“badannya rata. Ngga menarik”
“akan ku buat dia membayar nya, karena menggodanya”
“jangan macam-macam. Kemarin kak Livi abis menghajar masal siswa yang ganggu wanitanya” bisik-bisk para siswa selang sehari setelah kejadian pembulian kemarin
“siswa itu benar-benar di luar kendali ku... aku... aku bahkan ngga tahu mau kentut di mana, karena mereka terus menerus mengamatiku” keluh Felisa menghela nafas. Ia lelah karena fans Livi terus menerus membuntutinya.
“Livius Deravota. Tinggi 188 cm. IQ 157 di atas rata-rata manusia normal. Ganteng. Selain itu, ia pewaris D.C Grup. Manusia luar biasa. Anggap aja kamu sedang menang lotre” kata Feby
Setelah bel pulang, Felisa langsung pergi ke arah ruang ekskul kesenian. Di sana sudah ramai siswi yang secara mendadak menjadi anggota baru.
“mereka ingin bisa melukis juga untuk menarik perhatian kak Livi” kata Dea dari kelas X IPA 3.
“Jadi berisik ruangannya” kata Felisa, saat hendak berdiri Livi sudah ada disampingnya.
Felisa mengalihkan pandangannya. tiba-tiba Livi menarik tangannya keluar ruangan.
“kau...pura-pura tidak mengenaliku? Atau hanya ingin menarik perhatian?” tanya livi memegang lengan Felisa
“sakit... kamu bahkan mengasari wanita?” bentak Felisa berusaha melepas cengkraman Livi
“ini benar-benar menggangguku! Pura-pura jual mahal? kamu tahu, saat aku kesal, kamu ngga akan bisa menanganinya” kata Livi tiba-tiba mencium bibir Felisa. Membuat para siswi yang berada di ruang kesenian terjatuh karena kaget.
“aku membantu ingatanmu!! Jangan lupa lagi!! Selanjutnya...” belum sempat Livi melanjutkan perkataannya, Felisa menampar Livi.
“sepertinya kamu sakit. Obatmu harus kamu bawa dua puluh empat jam, untuk mencegah pelecehan seperti tadi” bentak Felisa kemudian lari menjauh.
Sedangankan Livi terdiam karena terkejut dengan tamparan Felisa tadi.
“gadis tadi ngga kenal takut yah”
Tadi kak Livi beneran ditolaknya?”
“sok jual mahal”
“bukankah sikap tadi bisa jadi kesempatan buat kita” bisik-bisik para siswa yang ada di ruang kesenian.
!@#$%^&*
“gosip kak Livi di tolak olehmu cepat sekali menyebar yah. Benar tidak ada hubungan?” tanya feby
“yah...kenal juga ngga, tiba-tiba main cium di depan umum. Bukankah dia terlalu berani? Harusnya guru seni melihatnya, jadi guru bisa menghukum siswa itu” kata Felisa dengan nada kesal
“hanya saja yang menciummu bukan kalangan sembarangan” kata Feby
“mau kalangan apapun, aku ngga tertarik” balas Felisa
“kamu mengharap guru seni melihat dan menghukum kak Livi? Jangan harap. Di sekolah ini ngga ngajarin moral sebaik itu. Di sini...yang berkuasa yang memiliki hukum” kata Feby
“hmm... laki-laki itu merundung kak Kevin juga?” tanya Felisa
“entahlah... bisa iya bisa juga ngga” kata Feby
“kenapa? Ngomong-ngomong bukankah nama belakang mereka sama?” tanya Felisa
“mana mau kalangan elit mengotori tangan mereka, hanya satu isyarat bawahannya udah tahu tugas mereka. Dan orang tua siswa sini banyak yang bekerja di perusahaan D.C” kata Feby
“bener kamu ngga suka kak Livi?” tanya Feby penasaran dan Felisa langsung menggeleng
“biar suka pun... aku menebak pasti ada banyak wanita disekelilingnya. Dan itu akan membuat ku merasa ngga nyaman. Labelnya lebih besar dari pada aku. Melihat seorang pria memiliki aset diluar dugaan ku, aku yakin... aku pasti akan terintimidasi, karena aku hanya manusia biasa. Aku ngga mau pria yang lebih kaya sepuluh level dari ku. Mungkin... tiga sampai empat level akan sempurna bagiku” kata Felisa, ucapan bijaknya membuat feby tertegun kagum
“ini yang aku sukai dari sifatmu... benar!! kadang persepsi yang lebih tinggi itu hanya akan membanting kita sendiri” kata Feby mengangguk setuju
!@#$%^&*
Saat istirahat, Felisa ditugaskan memasang mading kelas di papan umum.
“ini gambarmu?” tanya seorang siswi, kemudian Felisa membaca name tag seragam siswi tersebut. Tertulis Tasya Arloind. “ya” balas Felisa
“berapa nilai UN mu?” tanya Tasya membuat Felisa berhenti memasang
“nilaiku pas-pasan... hehe” balas Felisa melanjutkan memasang kertas lain
“kamu ahli bidang olahraga?” tanya Tasya lagi
“ngga juga. Aku sangat payah dalam olahraga... tiba-tiba menanyakan itu, kenapa? kurasa aku tidak mengenalmu” kata Felisa menatap Tasya
“karena aku ngga menyukaimu, gadis biasa yang tiba-tiba menarik perhatian. Kelebihanmu hanya ada di wajah... Sisanya rata. Ngga ada yang menarik buat dilihat” kata Tasya setelah itu pergi.
Felisa mengernyitkan keningnya.
Gadis tadi sedang membuliku? Bisik Felisa memandangi punggung tasya yang berjalan menjauh
“apa aku serata itu?” tanya Felisa pada Feby, ia menceritakan semua kejadian tadi. Dan Feby mengangguk
“gadis selevelnya mendatangimu, mungkin keberadaanmu mengusiknya?” kata Feby
“bahkan temanku pun membullyku” keluh Felisa menyenderkan kepalanya di atas meja.
Di waktu yang sama di lain tempat, livi mengingat terus menerus kejadian felisa menamparnya.
“hoy” kata Livi pada Radit teman satu kelasnya
“lihat wajahku baik-baik. bukankah aku ini sangat tampan?” tanya Livi dan Radit langsung mengangguk
“kamu sangat tampan. Tuan muda orang paling tampan yang pernah ku lihat” kata Radit dengan nada yakin
“kalau begitu, apa aku ini kurang kaya?” tanya livi lagi
“kamu orang paling kaya di negara ini. Kalau kamu tanyakan itu, tidak ada siswa yang mengalahkan kekayaanmu di sekolah ini” kata Radit dan Livi memegangi rambut poninya sembari menghela nafas panjang.
Menarik.... memang harus seperti ini alur nya, hah. Bisik livi
@#$%^&*
Esoknya Livi sudah berdiri di depan kelas X IPS 5, membawa bunga untuk Felisa. Hari berikutnya Livi memberikan sekotak coklat mahal untuk Felisa. Hari berikutnya lagi Livi membawa boneka beruang besar untuk Felisa.
“apa-apaan dia? Mejaku penuh dengan barang-barangnya” kata Felisa menatap datar mejanya.
“itu hadiah romantis... Lisa. bentuk ke royalan kak Livi?” kata Feby berkomentar, kemudian Feby membuka bungkusan coklat tersebut, tetapi langsung di ambil Felisa.
“baiklah, aku tahu kamu ingin menikmatinya sendiri” kata Feby kecewa
“aku mau kembaliin semua” kata Felisa ia meminta bantuan agar Feby membawa boneka dari Livi. Banyak siswa berkerumun saat Felisa melempar hadiah tersebut ke Livi.
“kenapa? Kamu ngga mau yang murah? Aku ganti nanti, okay” kata Livi, ia bersiap bermain tenis. Felisa mengepalkan tangannya menahan marah.
“sampai kapan kamu terus menerus seperti ini?” tanya Felisa dengan mata berkaca-kaca
“ada apa? Sebagai hasilnya, itu bekerja baik untuk orang lain!! Apa salahnya memberikan hadiah? Kenapa kau marah? Gadis lain pasti akan memujaku karena hadiah-hadiah itu” tanya livi
“denger baik-baik, aku bukan gadis itu yang kamu maksud. Aku ngga membutuhkan semua hadiah-hadiah ini. Haruskah aku memberitahumu mengapa? Kenapa aku ngga bereaksi seperti yang kau harapkan? karena aku yakin ada maksud tertentu dari kelakuan mu ini. Aku harus membalasmu dengan lebih bahagia dan bersyukur. Setelah menciumku, aku yakin kamu akan meminta lebih. Namun aku bukan gadis sembarangan, aku melakukan yang sebaliknya. Apa aku salah?” kata felisa dengan nada emosi, tanpa sadar meneteskan air matanya, ia masih belum terima dengan pelecehan Livi yang tiba-tiba mencium nya kemaren
Gadis ini ngga menyukai uangku? Mereka semua menjilat agar terlihat baik karna bawahan D.C Grup... aku... ngga percaya ada yang tidak menyukai uang... bisik Livi
“kau menolakku?” tanya Livi kehilangan kata-kata
“lupakan!! Aku yakin, kau tak pernah benar-benar menyukai seseorang” kata Felisa berlari pergi, kemudian Feby mengikuti dari belakang
“luar biasa...ada gadis sesombong dia”
“mungkin ini yang dinamakan emansipasi wanita”
“tapi memang sih, kak Livi mirip stalker”
“ayolah, yang ditolak tadi itu pewaris D.C” bisik-bisik para siswa, diam-diam Kevinpun mengamati dari kejauhan. Lalu Kevinpun ikut berlari mengikuti Felisa.
“maaf... aku terlambat” kata Kevin, memberikan sapu tangan pada Felisa.
“itu tidak benar... aku bersyukur dengan kejadian ini kak Kevin berhenti marah padaku” kata Felisa mengusap air mata dan ingusnya yang menetes.
“kamu wanita tangguh... berhentilah menangis. Itu membuatmu terlihat jelek” kata Kevin
@#$%^&*
Sepulang sekolah Felisa terkejut Ayahnya sudah berdiri di depan pintu kamar kosnya. “Ayah... kenapa ngga bilang mau mampir?” tanya Felisa, belum sempat melanjutkan perkataannya, Ayah Felisa tiba-tiba pinsan.
Buru-buru Felisa mencari taxi, kemudian sopir taxi tersebut membopong Ayah Felisa dan membawanya ke rumah sakit.
“harus segera di operasi. Dan administrasinya harus diselesaikan juga” kata perawat bagian administrasi, ia memberikan rincian yang harus dibayar.
Ini... terlalu besar untukku. Bisik Felisa bingung. Kemudian ia melihat satu persatu nama kontak di ponselnya. Dan menekan panggilan ke tantenya.
“ada syaratnya!!” kata Nurin, tante Felisa
“apapun itu aku akan menyetujui nya” balas Felisa dengan cepat
@#$%^&*
Sesuatu yang selalu ku hindari dan ngga pernah ingin ku bicarakan. Ibuku terlahir dari keluarga kaya. Layaknya romeo juliet ngga mendapat restu, ia kawin lari dengan Ayahku yang hanya seorang petani.
Pernah satu kali kami mengikuti pertemuan keluarga dan kakak adik Ibu mengolok-olok kami yang hanya memakai baju biasa dan sekolah di sekolah biasa. Setelah pertemuan itu, aku bertekad mencari bakat terpendam yang ku punya. Pertama kali aku mencoba nya dengan berenang. Tapi tenggelam dan ditolong kak Kevin.
Ia menolongku dan menggendongku sampai ke rumah. Setelah kejadian itu aku selalu mengikuti kak Kevin. Mengganggunya, membuatnya risih. Kemudian kami menjadi akrab dan sering bermain bersama.
Dari situ pula, aku mendapat inspirasi bakatku setelah melihat kak Kevin banyak menggambar dibukunya.
Saat SMP ibuku meninggal tertabrak mobil. Sejak itu aku hidup berdua dengan ayah. Sering menang kejuaraan melukis, membuatku mendapat beasiswa di sekolah yayasan Binusa School.
Sekarang hanya Ayah keluargaku. Mana mungkin aku mengacuhkannya.
Ada syaratnya!! Kamu harus mau bertunangan dengan anak rekan bisnis nenek. Sebenarnya kamu sudah lama dijodohkan tapi ayahmu menolaknya. Kamu tahu sendiri semua cucu nenek laki-laki. Perkataan tante Nurin terngiang di kepala felisa.
Dengan langkah gugup, Felisa memasuki pintu restoran bersama dengan neneknya.
Felisa terdiam mematung, melihat sosok laki-laki yang akan menjadi tunangannya. Laki-laki tersebut balik menatap lurus ke Felisa. Dengan senyum sinis.
“calon tunanganku sangat cantik. Aku sampai kehilangan kata-kata. Tapi... masalahnya... lisa sepertinya tidak menyukaiku” kata Livi, ia calon tunangan Felisa
“mana mungkin aku ngga suka. Kak Livi sangat populer di sekolah. Aku yang merasa rendah diri” balas Felisa
“tentu saja, kecantikan nenek mengalir padamu” kata Saras, nenek Felisa dan Ayah Livi tertawa mendengarnya.
Seusai makan Felisa meminta ijin ke toilet. Diikuti Livi beberapa menit setelahnya. Saat keluar toilet, dilihatnya Livi berdiri di depannya.
“aku minta maaf. Ternyata aku menjilat air ludahku sendiri. Di dunia ini, ngga ada orang yang membenci uang. Termasuk aku... aku mulai menyukainya” kata Felisa, tiba-tiba Livi memojokkannya di dinding.
“entah aku yang jatuh ke perangkapmu, atau kamu yang jatuh ke perangkapmu sendiri. Aku tak mempermasalahkannya. Sekarang tinggal kamu tunjukkan buktinya pada ku, maksud perkataan mu kemarin” kata Livi, wajahnya mendekat ke wajah Felisa. Dan Felisa memalingkannya.
“kesepian abadi adalah saat kau bisa bersama raganya, tapi tidak dengan hatinya. Dan aku ngga mau kesepian” kata Livi perlahan menjauhkan wajahnya.
Tiba-tiba kaki Felisa berjinjit dan perlahan mengulurkan tangannya ke arah belakang leher Livi. Tanpa di duga Felisa mencium Livi.
“sekarang kamu, ngga bisa melarikan diri” bisik Livi lalu menggandeng Felisa masuk ke restoran lagi.
“nenek... malam ini sudah dibolehkan kan felisa tidur di rumah ku?” tanya Livi pada nenek Felisa
“tentu saja. Biar barang-barangnya diambil besok. Kos-kosannya dekat dengan sekolah” balas nenek Felisa
Aku benar-benar dijual sekarang? Umurku bahkan baru 16 tahun... apa UU tidak berlaku untuk orang kaya? Bisik Felisa tapi dia hanya diam mengikuti Livi yang menggandeng tangannya. Livi membukakan pintu mobil mewahnya untuk Felisa.
“aku orang yang sangat serius menjalani hubungan. Saat aku menanyakanmu pembuktian tadi, sebenarnya aku hanya ingin kamu menarik perkataanmu bahwa aku tidak pernah benar-benar menyukai seseorang... dan hasilnya... di luar ekspektasi... kamu menciumku. mulai sekarang, belajarlah menyukaiku” kata Livi menatap Felisa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
#Adellana💙
kereeeennn....
aku suka ceritanya🤩🤩
2020-07-10
1
Sayyidah Husri
Tambah penasaran🧐🧐🧐🧐🧐
2020-07-02
1
🍃KaMeaAm🍃
curi curi waktu buat baca novelnnya kak san, yang bikin penasarannn
2020-06-08
4