...[ Sky Tulip (Pinterest) ]...
Ketika langit perlahan cerah mereka siap dengan perjalanan mereka. Damanda yang duduk diatas Batu tempatnya semalam terdiam mendengar pembicaraan Rhapael dan Limino.
"Tuan... Apa tidak terlalu aneh jika kita melewati jalur itu dan lagi pula kita membawa wanita, banyak bandit dan juga penjahat buronan di hutan sebelah sana." Limino melirik Damanda sesekali.
"Aku menyusahkan kalian," ucap Damanda seketika membuat Limino bungkam.
"Kau tidak sopan nona memotong ucapan orang dan menguping tanpa izin." Marcus kali ini bersuara membuat Damanda sangat kesal.
"Diam kau, aku tidak ingin berdebat denganmu," ucap Damanda melangkah mendekat dan menatap ke empatnya.
"Sebelumnya aku ingin jelaskan jika aku bukan berasal...."
"Maaf Tapi, tidak ada waktu untukmu bicara Nona Damanda," ucap Tristan seketika menarik Damanda mendekat Rhapael dan mereka segera naik ke atas kuda.
"Aaah... Aku ingin bicara kenapa kalian para lelaki selalu membuatku tidak bisa bicara sih Ayolah..." Damanda mengoceh panjang lebar di atas kuda.
Di wajah Marcus dan Tristan mereka tersenyum. Membuat Damanda diam itu susah-susah gampang.
Mereka melajukan kudanya ke arah utara. Di setengah perjalanan seperti sudah hampir sore lagi Rhapael dan lainnya berhenti memberikan istirahat dan makan untuk kuda mereka.
"Kita akan ke wilayah utara Nona disana ada Ratu Zeline Beliau akan membatu kita dan mengambil kembali tahta milik Pangangeran," ucap Limino pada Damanda yang sedang memainkan batuan sungai dan mencuci kakinya di dekat para kuda yang berendam.
"Maafkan saya juga telah menyinggung anda." Limino meletakan satu buah di samping Damanda dan pergi berkumpul dengan Rhapael dan juga Marcus dan Tristan.
"Iya. Terimakasih aku tidak kesal hanya aku merasa jika aku benar-benar beban kalian." Jawaban Damanda masih didengar Limino.
Seketika Damanda menyentuh buah apel yang Limino berikan padanya seketika itu sebuah bayangan ayah kecil tertawa didepannya mengambil air sungai dan seorang wanita dewasa dengan tersenyum senang lalu ada seorang dengan pakaian kerajaan datang dan Limino turun dari kudanya menggendong anak perempuan itu. Mereka terlihat bahagia. Lalu datang prajurit dan membisikan sesuatu pada Limino.
Mereka bertiga berpisah lagi dan mereka menatap kepergian Limino. Seketika didepan Damanda berubah lagi menjadi rumah seseorang tanpa dinding Damanda bisa melihat jika seorang lelaki dengan tudung hitam memenggal kepal kedua perempuan beda usia itu. Setelahnya pelaku itu pergi Limino datang dengan banyak luka di wajah dan baju zirahnya banyak noda darah bercampur tanah.
Sepertinya itu keluarga Limino. Damanda memainkan air di kakinya lalu menghela nafasnya. Mengangkat wajahnya seketika melihat anak kecil lelaki. Dan Limino masih sangat muda terlihat anak usia lima belas tahun dan sepertinya itu anak kecil lelaki yang Limino jaga adalah Rhapael.
"Kamu melihat semuanya, Aku memberikannya pada mu Damanda," ucap perempuan pemilik tubuh yang Damanda tempati ia menampakan dirinya duduk disamping Damanda.
"Penglihatanmu tentang Limino jelas karena dirinya tidak bercerita tapi, untuk Pangeran Rhapael kau pasti melihatnya. Aku sengaja memburamkan kedua wajah Raja dan Ratu aku tidak bisa melihatnya juga jadi, Damanda jaga tubuhku dengan baik. Tubuh mu yang asli sudah di kuburkan di tempatmu, tidak bisa diselamatkan. Maafkan aku karena memindahkanmu sembarangan," ucapan Perempuan itu dengan wajah sangat ramah.
"Kau kenapa kau tidak memakai tubuhmu kembali kenapa malah... Dan untuk apa kamu memberiku ingatan Rhapael ingatan Limino?" Damanda bertanya seketika itu perempuan itu berdiri.
"Panggil Aku Manda Aku Nenek dari nenek dari nenek moyangmu intinya aku adalah Damanda pertama setelah keluargaku, Kamu putri dari Elisza kan Makannya aku datang membawamu ke masa atau jaman ku, di kedepannya kau juga akan lahir sebagai penjaga pedang itu ketika Juto kekek dari ayahmu Daman memanggilmu di waktu kau akan kuliah jadi anggaplah kau terlahir kembali dan jadilah Manda. Juga Nama kepanjanganku Damanda, lebih sering di kenal Manda."
Damanda menatap aneh perempuan di sampingnya.
"Aku memberikanmu ini dan juga memberikanmu kekuatanku untuk bisa menyentuh dan membawa pedang itu Ratu sendiri yang berpesan padaku untuk menjaganya jadi jagalah dengan baik," ucap Manda.
"Aah.. apa maksudnya aku sama sekali tidak mengerti, Mada katakan dengan jelas. Aku terlahir penjaga pedang, dan nama ibuku kenapa kau tahu dan bagaimana maksudmu berarti aku benar-benar meninggal." Damanda menghentikan semua ucapannya ketika melihat bayangan Manda menghilang lalu berganti dengan Limino ketika pertama kali di temukan Raja Damian sebagai gelandangan lalu di bawa ke istana dan di angkat anak sekaligus kesatria. Ternyata Limino hidup tanpa tahu siapa orang tuanya Ketika berumur lima belas tahun Limino menjadi pengawal Rhapael yang baru berusia setahun.
Berati kenapa Limino sangat tersinggung ketika makan malam itu Damanda bicara dengan tidak sopan terhadap Rhapael.
'Aku harus menjaga pedang ini sampai kapan. Sampai Rhapael mencapai tahtanya jika hanya di berikan begitu saja kenapa tidak sekarang tapi, jika sekarang di berikan aku akan kemana.' Damanda berpikir berdebat dengan perasaannya.
Sambil memakan apelnya Damanda menikmati pemandangan dan cerita tentang Limino seperti layar film besar di hadapannya ini sebuah hal yang ingin Manda ceritakan.
Di tempat duduk mereka Limino Rhapael dan Marcus juga Tristan mereka berempat terdiam dengan mengasah pedangnya.
"Sebenarnya yang kita cari itu bukan wanita yang seperti itu tapi, kau menemukannya Damanda yang seperti itu?" Suara Marcus membuat Tristan yang sedang tergeletak di atas pohon dengan mengayunkan kakinya mendesah kasar.
"Dari mana yang aku rasakan jika dia Damamda yang kita cari, asalkan pedang itu bisa di pegang dan di bawanya kemanapun itu dia kan," ucap Tristan. Marcus terdiam.
"Darahnya juga sangat berharga Pedang itu harus berada didekatnya jangan biarkan Darahnya keluar mengalir lalu mengenai pedangnya bisa jadi pedang itu hilang keamanannya dan bagi siapapun yang sudah menyentuh pedang itu setelah terkena tetesan darah Damanda sekali, maka pedang bisa di sentuh siapapun tapi, yang pertama kalilah yang bisa menguasainya." Limino bersuara lalu menatap Marcus dan Tristan.
Tristan bangun dari tidurannya dan turun dari atas pohon drngan melompat.
"Yaa begitulah kira-kira jadi bagaimana Pangeran?" Rhapael bergeming bersandar pada batang pohon yang dahannya untuk Tristan berbaring tadi.
"Tidak ada cara lainnya kita sudah terlanjur maju aku juga tidak bisa membawanya terlalu jauh kedalam bahaya. Jika bisa meneteskan darahnya sekarang kenapa tidak?" Rhapael tiba-tiba membuat usulan yang mustahil menurut Marcus dan Limino.
"Sekarang. Tidak mungkin mustahil. Masalahnya gerhana masih sangat lama dan Purnama masih sangat lama Rasi bintang untuk membuat pedang itu bisa anda sentuh juga tidak terlihat," ucap Marcus menggebu.
Rhapael menatap Marcus.
"Ah...Tidak.. Bu-bukan begitu yangmulia maksud ku adalah... "
"Jika kita melakukannya sekarang juga anda tidak memikirkan bagaiamana nasibnya jika sudah tidak memiliki urusan apapun dengan kita."
" Satu lagi jika darahnyan menetes sekarang bukan membuat pedang itu bisa anda sentuh melainkan kita mengundang Bangsa imortalia lainnya karena darah seorang Guarding yang keluar tanpa ada gerhana Purnama atau rasi bintang pembuka, itu membuat darahnya menjadi rebutan karena kekuatannya satu tetes bisa membuat seorang bangsa imortalia tak terkalahkan hingga bisa membuat seluruh bangsa manusia dan penyihir menjadi budaknya."
Marcus berpidato panjang lebar tanpa sadar Damanda mendengarkannya dari awal hingga Akhir dan tanpa sengaja Rhapael menoleh dan melihat Damanda duduk berjongkok di sampingnya.
"Jadi kalian masih mau mengajakku kan.. Iya kan.. Ayolah.. kalian kasihani lah aku, dan terimakasih banyak yee... Huuuu..." Damanda kegirangan seketika membuat ke empat lelaki itu hanya diam merasa aneh juga canggung.
Rhapael hanya terdiam saja dan menghela nafasnya.
'Sepertinya apa yang aku pikirkan jika Rhapael tidak menyukai wanita itu,' batin Marcus memejamkan matanya.
'Kau tidak usah membatinku,' pikiran Rhapael membuat Marcus terkejut dan membuka matanya menoleh cepat pada Rhapael.
"Ka-kau..." Marcus berbisik.
Rhapael melirik dengan sebelah matanya terbuka menatap Rhapael.
'Aku tahu kau akan mengerjai wanita ini,' Pikiran Rhapael didengar Marcus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments