Diiin ... Diiin ... Diiin ...
Bunyi klakson tanpa henti kala itu masih terngiang jelas di telinganya. Refleks Dara menutup telinganya.
"Tidak!" Pekik Dara ketakutan. Hingga Mama Maya dan Papa Yuda cemas seketika. Begitupun dengan Yola, sahabat Dara yang juga mengetahui kejadian naas itu.
"Dara ... Kamu nggak pa-pa kan Nak?" Cemas Mama Maya. Jujur, ia takut putrinya kembali trauma.
"Kamu sih Mah, udah Papa bilangin nggak usah ungkit-ungkit lagi soal masa lalu. Kamu malah ngeyel." Omel Papa Yuda.
"Maaf, Pah. Mama cuma_"
"Nggak apa-apa. Aku nggak apa-apa Ma. Mari kita lanjutkan lagi perjalanan kita. Let's go." Dara kembali memacu mobilnya tanpa ragu. Sambil menyetel musik yang kencang, Dara ikut bernyanyi untuk mengusir kecemasannya.
Ditengah perjalanan, tiba-tiba Dara merasa haus. Tenggorokannya terasa kering, lantaran sejak tadi ia belum juga minum. Gara-gara insiden kecil itu hingga ia ingin sekali cepat-cepat pulang. Ia hanya tak mau bertemu dengan pria gempal berambut gondrong itu maupun pria mesum di depan toilet tadi.
Dara menghentikan mobilnya di depan sebuah minimarket di pinggiran jalan.
"Kamu mau ngapain Dar?" Tanya Mama Maya.
"Beli minum bentar Ma. Haus." Sahut Dara kemudian turun dari mobil dan bergegas masuk ke minimarket.
Dara mempercepat langkahnya ke arah lemari pendingin. Ia lantas membuka lemari pendingin itu. Tangannya sudah terulur hendak mengambil jus kemasan. Sampai tiba-tiba ada tangan lain yang mengambil jus kemasan yang sudah berada dalam genggamannya. Alhasil, terjadilah tarik menarik jus kemasan. Tak ada yang mau mengalah. Hingga membuat Dara kesal.
Dara memalingkan pandangannya. Menatap sebal pada seorang pria di sampingnya. Pria itu masih tak mau melepaskan genggamannya dari jus kemasan itu.
"Mas, Om, Bapak, Tuan, aku yang lebih dulu mengambil ini. Kebetulan hanya tinggal satu ini saja. Jadi, Om silahkan ambil minuman yang lain. Ini sudah jadi punyaku" Ujar Dara sebal pada seorang pria blasteran yang menatapnya dengan mata memicing tajam.
"Heh, kucing betina. Aku yang lebih dulu melihat minuman ini." Bantah pria blasteran itu, yang tidak lain adalah Kai.
"Kamu_" Dara baru menyadari pria yabg berdiri di hadapannya saat ini adalah Kai. Pria yang bertemu dengannya di depan toilet tadi.
Kai menyeringai tipis.
"Kenapa? Kaget kita bertemu lagi? Atau kamu terpesona melihat ketampanan ku?" Kai menarik sudut bibirnya. Seakan tengah meledek Dara.
"Nggak juga. Di dunia ini banyak tipe pria seperti kamu. Yang sok kegantengan. Muka kamu itu pasaran. Tukang parkir aja ada yang mukanya mirip sama kamu. Gantengan tukang parkirnya malah."
"Waaah ... Parah nih. Mata kamu itu, buta, rabun, apa bintitan sih? Kamu nggak tau ya siapa aku? Aku ini_"
"Kucing garong." Sela Dara cepat sebelum Kai menyelesaikan kalimatnya.
Kai terkekeh. "Dasar kucing betina."
"Sekarang, lepas gak minumannya? Aku buru-buru. Nggak punya waktu meladeni kucing got kayak kamu."
"Apa kamu bilang? Kucing got? Kalau begitu, aku nggak akan melepas jus ini. Kamu saja cari yang lain." Kai tak mau mengalah.
"Oke. Nih, minum jusnya." Dara memencet kuat kemasan jus itu. Hingga cairan jusnya mencuat ke atas dan membasahi wajah Kai. Bahkan mengotori bajunya.
Lalu bagaimana dengan Kai. Apakah ia diam saja dan menerima ulah Dara begitu saja?
Oh, tentu saja tidak.
Wajahnya kini merah padam. Jus dalam kotak kemasan itu telah mengotorinya. Dan itu atas ulah Dara yang memang disengaja. Jelas saja jika Kai naik pitam.
"Dasar kucing betina sialan!" Umpat Kai lantang. Hingga beberapa pengunjung, bahkan seorang petugas kasir terkejut mendengarnya.
Lantas mereka kepo. Mengintip, ingin tahu apa yang terjadi.
Kai semakin menggeram. Dara yang tak ingin kembali beradu mulut dengan Kai memilih pergi setelah meninggalkan selembar uang kertas di meja kasir, sebagai bayaran untuk minuman yang sengaja ia tumpahkan.
Bergegas Dara keluar dari minimarket dan masuk ke mobilnya. Lalu mulai memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi meninggalkan tempat parkir.
Sementara Kai yang menyusul langkah Dara, hanya bisa memandangi kepergian Dara dengan hati menahan geram.
Kai pun lantas bergegas naik ke mobil, dimana Beno sedang menuggu di balik setir.
"Kamu kenapa Bro. Kok bisa belepotan begitu?" Tanya Beno yang keheranan melihat wajah dan baju Kai basah oleh cairan berwarna oranye.
"Haaah ... Ini semua gara-gara si kucing betina itu. Awas saja kalau kita bertemu lagi. Kali ini aku akan membuat perhitungan dengannya." Geram Kai.
Beno terkekeh, seakan meledek Kai. "Kucing betina yang mana? Yang tadi ketemu di bandara?"
"Yang mana lagi."
"Tapi orangnya cantik Bro."
"Cantik apanya." Kai berpaling muka. Melihat ke luar jendela. Wajah Dara selintas terbayang. Hingga tanpa sadar senyum tipis terbit di wajahnya.
Cantik memang. Hanya saja sudah membuatnya kesal sejak awal. Kai menggeleng pelan saat mengingat mereka berciuman di depan toilet. Ciuman yang tanpa dasar.
"Dia sungguh berani mencium orang asing." Gumam Kai tanpa sadar dan terdengar oleh Beno.
"Apa kamu bilang? Siapa yang mencium orang asing?" Tanya Beno penasaran.
"Oh, bu_bukan apa-apa. Ayo kita jalan. Aku ingin cepat-cepat mandi. Badanku rasanya lengket karena jus ini." Titah Kai untuk mengalihkan pembicaraan.
"Oke. Kita berangkat." Beno pun mulai memacu mobilnya meninggalkan parkiran minimarket.
"Oh ya, Kai. Gimana soal tawaran itu. Apa sudah kamu pertimbangkan?" Tanya Beno dalam perjalanan, sambil tetap fokus pada jalanan di depannya.
"Sudah. Aku sudah menerima tawaran dari beberapa tempat." Jawab Kai sembari memalingkan kembali wajahnya lurus ke depan.
"Dari beberapa tempat? Kamu terima semuanya?"
Kai mengangguk sambil pandangan tetap lurus ke depan.
"Terus, gimana cara kamu menghandle semua itu Bro? Apa kamu bisa jamin, kamu bisa bagi waktu?"
"Kita lihat saja nanti."
"Kamu sudah bertemu Joanna?"
Kai diam sejenak. Membuang napasnya pelan. Pikirannya mulai melambung jauh. Mengingat seseorang yang diungkit Beno.
"Aku tau, kamu seperti ini karena dia kan? Karena kamu merasa bertanggung jawab atas musibah yang menimpanya." Ujar Beno.
"Entahlah. Hanya saja, aku merasa sangat bersalah padanya." Ucap Kai lesu.
"Ini bukan salah mu Kai. Ini memang sudah takdirnya. Kalau kamu merasa bersalah terus seperti ini, gimana kamu bisa move on? Atau jangan-jangan ..."
"Jangan ngaco. Itu sudah berlalu. Dan sudah menjadi masa lalu. Jangan pernah membahas ini lagi. I don't like (aku nggak suka)" Sela Kai cepat sebelum Beno mengungkit masa lalunya.
"Aku hanya menebak saja. Kali aja aku ada benarnya. Sebagai sahabat aku hanya mau mengingatkan kamu, agar kamu nggak terjerumus ke lembah dosa nantinya."
"Lembah dosa, sialan kamu. Kamu pikir aku tukang maksiat apa?" Umpat Kai dan malah disambut oleh tawa garing Beno.
"Aku pikir kamu masih punya perasaan sama dia."
"Damn you (sialan kamu)"
Meski Kai berulang kali menampiknya, entah kenapa hati kecilnya justru berkata lain.
Kenangan-kenangan yang telah terlanjur terpatri di benaknya, tak semudah itu bisa ia lupakan. Kenangan yang terlalu manis, terlalu indah dicampakkan. Meski tak seindah kenyataannya kini.
Kai kembali menghela napas. Kali ini napasnya terasa semakin berat. Kala mengingat Joanna.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
R.F
3 like hadir, like balik iya
2022-02-13
0
pat_pat
2 like mendarat ❤️❤️
2022-02-10
1
Yukity
eh, ada yang baru..
semangaat🆙😍
2022-02-08
1