Gtvs

Damanda meringis mendengar cerita Rhapael.

"Pasti sangat menyakitkan. Maafkan aku sudah membuat permintaan itu dan kau malah mengabulkannya, aku jadi tidak enak hati," ucap Damanda.

Rhapael menoleh. Lalu kembali menatap api unggun lagi dan mengangguk samar.

"Aku hanya mengabulkan apa yang bisa membuat seseorang menerimaku dekat dengannya, Aku hanya lah monster yang tidak pantas memiliki siapa pun walaupun aku punya Orang tua sekalipun," ucap Rhapael.

"Tidak... Pangeran, anda itu orang yang sangat baik buktinya permintaan aku itu bisa saja anda tolak tapi, anda malah menceritakannya." Damanda mengambil sesuatu dan membakarnya.

"Semua pasti memiliki kisahnya masing-masing tidak perduli seburuk apapun semua itu sudah di tentukan dari lahirnya kita ke dunia ini, Anda adalah penerus kerajaan ayah Anda dan Seharusnya Anda tidak boleh terus-terusan menyalahkan diri anda atas kematian ibu dan ayah anda," ucap Damanda lalu menoleh menatap Rhapael dari samping.

Damanda tersenyum.

'Aku bisa mengatakan kuat dan bahagia selalu pada orang lain kenyataannya aku sendiri ingin menyerah pada kehidupanku yang menyedihkan di tambah keberadaanku disini, Huuuhfh,' pikiran Damanda melayang pada kehidupannya yang dulu.

Rhapael menoleh menatap Damanda dari samping yang menyanggah Dahinya dengan gagang pedang yang berdiri lalu menghela nafas kasar.

'Apa ia benar-benar bukan berasal dari dunia ini. Aku memperhatikan sejak kedatangannya. Dilihat dari warna mata dan rambut serta sesuatu didalam dirinya bukanlah dirinya tapi orang lain yang masih berusia duapuluh satu tahun.' Rhapael menerka.

Informasi yang di dapat jika Damanda adalah gadis yang pemalu dan penyakitan juga lemah tapi, perempuan ini sangat pandai bicara dan tidak pemalu senyum dan tertawa bisa memperlakukan Marcus dengan berani.

"Pangeran.. Atau Rhapael nyamannya aku memanggilmu," ucap Damanda menoleh menatap Rhapael yang menatap api unggun didepannya.

"Terserahmu,"ucap Rhapael dengan nada bicara yang acuh.

Damanda mendengus kesal.

Seketika sebuah serangan mendadak membuat Rhapael refleks melindungi kepala Damanda.

"Ayo kita harus bergegas pergi!" Teriakan Marcus membuat Rhapael dan Damanda segera pergi.

Mereka pergi dari pondok sederhana tak berpenghuni dekat sungai itu dengan membawa kuda mereka menjauh sebelum mereka naiki.

Damanda berhenti seketika Damanda terkejut karena panah hampir menyobek lehernya.

Damanda menatap semuanya naik ke atas kudanya seketika Damanda diam karena tidak mungkin jika dirinya minta tumpangan. Lagian mereka tidak memberikan Damanda kuda sendiri.

Rhapael.

Limino.

Marcus dan Tristan mereka sudah naik kuda. Sudahlah terima nasip mu saja Damanda.

"Sedang apa kau, ayo," ucap Rhapael seketika mengulurkan Tangannya untuk Damanda raih.

"Tapi, kenapa harus... Aaa." Sekali tarik Damanda sudah duduk di atas kuda Rhapael dan ada di depan Rhapael Damanda langsung menggunakan tudung jubahnya takut rambutnya mengganggu pandangan Rhapael ketika menjalankan kuda.

"Aku tidak nyaman," cicit Damanda tapi, Rhapael tidak menanggapinya.

Seketika kuda mempercepat larinya rombongan hentakan kuda menjauh seiringan itu pondok itu hancur dan dan terbakar.

Seorang wanita dengan kepulan asap hitam di sekitarnya dan wajah cantik tapi menyeramkan itu tersenyum.

"Pangeran baru saja dari sini periksa area sekitar," wanita cantik menyeramkan itu menunggu hasil anak buahnya. Nihil.

Wanita menyeramkan itu memenggal leher prajurit yang membawa informasi kosong tak berguna.

Mereka pergi dari pondok yang terbakar itu.

Di sisi lain Damanda masih menatap depan kuda terus berjalan cepat. Rasanya ingin muntah. Damanda sudah dua kali naik kuda tapi, kedua kali ini benar-benar membuatnya sangat tak nyaman.

"Berhenti aku ingin muntah," ucap Damanda.

Seketika Rhapael menghentikan kudanya bersamaan kuda lainnya.

"Damanda kau..." Tristan belum selesai bicara Damanda sudah muntah di balik semak.

"Jangan ajak aku bicara aku mual." Seketika semua diam dan hanya berusaha tidak mendengar apapun.

Damanda kembali dan mendudukan dirinya di tanah.

"Sebenernya kita kenapa lari dan anak panah, bukannya pondok itu bagus untuk tempat tinggal kenapa tidak kita jaga saja kenapa malah lari. Jadi kenapa?" Damanda menatap semuanya seketika itu Rhapael turun dari kudanya dan meminta tangan Damanda.

"Apa tangan ingin apa kau dengan tanganku," ucap Damanda menarik tangannya tanpa banyak suara yang keluar Rhapael menarik tangan Damanda lagi dan seketika memberikan sebuah permata berwarna hijau.

"Permata itu bisa membuatmu terbiasa dengan perperjalanan ini, kau tidak pernah naik kuda?" Damanda menggeleng dengan ucapan Rhapael.

Mereka melanjutkan perjalanan dan pergi melintasi hutan yang lebat dan sungai.

Sampai waktu subuh mereka sampai di sebuah pemukiman sebisa mungkin mereka menyamar.

"Ini dimana?" Damanda berbisik pada Tristan. Damanda Tristan dan Marcus sedang pergi ke pasar dan mereka juga mampir ke salah satu penginapan untuk beristirahat. Jika tidak membawa Damanda mereka mungkin akan melanjutkan perjalanan

"Ini masih daerah kekuasan Kerajaan Damian," ucap Tristan biasa.

"Lalu..." Damanda melihat dan berhenti di salah satu penjual pakaian.

Ini adalah pakaian asli yang orang jaman kerajaan buat dan ini sangat rapi, walaupun belum ada pewangi bahan kemasan dan sabun cuci atau deterjen pakaian disini wangi alami tumbuhan dan tidak eneg. Damanda memegang bahan dan mendekatkan sedikit pada hidungnya.

"Ini sangat bagus berapa harganya," ucap Damanda pada penjual.

"Harga pakaian itu Tiga puluh kepingan perak," ucap Penjual setelah melihat Damanda dan pakaian Damanda.

"Mahal sekali," ucap Damanda pelan.

Damanda pergi lagi dan berkeliling. Daman seketika tangan Marcus menariknya.

"Jangan bicara dengan siapapun disini jika ingin bicara katakan pada kami berdua saja." Marcus berbisik.

Tristan mengangguk.

"Memangnya kau tidak punya uang," ucap Tristan. Damanda menggeleng.

'Bagaimana punya uang aku kemari saja bertukar nyawa dengan pemilik tubuh, rasanya seperti tunawisma, kalian memberikan tubuh ini makanan minuman dan pakaian alakadarnya saja sudah sangat bagus dan bersyukur,' Pikiran Damanda melayang tentang betapa menyedihkan dan miskinnya dirinya ini.

Mereka kembali ke penginapan setelah membeli beberapa bahan perjalanan mereka.

Yang di butuhkan saja karena pasti di hutan banyak makanan. Damanda sedikit melirik pada bawaan Tristan dan Marcus.

Tanpa sadar jika seorang wanita tersenyum menatap punggung Marcus Damanda dan Tristan berjalan kepenginapan.

Malam harinya mereka kembali melanjutkan perjalanan. Saat itu juga baru seratus meter mereka menjauh dari Desa itu seketika sebuah suara tawa wanita terdengar sangat kencang. Seperti menghalangi jalan mereka.

"Selamat datang pangeran Rhapael dan... Wanita itu, Aah.. pasti Guarding bukan? Kalo gitu kalian berikan pedang itu dan kami akan persilahkan kalian pergi," ucapnya dengan sangat anggun dan tersenyum manis di bibir merah dan gigi putih yang berukuran sedang.

Tidak ada ucapan atau jawaban saat itu juga Damanda bicara.

"Anda siapa? Pakaian anda seperti seorang wanita gampangan. Minggir lah kami mau lewat," ucap Damanda dengan berani. Rhapael dan lainnya melotot dan sedikit menahan tawa Damanda sangat pandai bicara.

Wanita itu marah dan kesal seketika menyerang. Saat itu juga semua melawan dan Damanda terjatuh dari kuda Damanda sedikit takut dengan situasi ini.

Damanda bersembunyi Bukannya tidak terlihat justru di incar.

Damanda terus berlarian menjauh seketika menabrak wanita yang di oloknya tadi.

"Berikan pedang itu," ucap Wanita itu.

"Tidak, Aku tidak mengenalmu," ucap Damanda keras didepan wajahnya.

"Dasar wanita aneh berikan!" Teriaknya ketika akan mencekik Damanda, seketika itu tangan Rhapael menghentikannya.

"Jangan sentuh Wanita itu," ucap Rhapael.

Semua orang yang wanita cantik dan seram bawa sudah mati di habisi Rhapael dan lainnya tinggal wanita itu saja.

"Apa kau ingin membunuhku pangeran, Ck..ck..." Damanda melihat jika Rhapael bingung.

"Ini membuang waktu Rhapael tebas saja kepalanya habisi dia," ucap Damanda dengan keras seketika Tristan dan Marcus membekap mulut Damanda.

"Yaa.. Amis darah tangan kalian," ucap Damanda kesal.

Rhapael terdiam seketika menghela nafas dan memejamkan mata lalu membuka matanya dan saat itu juga wanita cantik menyeramkan dengan pakaian terbuka dan asap hitam abu-abu di sekitarnya menghilang.

"Kau.. Tidak... Hanya Damian yang memiliki mata biru itu, tapi, Rmabutmu tidak berubah putih." Wanita itu menatap Maut didepannya dengan bicara tersendat seperti tercekik.

Serangan Wanita itu dengan sihir di sadari Rhapael dan di tangkis dengan baik Seketika Rhapael mencekik wanita itu dengan keras dan membantingnya ke tanah.

Marcus dan Tristan menutupi pandangan Damanda.

"Aku ingin lihat menyingkirlah...."

"Tidak Damanda kau ini mabuk perjalanan kau bisa muntah lagi," ucap Tristan.

"Iya.. Merepotkan kau ini sangat jorok jika sudah muntah di tengah perjalanan."

"Apa maksudmu Marcus.. Hey.. kau itu tukang ngupil sembarang jadi siapa yang jorok," ucap Damanda tidak terima.

"Kau tidak terima jika kau muntah ketika naik kuda kemarin." Marcus lebih kesal. Tristan malah bingung. Limino berpura-pura tidak lihat dan dengar apapun.

Rhapael dan wanita asap hitam masih dengan posisi Rhapael mencekik lehernya hingga melihat wajah wanita itu kesakitan.

"Kau yang telah membantu Galen menghabisi kerajaan Damian dan membunuh ayahku," ucap Rhapael.

Seketika sebuah percikan api biru yang tidak tahu dari mana datangnya, langsung membakar wanita itu sampai berterik tak karuan.

Damanda yang ingin melihat di halangi Tristan dan di tutup matanya oleh Marcus.

Rhapael menatap jasad wanita itu hangus terbakar hingga berubah menjadi bara dan membatu dan mengeras lalu berubah menjadi kerikil besar.

Rhapael berbalik seketika itu Damanda menatap Wajah Rhapael yang lelah berkelahi. Kembali melanjutkan perjalanan Damanda duduk di depan Rhapael lagi rasanya aneh ada hawa menyeramkan dan membunuh datang dari Rhapael.

Damanda mungkin takut tapi, Apa Rhapael ini benar-benar Monster dilihat jika tadi Rhapael bertarung menebas para orang suruhan wanita aneh tadi.

Damanda sedikit takut tapi, Menyadari Marcus Limino dan Tristan ada disana Damanda tambah ketakutan. Oh... bagaimana jika mereka semua sebenarnya penjahat tapi, Cerita Rhapael benar benar tergambar jelas dalam ingatan Damanda.

Damanda seperti melihat sendiri. Wajah ibu Rhapael tidak jelas tapi yang pasti yang Damanda pernah ingat dan tergambar di kepalanya Ibu Rhapael orang yang sangat berani dan pedang dengan permata putih pernah di milikinya.

Damanda menatap ke depan.

Kenapa Damanda memkirkan hal yang ada di musium waktu itu dan pedang yang Damanda bawa ini, sangat berat dan besar juga memiliki permata putih dan ingatan Damanda kembali bagaimana ibunya Rhapael mengayunkan pedang lalu tersenyum. Eh.. tunggu tersenyum sebenarnya Damanda ini sedang memikirkan apa? apa jangan jangan kekuatan pedang ini atau tiba-tiba kepalanya seperti rekaman tentang ibunya Rhapael yang sedang berputar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!