvin setengah menggoyangkan tubuh temannya itu. Dia berdiri seperti patung. Reflek kembali Alberto menaruh tangannya di dada, dia bahkan masih dapat merasakan debaran jantungnya yang keras.

Apa ini? Tubuhku bereaksi pada gadis itu? Dia begitu lucu dan imut seperti adikku. Masa aku menyukai anak di bawah umur. Hah, pasti aku salah. Dia bergulat dengan pikirannya. Matanya bahkan masih mengekori Jessy yang di gandeng masuk oleh Josh. Josh seolah memberitahu kepemilikannya dengan sangat jelas.

“Aku benar-benar lelah karena penerbangan. Harusnya tadi aku menyuruhmu saja membeli kopi,” dengusnya. Membanting pintu dan duduk dengan kasar di kursinya.

“Cih, kenapa kau marah-marah tidak jelas sih? Aku kan hanya tanya barusan. Mana kopiku?” Calvin menegadahkan tangan. Meminta jatah kopinya.

“Kopimu tumpah. Aku yang menumpahkannya. Kenapa? Kau tak suka?” Calvin mendelik saat mendengar kopinya tumpah.

“Hah, kau memang tak bisa diandalkan!” gerutunya sambil memutar setir. Memajukan mobilnya.

***

Halo, terima kasih sudah mampir di novel terbaruku. Jangan lupa tinggalkan like, komentar terbaikmu, love dan rate 5-nya ya. Dukungan dari kalian sangatlah berharga untukku. Ada novel lain yang berjudul, "Mr. Arrogant's Baby" jangan lupa mampir ya, di jamin sama serunya loh...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!