Bab 2

Nasya melangkahkan kakinya, menghampir Arka yang kini duduk santai bersandar pada kepala ranjang.

"Kau..."

Bruk...

Nasya tidak melihat adanya kursi, sehingga kakinya tersandung kursi dan tubuhnya jatuh tepat menimpa Arka yang masih duduk santai di sana.

"Kau ingin menggodaku, ya? Dasar wanita gatal!" umpat Arka sambil menurunkan tubuh Nasya dari atas tubuhnya.

"Aku terjatuh!" desis Nasya sambil turun dari ranjang dan mengambil bantal serta selimut, kemudian membawanya menuju sofa panjang di ujung ruang kamar.

"Ini kamarku, tapi aku yang harus tersiksa!" gerutu Nasya pelan.

Namun Arka masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Kamarmu, kamarku!" ucapnya dengan bangga, matanya terpejam, bibirnya menyunggingkan senyum mengejek.

Nasya merebahkan diri di atas sofa, berusaha memejamkan matanya, mengistirahatkan tubuh yang lelah seharian berdiri hanya karena pernikahan yang menurutnya tidak berharga tersebut.

Kau akan menyesalinya, Wira! umpat Nasya dalam batinnya. Mengingat apa yang telah di lakukan Wira dengan sahabatnya.

Meski sudah berjam-jam berusaha memejamkan mata, namun mata indah Nasya tidak bisa terpejam barang semenit pun. Hal itu di ketahui oleh Arka, ia juga tak tidur.

Kamar asing yang kini menjadi tempatnya terbaring seakan menjadi alasan mengapa kantuk tak kunjung hinggap.

Di hempaskannya selimut yang berbahan bulu halus nan lembut tersebut, ia turun dari ranjang. Pandangan mata terarah ke balkon kamar milik Nasya.

Klek...

Nasya yang pura-pura terpejam membuka matanya, dalam gelap memperhatikan suami sementaranya itu keluar.

Mau kemana dia?

Hendak menghidupkan lampu, Nasya mengurungkannya. Arka akan tahu bahwa Nasya belum tidur. Memutuskan memperhatikan Arka meski berbekal cahaya dari lampu tidur yang redup.

Arka mendudukan diri di atas kursi kayu jati yang memang sengaja di pasang.

"Takdir yang aneh," gumam Arka sambil terkekeh. "Bagaimana bisa dalam beberapa jam aku menjadi suami seorang perempuan gila!" desisnya.

Berdiri menatap langit yang tampak indah, kemudian berbalik dan melangkahkan kaki memasuki kamar, Arka tidak ingin berlama-lama di luar.

Namun, ketika dirinya sudah berada di dalam kamar, ia memutar bola matanya malas.

Di atas tempat tidur kini sudah terbaring sosok wanita yang sudah bisa di sebut istrinya.

Klek...

"Jangan hidupkan lampunya, bod*h!" ketus Nasya. "Aku tidak bisa tidur dalam terang!"

Arka menarik selimut yang menutupi tubuh Nasya, membuat pemandangan tubuh terbalut gaun tidur tipis itu terpampang jelas dan nyata di hadapan matanya.

"Si*l!" umpat Arka, kembali melemparkan selimut menutupi tubuh wanita berkulit kuning langsat tersebut.

Nasya menatap nyalang Arka.

"Dasar tidak tahu diri!"

"Siapa yang menyuruhmu pindah ke atas tempat tidur? Cepat, enyahlah dari hadapanku!" Arka memerintah.

"Ini tempat tidurku!"

"Oh, ya?"

Melangkah ke samping lain tempat tidur, Arka merebahkan dirinya dengan begitu saja, menarik selimut yang di pakai Nasya dan menutupi kaki hingga dadanya.

"Apa yang kau lakukan?!" pekik Nasya, berusaha merebut selimut.

"Aku suamimu," ucap Arka tersenyum seringai. "Kau harus berbagi tempat tidur dengan suamimu!" sambungnya tersenyum seringai lagi.

"No!" Nasya terus menarik selimut.

"Jika kau terus membangkang, maka bukan lagi selimut dan ranjang yang harus kau bagi denganku!"

"Lalu?!"

"Kau juga harus berbagi t*buhmu denganku!"

"Kau sudah gila!" pekik Nasya.

Tidak ada yang mengalah, akhirnya Arka mengambil inisiatif. Meletakkan guling dan bantal di tengah-tengah mereka sebagai batas mereka.

"Itu lebih baik!"

...****************...

"Aaaaaaaaa......"

Pagi yang cerah, harus di sambut teriakan yang memekakan telinga yang mendengarnya.

Arka terperanjat, membuka matanya dengan terpaksa.

Ia hampir saja meloncat, mendapati tubuh dengan dada tel*njangnya sudah menempel dengan Nasya.

"Kemana hilangnya pembatas itu?! Apa kau sengaja melakukan ini?!" Arka segera beranjak, memakai kemeja yang menghilang entah kemana semalam.

"Apa?! Kau menuduhku?! Pasti kau yang sengaja!"

"Si*l!"

Tidak memperpanjang perdebatan, Arka memasuki kamar mandi. Dia tidak ingin pendengarannya rusak hanya karena teriakan seorang wanita di pagi hari.

"Dasar pria mes*m!" umpatan terus keluar dari mulut Nasya.

"Ini salahku, kenapa aku menariknya dalam pernikahan ini!"

......................

Terpopuler

Comments

Yogi Pratama

Yogi Pratama

nasya trllu keras..kan dia yg ngajak nikah..kok dia yg egois..harusnya dia berterimakasih dan bersikap lembut dikit gak kasar thor..

2022-03-16

4

ennita

ennita

mampir Thor...salam dari Malaikat Kecilku 😊🙏

2022-02-28

0

Kusmiati

Kusmiati

lanjut💪💪💖💖

2022-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!