Ch. 4

Ceklek

Terdengar bunyi decitan pintu kamar mandi terbuka. Kai keluar dari kamar mandi dengan berbalutkan handuk di pinggangnya.

Ia berjalan gontai menuju lemari pakaian, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. setelah memilih pakaian yang akan dikenakannya sore itu, ia lantas segera mengenakan pakaiannya.

Kemudian ia berjalan menuju sofa, menghempaskan tubuh disana. Lalu mulai membuka laptop yang tergeletak di meja sofa itu. Menghidupkannya, dan mulai memeriksa beberapa email yang masuk.

"Oke ... Sekarang kita mulai menyusun jadwalnya." Gumam Kai lirih dengan seringai tipis di wajahnya.

Kaivan Arsenio, pria matang berusia 30 tahun. Hidup sebatang kara sejak kedua orang tuanya meninggal dunia karena sebuah kecelakaan tragis.

Pria yang kerap disapa Kai bukanlah seorang anak tunggal. Kai punya seorang kakak laki-laki, yang juga turut menjadi korban dalam sebuah kecelakaan mobil di jalan tol bersama kedua orang tuanya.

Kai yang awalnya tinggal dan bekerja di luar negeri, terpaksa harus pulang ke tanah air setelah mendapat kabar tak mengenakkan yang menimpa keluarganya.

Dengan berat hati Kai harus meninggalkan pekerjaan yang sudah beberapa tahun digelutinya dan memberinya kehidupan layak. Kini Kai harus menyambung hidup di tanah air dengan mencoba mencari penghidupan yang layak berdasarkan keahlian yang ia miliki.

Ia bukanlah anak seorang konglomerat yang tinggal meneruskan usaha orang tua. Untuk hidup layak, ia harus berjuang dari awal. Orang tuanya bukanlah miliarder ataupun pengusaha besar sehingga bisa mewariskan harta yang takkan habis dimakan tujuh turunan untuk anaknya.

Yang bisa Kai terima dari warisan yang ditinggalkan orang tuanya hanyalah sebuah rumah yang terbilang sederhana.

Pulang dari luar negeri, Kai menggunakan sebagian tabungannya untuk membeli mobil bekas. Meski bekas namun masih layak untuk digunakan.

Kini Kai sedang mencoba peruntungannya di negerinya sendiri. Dengan menerima tawaran sebagai sorang dosen dari beberapa universitas di kotanya.

Kai bukan seorang dosen tetap, hingga ia berani menerima tawaran dari beberapa tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masalah jadwal agar tidak berbenturan, Kai hanya harus pintar-pintar membagi waktunya.

Kai bernapas lega, lantas menarik sudut bibirnya, dan menyandarkan punggungnya di sofa kamarnya. Lantas diraihnya ponselnya yang tergeletak di sampingnya. Menggulir layar ponselnya sampai terhenti pada sebuah foto digital yang terpampang di depannya. Foto seorang wanita cantik bersama seorang anak laki-laki.

Senyum yang semula terbit begitu saja, kini memudar. Kai membuang napasnya pelan. Ia matikan kembali layar ponselnya. Lantas menaruhnya ke tempat semula. Pikirannya kini mulai melayang jauh. Menerawang diantara kenangan-kenangan yang tersisa.

Walau bagaimanapun, masa lalu tetaplah masa lalu. Tak kan bisa kembali ke keadaan semula. Meski berkali-kali meminta. Tuhan tak kan pernah mengabulkannya. Apa yang telah Tuhan gariskan sebagai takdir, kita sebagai manusia hanya bisa menerimanya dengan lapang dada. Dan itulah yang terjadi pada Kai.

.

.

Andara menghempas tubuhnya kasar di sofa ruang tengah. Diraihnya remote TV di atas meja, serta toples cemilan yang memang selalu menemaninya saat sedang menonton drama favoritnya.

Drama yang lagi happening saat ini menjadi pilihan tontonan nya, setelah Layangan Nyangkut yang sempat viral kemarin.

Dara mulai mencomot biskuit dari dalam toples. Ia melahapnya santai sambil menikmati drama. Di tengah asiknya menonton, Mama Maya malah datang mengganggunya dan mengambil toples biskuit itu dari tangannya. Hingga Dara pun manyun seketika.

"Ya ampuuun ... Anak gadis Mama satu-satunya, tiap hari kerjaannya nonton melulu. Nggak bosan apa? Cari kek kerjaan lain. Kasihan nih, anak gadis malah pengangguran begini." Ketus Mama Maya sambil mencomot biskuit itu dari dalam toples dan melahapnya segera.

"Itu punyaku Ma. Sini, balikin." Pinta Dara.

"Nggak. Nanti anak Mama yang paling cantik dan seksi ini gendutan." Tolak Mama Maya setengah menyindir Dara.

Dara yang disindir justru semakin manyun. Mukanya malah semakin ditekuk.

"Mama nggak seru ah. Kesal aku." Kesal Maya merengut sebal sambil melipat tangan di depan dada.

Mama Maya malah tersenyum geli melihat tingkah putrinya. Sengaja Mama Maya melakukannya, agar putri semata wayangnya itu mulai memikirkan masa depannya.

Bukannya Dara senang menjadi pengangguran. Hanya saja, ia pernah bekerja di kafe bersama Yola. Belum sebulan bekerja, ia justru dipecat hanya karena satu kesalahan tanpa disengaja.

Ia bahkan pernah bekerja di sebuah perusahaan bersama Ditha. Baru saja ia diangkat sebagai sekretaris, lagi-lagi ia harus dipecat secara tidak terhormat oleh istri atasannya.

Pasalnya, bekas atasannya itu sengaja memilihnya sebagai sekretaris. Hanya agar bisa merayunya dengan mudah.

Namun, bukan Dara namanya jika harus terjerat rayuan bos dengan begitu mudahnya. Disaat lengah, sang bos hampir saja menodainya. Dan Dara berhasil melawan dengan jurus andalannya. Tendangan mematikan di buah laknat. Selalu menjadi andalan Dara untuk membela diri dari pria-pria mesum seperti mantan bosnya.

Karena ulah Dara, mantan bos nya bahkan sampai masuk rumah sakit. Lantaran buah laknatnya hampir saja pecah karena tendangan mautnya. Alhasil, Dara pun di pecat oleh istri bos yang super duper galak.

Mau tidak mau, Dara pun harus menerima nasibnya kembali menjadi pengangguran. Untuk itulah, saat ini waktunya lebih banyak terbuang percuma di depan TV, di depan laptop, bahkan di depan layar ponsel.

"Dara ..." Seruan tiba-tiba terdengar dari arah ruang tamu.

Ditha, sahabatnya datang dengan kantong kresek di tangannya. Ditha lantas mengambil duduk di samping Dara dan menaruh kantong kresek itu di meja.

"Sore Tante." Sapa Ditha sembari mengulas senyum.

Mama Maya balas tersenyum. "Memangnya kerjaan kamu sudah selesai Dit?" Tanyanya.

"Udah Tan. Lagian ini weekend. Jadi kerjaan nggak banyak."

"Harusnya weekend begini kalian libur."

"Nggak tau nih Tan. Bos nya plin plan sih, suka seenaknya."

"Tapi kamu kok betah ya kerja di tempat itu. Untung saja Dara udah dipecat dari sana."

Ditha meringis, "mau gimana lagi, Tan. Cari kerjaan di jaman sekarang susah. Sedangkan kebutuhan hidup makin banyak."

"Anak gadis kebutuhannya banyak?" Mama Maya sampai membola memandangi Ditha.

Ditha terkekeh, "ya iya lah Tan. Biaya kuota, jajan, shoping baju, tas, belum lagi biaya skin care. Ya jelas banyak lah Tan. Tante kayak nggak tau aja gaya anak muda jaman sekarang."

Giliran Mama Maya yang meringis geli. Sengaja dia sok-sok keheranan, hanya untuk sekedar menyindir Dara sekali lagi. Agar hatinya tergerak untuk ikut mencari pekerjaan.

Bukannya mereka tak mampu lagi membiayai kebutuhan hidup Dara. Hanya saja, ia ingin agar putri semata wayangnya itu bisa punya aktifitas di luar rumah. Agar hidupnya tidak monoton. Agar Dara pun bisa menikmati masa mudanya.

Kalau seluruh waktunya ia habiskan di dalam rumah saja, bagaimana bisa bertemu jodoh nanti. Bisa-bisa putri semata wayangnya akan berakhir menjadi perawan tua. Sama seperti tetangganya, yang sampai menginjak usia empat puluh tahun, belum juga laku-laku. Ia tak ingin putrinya berakhir seperti itu.

"Sengaja nih mau nyindir?" Celetuk Dara mulai kesal.

Ditha dan Mama Maya menggeleng cepat. Sambil saling pandang.

Meski mereka tidak mengaku, Dara tahu, mereka sengaja menyindirnya. Dara pun semakin cemberut. Ia ambil kasar minuman dingin yang dibawa Ditha dari kantong kresek. Lalu menyedotnya hingga habis tak bersisa.

"Kalau begini terus, lama-lama kamu bisa gendut Dar." Celetuk Ditha.

"Bodo amat." Ketus Dara tak mau ambil pusing.

"Kalau kamu gendut, entar jodohnya Om-Om buncit loh Dar. Emang kamu mau punya jodoh kayak gitu? Udah buncit, botak lagi." Ditha cekikikan mencandai sahabatnya itu.

"Terus ... Terus aja ngeledekin." Dara semakin manyun. Diraihnya kasar toples cemilan dari tangan mamanya. Lalu kembali mencomot biskuit dari dalam sana dan melahapnya tanpa jeda. Hingga membuat Ditha dan Mama Maya semakin cekikikan dengan tingkahnya.

TBC

Terpopuler

Comments

Pe_na

Pe_na

Halo kk... Q mampir disini ... semangat update nya... 😍😍😍😍

2022-02-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!