Keesokan harinya, Tumini dan Ririn balajar tari seperti biasa dan kemampuan mereka berdua bisa di bilang mengalami kemajuan.
"Kak, ayo kita berangkat ke rumah aki mamang"
"Sepertinya, aki mamang telah memanggil kita" ucap Ririn kepada Tumini.
Tumini merasa janggal atas apa yang dikatakan oleh Ririn karena tak biasanya ririn berkata demikian. Biasanya Ririn selalu takut jika diajak pergi ke rumah aki mamang.
"Ririn, tumben kau mengajak ku terlebih dahulu?"
"Bukankah biasanya kau selalu takut jika aku ajak pergi ke rumahnya?" tanya Tumini penasaran
"Kak, entah mengapa setelah kita pulang dari rumah aki mamang, tekad ku untuk kembali ke sana makin tinggi" ujar Ririn jujur.
Perkataan Ririn membuat Tumini menggelengkan kepalanya.
Sambil memegang pundak Ririn, Tumini mengingatkan Ririn tentang hal yang diperintahkan oleh aki mamang kepada mereka berdua bahwa mereka berdua diminta untuk kembali lagi kerumah aki mamanh dua hari lagi.
"Ririn, kata aki mamang, kita diminta kembali ke sana dua hari lagi, sekarang masih satu hari, kamu emang suka terburu-buru" ucap Tumini mengingatkan.
"Oh iya kak, aku lupa"
"Memang, aku sudah tidak sabar ingin sekali pergi ke rumah aki mamang, dan aku tak tahu penyebab nya"ucap Ririn.
Dengan menghela nafas panjang, Tumini segera menenangkan kegundahan adiknya itu.
"Sudahlah Ririn, besok pagi kita berangkat bersama-sama"
"Kita persiapkan berangkat lebih pagi karena rumah aki mamang sangat jauh"
"Aku takut jika kita pulang saat keadaan telah gelap" ucap Tumini mengingatkan.
Ririn pun kembali ke tempat dimana dirinya belajar tari yaitu di ruang tengah, begitu juga dengan Tumini.
"Hem, sepertinya beberapa tarian lagi akan kita kuasai dengan cepat"
"Setelah kita mendapatkan pelet dari aki mamang, aku yakin kita akan cepat mendapatkan uang yang banyak dan bisa membeli apa yang kita mau" ucap Tumini kepada Ririn.
Mereka berdua pun terhanyut akan angan-angan mereka masing-masing. Tak terbesit sedikitpun efek dari pelet yang akan diperolehnya dari aki mamang karena dalam hati mereka telah diliputi keinginan duniawi yang tak berujung.
Satu jam kemudian, mereka berdua telah menyelesaikan latihannya. Dengan peluh yang masih menetes di kening mereka, Tumini mengajak Ririn untuk mandi karena suasana di sekitar rumah mereka sangat panas. Musim kemarau yang melanda desa nya membuat setiap warga jarang keluar rumah.
Tak terasa, waktu pun terus berlalu dan pagi telah tiba.
"Kakak, ayo kita berangkat sekarang saja" ajak Ririn.
Ririn terlihat sangat tergesa-gesa padahal waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi.
Dengan mata masih terasa berat, Tumini menjawab ajakan Ririn dengan kata iya, tapi dia tertidur lagi karena rasa kantuk masih menempel di matanya.
"Loh, kak, kok tidur lagi"
"Ayo bangun" ajak Ririn sambil menarik tangan Tumini dan hal itu membuat Tumini terjatuh dari kasur.
"Ah, kau mengganggu tidurku saja" ucap Tumini
Akibat terjatuh dari kasur, akhirnya Tumini terbangun dan tak mengantuk lagi.
Dengan langkah malas, Tumini segera ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.
"Ayo kak, tak perlu kau mandi"
"Cuci muka saja, dan kita langsung berangkat" ajak Ririn dengan nada terburu-buru
"Baiklah", jawab Tumini pendek.
Akhirnya, Tumini benar-benar tidak mandi dan dirinya langsung berangkat bersama Ririn menuju ke rumah Aki mamang
Di perjalanan menuju rumah aki mamang, tidak terjadi hal-hal yang buruk. Mereka berjalan dengan lancar tanpa hambatan sama sekali.
Walaupun suasana masih gelap karena matahari masih bersembunyi karena hari masih sangat pagi.
,"Ririn, apakah kau sudah menutup semua pintu rumah kita?" tanya Tumini kepada Ririn karena sejak awal berangkat, Tumini tergesa-gesa hingga tak memikirkan keadaan rumahnya sama sekali.
"Tenang kak, semua pintu sudah aku kunci'
"Tak kan ada orang yang bisa masuk" jawab Ririn pendek.
"Oh, baguslah"
"Kau memang bisa diandalkan" jawab Tumini sambil terus berjalan menyusuri hutan menuju ke rumah aki mamang yang sebentar lagi sampai.
Tak terasa, perjalanan mereka telah sampai di rumah aki mamang, dan rupanya kedatangan mereka telah disambut oleh aki mamang di pintu halaman rumahnya
"Permisi aki mamang" ucap Tumini memberi salam kepada aki mamang
"Iya, ayo masuklah ke dalam" jawab aki mamang pendek.
"Tumini dan Ririn akhirnya masuk ke dalam rumah aki mamang mengikuti arahan aki mamang yang masih sangat misterius.
"Tumben aki mamang tidak menunggu di dalam rumahnya"
"Dia malah menunggu kita di luar rumahnya" bisik Tumini di telinga Ririn.
"Ah, sudahlah kak"
"Kau membuat aku takut lagi"
"Ayo kita ikuti saja arahan dari aki mamang" jawab Ririn pendek.
"Baiklah" ucap Tumini sambil terus berjalan mengikuti aki mamang yang saat itu berada di depannya.
Aki mamang pun terlihat menuju ke sebuah ruangan gelap dimana hanya ada lilin yang meneranginya.
"Aki, kenapa kamar ini sangat gelap sekali?" tanya Ririn penasaran
"Ha ha ha, kalian tak perlu takut"
"Masuklah" ajak aki mamang kepada Ririn dan Tumini yang sejak tadi tetap berada di pintu ruangan gelap itu.
"Baiklah aki, kami berdua akan masuk ke dalam" ucap Ririn dan Tumini
dalam suasana hati yang masih penasaran, Tumini dan Ririn mencoba mengikuti semua arahan yang diberikan oleh aki mamang.
"Duduk lah di depanku" Tiba-tiba aki mamang memerintahkan mereka berdua untuk duduk.
Entah apa yang diinginkan aki mamang, mereka berdua pun mau saja mengikuti perintah nya
Setelah Ririn dan Tumini duduk tepat dihadapan aki mamang, barulah aki mamang berbicara panjang lebar kepada mereka berdua.
"Ririn, Tumini apakah kalian sudah siap konsekuensi yang dihadapi jika mempunyai pelet yang berasal dari ilmu ku?"tanya aki mamang sekali lagi.
"Siap aki, kami siap melakukan apapun asalkan tarian kami disukai banyak orang" jawab Tumini pendek.
Ririn hanya mengangguk tanda setuju sambil memegang tangan kakak nya dengan erat
"Baiklah kalau begitu"
Setelah berkata demikian, Aki mamang segera mengeluarkan dua selendang berwarna hijau.
Selendang itu dihiasi permata warna-warni dan tampak indah dipandang, bahkan dalam suasana kamar yang gelap sekalipun, selendang yang saat itu berada dalam genggaman aki mamang terlihat sangat berkilau seperti ada lampu yang menyinarinya
"Lihatlah Ririn, selendang yang aku pegang saat ini" ucap aki mamang sambil memandang reaksi takjub Ririn dan Tumini.
"Wah, indah sekali selendang nya aki" ucap Ririn dan Tumini bersamaan.
"Hem, ini bukan sembarang selendang"
"Selendang ini telah aku isi dengan mantra pemikat jiwa sehingga siapa saja yang melihat selendang ini, mereka akan tertarik kepada orang yang menggunakannya" ujar aki mamang memberi penjelasan.
Bersambung
Ikuti terus kisahnya..semangat semangat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Liani Purnapasary
Baru nemu aq thor, rupa x karyamu taun kmarin ya,,, kerennn thor 😃😊
2023-07-15
0
Alëxandryà♣️
Di tunggu next
2022-02-14
1
🌻Ruby Kejora
Bagus kak... Q suka kisahnya
2022-02-11
2