Bab 3

Aku ngga tahu harus bagaimana menanggapinya. Harus bersyukur karena rupanya ada orang lain yang tinggal di rumah besar Livi. Atau harus terkejut melihat orang lain yang tinggal tersebut adalah kak Kevin dan Tasya. Kami berempat makan di meja yang sama pagi ini.

“anggota terakhir akhirnya datang juga. Aku sempat khawatir posisi itu kosong” kata Tasya di sela-sela makan

“semoga kalian ngga terganggu dengan kehadiranku” kata Felisa

“tentu saja kita harus bersikap nyaman sebagai calon keluarga” kata Tasya, tiba-tiba Livi membanting makanan yang ada di atas meja.

“makanan sampah!! Mempekerjakan kalian ke sini apa untuk membuat makanan ini yang kucing saja tidak suka!! Pergi ambil gaji kalian dan pergi. Semua di pecat” bentak Livi memarahi para juru masak dapurnya

“kak Livi, kamu tidak menyukainya, apa harus sampai di banting dan memakinya juga? Kamu hanya perlu bilang baik-baik alasan kenapa tidak suka masakannya” kata Felisa dan Livi pergi tanpa berkata apa-apa, Tasya berlari mengejar Livi.

Tempramen sekali... padahal makanan tadi sangat enak. Rutuk Felisa kesal

“ sejak nyonya meninggal, tuan muda menjadi sangat pemilih terhadap makanan, dia tidak mengatakan secara jelas apa yang salah dengan masakan nya dan membuat kami sebagai juru masak bingung. Nona, bisa bujuk tuan untuk makan walau satu sendok? Ini sudah ke sekian ratus kalinya saya mengganti juru masak untuk tuan, saya sampai lupa kapan terakhir tuan makan di rumah” kata Tantri, kepala pelayan rumah Livi.

Lalu Felisa menatap makanan yang dilempar Livi tadi. Segera ambil tindakan, dengan cepat tangan Felisa memotong sayuran dan memasaknya. Seusai masak Felisa pergi mencari Livi.

Entah kenapa aku bertingkah seperti ini. Bisik Felisa melihat Livi sedang memakan roti bersama Tasya.

“makanan ini, boleh aku yang memakannya?” tanya Kevin yang berdiri di samping Felisa

“tentu saja... aku ngga mungkin bisa menghabiskannya” kata Felisa memberikan nampan berisi makanan pada Kevin

“kamu juga. Ayo makan bersama” kata Kevin

Diam-diam Tasya melirik ke arah Kevin dan Felisa. Kau tak bisa mengalahkanku. Bisik Tasya tersenyum sinis.

“mau ke mana?” tanya Tasya dan Livi pergi tanpa berkata apa-apa. Livi pergi ke dapur, dilihatnya Felisa sedang makan berdua dengan Kevin.

“siapa yang mengijinkanmu makan?” bentak Livi menendang kursi Kevin

“merajuk layaknya anak kecil, pilih-pilih makanan. Ini masih pagi, jangan marah-marah mulu” kata Felisa menyuapi lodeh kangkung ke mulut Livi

“gimana? Makanan ini mau kamu lempar juga?” tanya Felisa

“aku ngga tahan lagi” kata Kevin berdiri memegang lengan Felisa

“jauhkan tangan kotormu dari tunanganku” kata Livi berusaha melepas genggaman Kevin pada Felisa

“untuk sekali saja, aku juga menginginkan sesuatu. Kali ini aku ngga akan menahannya lagi... ” kata Kevin menatap tajam Livi

“karena itu mari bersaing secara adil” kata Kevin lagi berganti menatap Felisa

“berhenti berbicara aneh, kalau kalian ngga mau makan terserah. Aku mau berangkat dulu” kata Felisa berlari keluar dan Livi mengejarnya

“berangkat ke mana? Hari ini libur” kata Livi

“ada ekskul tambahan, persiapan lomba lukis minggu depan” kata Felisa dan langkah Livi langsung terhenti

“aku antar. Kita punya hobi yang sama kan?” kata Kevin tiba-tiba sudah berada dibelakang Livi dan Felisa.

“boleh” balas Felisa lalu Felisa memandang raut wajah aneh Livi

“kita ke perpus aja ya kak. Ada beberapa materi yang belum aku pahami” kata Tasya tiba-tiba menggandeng lengan Livi.

Gadis itu menyindirku hah? tapi kenapa aku merasa tersindir? hobiku memang bukan hobi membaca buku. Bisik hati Felisa

@#$%^&*

Setengah jam Kevin hanya terpaku pada kanvasnya yang masih bersih belum tercoret.

“terlalu banyak ide yah, jadi susah digambarin?” tanya Felisa pada Kevin

“ternyata sulit. Sudah lama aku tidak melakukannya” kata Kevin memberikan kuasnya pada Felisa

“apanya yang sulit? Hanya perlu mencoretnya seperti ini” kata Felisa tangannya asal mencoret pada kanvas Kevin

“mengecewakan. Bertahun-tahun ngga ketemu, aku kira kemampuan kak Kevin berada jauh di atas ku. Aku ngga tau sama sekali alasannya, tapi yang namanya suka harus dipertahaninkan? Aku benar-benar menantikan karya luar biasa kak Kevin” kata Felisa ucapannya langsung memberi motivasi Kevin

“boleh aku kasih saran? Tolong jangan pernah melukis di rumah” kata Kevin dan Felisa mengernyitkan keningnya.

Di waktu yang sama, berbeda tempat Livi dan Tasya membaca buku dengan tenang di perpustakaan pribadi.

“kak Livi menangis?” tanya Tasya dengan terkejut

“sudah lama aku tidak makan sayur buatan rumah. Aku sempat berfikir melupakan rasanya” kata Livi maksud perkataannya adalah memuji masakan buatan Felisa. ia tertawa bersamaan dengan meneteskan air matanya. Tangan tasya menggenggam erat roknya menahan marah.

“juru masak baru sekarang sesuai seleramu?” tanya tasya pura-pura tidak tahu maksud ucapan Livi

“Lisa” kata Livi tiba-tiba berjalan pergi

Gadis yang menarik. Bisik Tasya tersenyum sinis, ia kembali membaca bukunya tapi sesaat kemudian melempar buku tersebut .

@#$%^&*

“kamu pindahkan Ayahku di mana? Sekarang apa lagi maumu?” tanya Felisa saat berkunjung di rumah sakit ayahnya tidak ada di kamarnya. Livi menunjukkan foto Ayah Felisa yang terbaring di kamar yang lebih luas.

“masakin makanan tiap hari untukku. Belajar dengan giat, harus masuk tiga besar dalam kelas. Aku ngga mau memiliki istri bodoh. Terakhir... sebelum liburan semester ganjil kamu sudah harus bisa dansa. Setelah lolos semua, baru aku ijinin kamu bertemu Ayahmu” kata Livi dan Felisa menarik nafas panjang

“aku terbiasa memasak sendiri tiap hari semenjak ibu meninggal, untuk dansa... kalau banyak berlatih sepertinya bisa tapi untuk masuk tiga besar? Seumur hidup aku hanya tertarik dengan komik, gimana kalau sepuluh besar? Lima belas besarpun sangat sulit untukku. Teman kelasku pintar-pintar” kata Felisa memohon

“itu... terserah padamu. Aku hanya ingin kamupun ikut berjuang. Karena ayahmupun sedang berjuang juga melawan sakitnya” kata Livi sembari berjalan, Felisa tertegun dengan ucapan Livi.

Orang kasar ini sedang menyemangatiku? Bisik Felisa, lalu berjalan mengikuti Livi

@#$%^&*

“ada taman seindah ini di rumah” kata Felisa memandangi sekeliling tanaman rumah kaca milik Livi

“ayo fokus” kata Livi memberi satu soal matematika tapi lima belas menit berlalu Felisa masih belum bisa menjawabnya

“ingat pelajaranmu dengan baik” kata Livi

“gimana kalau kita istirahat? Memaksa otak lelahkan, ngga baik” kata Felisa

“haruskah aku belikan satu dus minyak ikan super untukmu?” kata Livi dengan nada tinggi. Felisa langsung berdiri dari duduknya.

“kamu benar mengejekku seperti ini? Lebih baik aku cari guru lain yang bisa jaga emosinya” kata Felisa saat melangkah pergi di cegah livi

“siapa yang ijinin kamu pergi?” bentak Livi. Tiba-tiba Tasya datang dan memegangi bahu Felisa untuk duduk kembali.

“untuk tahu soal ini harus dikasih inti rumusnya dulu. Soal ini memang sulit untuk pemula” kata Tasya lalu memberi penjelasan pada Felisa dari rumus yang paling dasar. Felisa langsung mengerti maksud penjelasan Tasya.

“rumus ini sudah ku hafal dari kelas tiga sekolah dasar. Kamu harus berusaha lebih giat lagi untuk mengejar ketertinggalan” kata Tasya tersenyum simpul ke arah Felisa setelah itu pergi

“dasar sombong, membandingkan aku dengan anak sekolah dasar... tapi ngga apa, untung lah dia cantik dan pintar” rutuk Felisa

“ngga perlu iri dengannya. Pemeran utama wanitanya bukan dia, tapi kamu” kata Livi

“kak Livi... boleh aku melukismu?” tanya Felisa

“apapun itu aku ngga akan melarangmu. Tapi jangan memperlihatkan lukisanmu padaku” kata Livi

@#$%^&*

“hidupmu sepertinya sangat membosankan. Bahkan not sederhanapun kamu tidak mengetahuinya” kata Tasya di sela mengajari Felisa bermain piano untuk tugas minggu depan.

“aku tahu kamu sangat menyebalkan. Tapi dibanding kak Livi yang akan membanting apapun karena kebodohanku. Aku... lebih memilih kamu yang mengajariku” kata Felisa

“aku menganggap ini pujian. Tapi aku tidak mengajarimu dengan gratis. Sebagai imbalan, kamu ajari aku memasak” kata Tasya dan Felisa sangat senang mendengar persyaratannya.

Prank!! Terdengar suara bantingan ember terbuat dari besi dari ruangan perpus disamping ruang musik. Tasya dan Felisa berlari ke arah suara.

Keduanya terkejut melihat alat lukis yang berantakan ditendang Livi. Dan Kevin tertawa sinis melihatnya.

“kak Livi!! Bukankah kamu terlalu kasar? Merusak barang orang lain!!” bentak Felisa mencoba menghentikan Livi

“aku memang gampang emosi!! Lalu kenapa? jangan pernah membelanya di depan ku” bentak Livi memegangi kedua bahu Felisa

“rusak semaumu, tapi aku sekarang mengingatnya. Lukisan ibuku yang kamu bakar” kata Kevin membuat Livi tambah mengamuk dan meninju Kevin, saat Felisa menengahi tubuhnya terdorong jatuh mengenai kanvas yang patah dan membuat lututnya berdarah. Prak!! Felisa menampar Livi

“menyebalkan, selalu main hakim sendiri. Aku benci melihat seorang pria kasar” kata Felisa, Livi mengurunkan niatnya membalas saat melihat lutut Felisa berdarah.

“lututmu berdarah” kata Livi tiba-tiba membopong Felisa ke dekat kotak P3K. ia mengelap lutut Felisa dengan lap basah lalu mengoleskan salep.

“aku...masih kasar di matamu?” tanya Livi

“kecerdasan kognitif tinggi ngga menjamin tingginya kecerdasan emosional. Kak Livi ngga capek marah-marah terus?” tanya balik Felisa

Di waktu yang sama dengan tempat berbeda Tasya dan Kevin masih berada di ruang perpus.

“yang membakar semua lukisan di ruang kesenian sewaktu sekolah dasar pelakunya kak Livi kan? Melihat dia sangat membenci lukisan, bukan mustahil dia juga yang ngehapus ekskul melukis dari daftar kegiatan sekolah. Sekarang Felisa datang, makanya ekskul melukis di adakan lagi. Kamu beneran ngga memiliki pengaruh yah” kata Tasya

“kalau kamu mau... batalkan saja pertunangannya dengan ku. Dari awal kamu hanya mau tinggal dengan Livi kan? Konyol...kau pikir Livi ngga tahu identitasmu? Berhentilah pura-pura suci” kata Kevin tersenyum sinis kemudian pergi.

@#$%^&*

Malamnya Livi mengetuk pintu kamar Felisa. “ada apa?” tanya Felisa mengucek kedua matanya

“masih jam sembilan kamu udah tidur?” tanya balik Livi lalu menggandeng lengan Felisa ke aula rumah.

“apa itu?” tanya Felisa

“sebuah ponograf. Aku suka barang klasik. Aku pikir kamu akan menyukainya juga. Ini ditempatkan di loteng beberapa waktu tetapi masih berfungsi dengan baik” kata Livi

“sekarang udah modern jarang ditemui barang antik seperti itu. Apa kamu tau cara menggunakannya?” tanya Felisa

“kamu meremehkanku” kata Livi tersenyum kemudian mulai menyalakan ponograf tersebut

“jazz!! Indahnya...” kata Felisa terkagum

“namaku Livius Deravota, apakah nona bersedia berdansa denganku?” tanya Livi mengulurkan tangan kanannya

“untuk malam yang indah ini, untuk jazz yang luar biasa ini...bolehkah aku berdansa denganmu?” tanya Livi lagi membungkukan badannya

“baiklah” balas Felisa membalas uluran tangan Livi

“tanganmu kaku sekali. Bagaimana kau bisa menggenggam tanganku dengan kekuatan? Kau harus memegangnya dengan hati” kata Livi menggoda Felisa membuat pipi Felisa memanas

“ini pertama kalinya aku berdansa” kata Felisa

Gerakannya lambat dan lembut, sangat cocok denganku. Sangat lembut dan penuh perhatian...ini pertama kalinya aku melihatnya seperti ini. Bisik Felisa

“satu tarian lagi denganku?” tanya Livi dan Felisa mengangguk

“ponograf ini tidak dapat dibandingkan dengan penampilan alat musik modern sekarang. Ia memiliki pesonanya sendiri. Aku harap dapat berdansa denganmu seperti ini selamanya” kata Livi tiba-tiba mencium kening Felisa

“ini sudah malam, aku ngga mau meladeni otak mesummu” kata Felisa mendorong Livi kemudian berlari memasuki kamarnya. Dan Livi tersenyum memandangi Felisa yang berlari menjauhinya.

Terpopuler

Comments

Sudah Tak Ada

Sudah Tak Ada

UwU bangettt :)))))

2020-08-08

3

💕Řëńà&Ŕèšțî💕

💕Řëńà&Ŕèšțî💕

banyak yg janggal dari kevin apa ya🤔

2020-07-09

0

Ferli Ferli

Ferli Ferli

keren bgt Thor

2020-07-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!