Ch. 5

PIP ... PIP ... PIIIP ...

Suara klakson melengking yang berasal dari mobil Dara membuat Yola yang baru saja keluar pagar rumahnya tersentak kaget.

Kaca jendela mobil itu turun perlahan. Dara menyembulkan kepalanya dari dalam sana.

"Yuk, aku anterin." Tawar Dara yang entah kesambet setan apa, mendadak jadi baik. Sangat baik malah. Tak biasanya Dara menawarkan diri seperti ini.

Yola yang ditawari memandang tak percaya. Yola bahkan mengucek matanya berkali-kali. Mengira ia hanya berhalusinasi saja melihat bayangan Dara ada di depan matanya saat ini.

"Kamu pikir aku hantu, apa?" Sentak Dara seakan tak terima dengan tingkah Yola.

Yola terkekeh. "Bercanda Beb. Gitu aja sewot."

"Ya sudah, cepat naik, mau dianterin nggak?"

"Mau dong. Nggak sekalian jemput Ditha juga?" Sembari membuka pintu mobil dan bergegas naik, sebelum Dara berubah pikiran.

Baru saja Dara hendak menjalankan mobilnya, tiba-tiba seorang gadis berlari kencang keluar rumah sambil berseru,

"Ikut dong ..." Gadis itu bergegas mendekati mobil Dara. Dengan cepat membuka pintu mobil lalu bergegas naik.

Yola dan Dara tersentak dengan tingkah gadis itu. Yang tidak lain adalah Yuli, adiknya Yola.

"Loh, loh, loh, bukannya jadwal kuliah kamu hari ini siang nanti ya?" Tanya Yola keheranan.

"Iya, emang siang. Cuma, nggak tau kenapa, tiba-tiba saja jadwalnya dimajukan pagi ini. Kesal deh, orang lagi enak-enaknya tidur. Jadinya buru-buru gini dandannya." Sungut Yuli sambil membenahi rambutnya.

"Mau dandannya seharian juga kamu nggak bakalan mirip Selena Gomez." Ledek Yola yang tahu betul adiknya itu sangat mengidolakan Selena Gomes.

Yuli mencebik. "Mana hari ini ada dosen baru lagi. Mudah-mudahan aja dosennya kali ini nggak kayak si botak itu."

"Dosen baru? Laki-laki atau perempuan?" Selidik Yola penasaran. Akhir-akhir ini di kampus Yuli ada beberapa dosen baru. Diantaranya kata Yuli ada seorang dosen muda dan tampan. Tapi sayangnya, dia sudah memiliki tunangan.

"Yeee ... Kak Yola, giliran itu aja ditanyain." Cibir Yuli.

Yola hanya tersenyum. "Siapa tau aja itu jodohnya Kakak."

"Kita berangkat sekarang atau kalian masih mau berdebat nih?" Sindir Dara yang sudah bersiap dibalik kemudi.

"Berangkat sekarang, Kak. Antar aku dulu ya Kak Dara." Pinta Yuli.

"Oke. Sekarang kita GO ..." Dara pun memacu mobilnya dengan kecepatan rata-rata menyusuri jalanan ibukota.

Terlebih dahulu Dara mengantar Yuli sampai ke kampusnya. Berikutnya ia mengantar Yola sampai ke kafe tempatnya bekerja.

"Makasih ya Dara. Nggak mampir dulu?" Tawar Yola begitu turun dari mobil.

"Emm ..." Dara memperhatikan keadaan kafe yang masih tampak sepi itu.

"Ngopi atau ngeteh dulu gitu. Habis ini kamu nggak ngapa-ngapain lagi kan?"

Dara memanyunkan bibirnya. Yola seakan tengah menyindirnya.

"Yaelaaah ... Gitu aja manyun. Tuh bibir udah bisa dikonde tau." Kelakar Yola yang disambut tawa renyah Dara.

"Nggak deh, lain kali saja. Aku masih ada urusan lain." Tolak Dara halus.

"Dar, kamu nggak mau nyoba kerja di kafe lagi?"

"Nggak deh. Kapok."

"Yang ini beda. Bos nya nggak kayak di kafe yang dulu kita kerja. Yang ini Bos nya masih muda. Nggak galak-galak amat kayak yang dulu."

"Berarti galak dong. Nggak ah. Aku mending cari kerjaan lain aja."

"Kenapa kamu nggak terima kursus privat aja, Dar. Kamu kan pintar. Pernah jadi Asdos. Jadi kamu tuh cocoknya ngajar."

Dara membuang napasnya pelan. Memang ia pernah jadi Asisten Dosen saat masih berada di bangku kuliah dulu. Akan tetapi, karena kecelakaan yang pernah menimpanya dulu, ia jadi lebih sering mengurung diri di rumah. Butuh waktu lama untuk ia memberanikan diri keluar rumah lagi.

"Ya udah, Yol. Aku jalan dulu ya? Kamu yang benar kerjanya. Jangan cuma merhatiin pelanggan yang cakep melulu. Nanti kamu dipecat lagi, tau rasa kamu." Pamit Dara yang sudah bersiap menjalankan mobilnya.

"Yang ini beda, Dar. Orangnya baik. Meski agak nyebelin sih."

"Ha Ha Ha ... Kedengaran Bos kamu, bahaya kamu nanti. Ya udah, aku jalan dulu. Bye Yola." Dara pun menaikkan kaca jendela. Lalu memacu mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Bye Dara ... Hati-hati, jangan sok ngebut lagi." Teriak Yola sambil melambaikan tangannya.

"Siapa yang nyebelin?" Tiba-tiba terdengar suara bariton seorang pria di belakang Yola. Suara itu sukses membuat Yola tersentak. Lalu buru-buru menoleh ke belakang.

Seorang pria yang berparas lumayan tampan tersenyum garing memandanginya. Yola meringis. Mulai merasa takut lantaran ucapannya terdengar oleh pemilik kafe tempatnya bekerja.

"Eh, Pak Beno. I_itu Pak ..." Yola jadi gugup. Bingung harus berkilah bagaimana.

"Yang tadi itu teman kamu ya?" Pria yang bernama Beno malah melayangkan pertanyaan padanya.

"I_iya Pak. Dia teman saya."

Beno tampak mengerutkan dahinya. "Kayak pernah ketemu. Tapi di mana ya?" Beno seakan tengah mengingat-ingat sesuatu.

"Eee ... Maaf Pak. Nggak ada yang ingin Bapak tanyakan lagi kan? Saya boleh permisi ke dalam, saya harus bekerja. Saya belum siap dipecat Pak."

Beno terkekeh mendengar kalimat Yola. Seolah ia adalah Bos yang tak kenal ampun.

"Silahkan. Saya bisa saja memecat kamu, kecuali memang kamu yang mau."

Yola melotot, matanya membola memandangi Beno. Tak menyangka Beno akan berkata seperti itu.

"Maksud saya, kalau kamu melakukan kesalahan, tentu saja saya akan memecat kamu."

"Oooh ... Kirain ..." Yola tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang entah kapan mulai terasa gatal.

"Oh ya. Kebetulan, saya ada urusan sebentar di luar. Nanti ada teman saya akan datang ke sini. Minta dia menunggu sebentar. Dan tolong layani dia dengan baik ya." Pinta Beno.

Yola pun mengangguk. "Baik, Pak."

"Ya sudah. Permisi." Beno pun beranjak pergi. Meninggalkan Yola yang masih berdiri mematung memandangi punggungnya sampai menghilang dari pandangannya.

"Untung Pak Beno orangnya baik." Gumam Yola.

.

.

Entah kemana arah tujuannya, Dara tak tahu. Untuk menghilangkan kejenuhannya, ia mencoba keluar rumah. Meski tanpa tujuan yang jelas. Alhasil, ia ngeluntang lantung di jalanan seperti kehilangan arah.

Dan kini, entah sebab apa, Dara menghentikan mobilnya di depan sebuah toko bunga. Mungkin dengan melihat-lihat bunga-bunga yang bermekaran, hatinya akan sedikit terasa adem.

Dara menelisik setiap bunga-bunga yang berjajar rapi. Tanpa sadar, senyum tipis terukir di wajahnya. Ternyata benar, hanya dengan melihat bunga saja hatinya kini terasa damai. Terbebas dari gundah gulana yang belakangan ini menderanya.

Dara mencoba menghirup wangi bunga itu. Sampai tiba-tiba terdengar sebuah suara lembut menyapa.

"Andara?"

Sontak Dara menoleh. Seorang wanita paruh baya, dengan tampilan formal berdiri memandanginya sambil memegang sebuah buket bunga. Wanita itu mengulas senyum manisnya.

"Bu Nadia?" Dara balas menyapa. Sembari mengulas senyumnya.

"Saya pikir saya salah orang. Ternyata kamu. Apa kabar mu Dara?"

"Baik, Bu."

"Waaah ... Sudah lama ya, sejak kamu lulus kuliah. Oh ya, kegiatan kamu apa sekarang?"

Dara menggaruk kepalanya mendengar pertanyaan itu. Malu kalau harus mengakui saat ini ia tak melakukan kegiatan apa pun.

"Nomor kamu masih sama kan?" Bu Nadia kembali bertanya.

Dara menganggukkan kepalanya. "Iya, Bu. Masih sama. Oh ya, saya dengar Bu Nadia sekarang sudah jadi Dekan. Selamat ya Bu. Bu Nadia memang pantas berada di posisi itu." Ucap Dara malu-malu kucing.

"Kamu bisa aja deh, Dar. Karena hal itu, sekarang kegiatan mengajar saya jadi sedikit terganggu. Saya masih ambil bagian dalam mata kuliah. Makanya,  saya jadi kesulitan membagi waktu antara tugas dalam mengajar dan tugas sebagai dekan. Kayaknya, sama seperti dulu. Saya butuh bantuan kamu lagi."

Dara sedikit tersentak mendengar kalimat Bu Nadia, mantan dosennya saat kuliah dulu.

"Maksud Bu Nadia?" Dara mengernyit.

"Kamu kan pernah jadi Asdos saya. Kayaknya, saya membutuhkan kamu lagi untuk jadi Asdos."

Dara pun terhenyak. Seperti baru mendapat angin segar. Dulu, saat masih berada di bangku kuliah, Dara pernah menjadi Asisten Dosen. Kebetulan Dara lebih unggul di beberapa mata kuliah. Hingga Bu Nadia, salah satu dosen yang paling dekat dengannya, menawarinya untuk menjadi Asdos.

"Nggak salah Ibu meminta saya jadi Asdos?" Dara seakan tak percaya.

"Nggak dong. Saya kan sudah tahu kinerja kamu seperti apa. Jadi saya nggak salah dong."

Dara pun semakin tersenyum lebar. Tak perlu berpikir panjang, ia menerima tawaran Bu Nadia. Memang rejeki tak kan kemana. Siapa sangka, ia yang patah arah, justru kembali menemukan arah hidupnya setelah bertemu Bu Nadia.

"Boleh deh Bu. Saya terima tawaran Ibu. Oh ya, ngomong-ngomong, bunganya cantik. Sama seperti Bu Nadia."

Bu Nadia tertawa kecil mendengar ucapan Dara. Dari dulu Dara mang seperti ini. Suka memujinya. Tapi sukses membuatnya senang, meski pujiannya sederhana.

"Kamu bisa aja. Ini bunga untuk menyambut dosen baru di kampus. Yah, hitung-hitung, hanya sebagai ucapan selamat datang saja."

"Dosen baru?"

"Iya. Oh ya, Dar. Maaf, saya buru-buru. Nanti kamu saya hubungi. Nomor kamu masih sama kan. Tunggu saja telepon dari saya. Sebenarnya saya masih ingin mengobrol sama kamu. Tapi maaf sekali, saya tidak punya banyak waktu." Bu Nadia tampak kecewa.

"Tidak apa-apa, Bu. Saya mengerti, Bu Nadia sekarang makin sibuk. Silahkan, Bu." Dara menjulurkan tangannya. Mempersilahkan Bu Nadia beranjak dari tempatnya.

Bu Nadia kembali mengulas senyumnya.

"Saya permisi dulu ya. Nanti pasti kamu saya hubungi. Tunggu saja." Ujar Bu Nadia sebelum akhirnya menghilang dibalik pintu mobil yang menutup.

Dara melempar senyum manisnya, sambil melambaikan tangannya mengiringi kepergian Bu Nadia.

"Nasib baik. Mimpi apa aku semalam? Kok bisa seberuntung ini?" Gumam Dara dengan hati riang gembira. Entah Dewi Fortuna apa yang tengah menaunginya saat ini, hingga keberuntungan tiba-tiba ia dapatkan.

TBC

Terpopuler

Comments

Realpcy_Cyl

Realpcy_Cyl

mampir lagi tor

2022-02-26

1

Erna Sikumbang

Erna Sikumbang

bagusssss

2022-02-21

0

pat_pat

pat_pat

❤️❤️

2022-02-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!