Ch. 2

PLAK!

Suara tamparan keras terdengar saat tautan bibir keduanya terlepas.

"Dasar mesum!" Umpat Dara lantang.

Pria tampan itu meringis kesakitan memegangi pipinya. Sambil menatap tajam Dara yang sudah berani menamparnya.

"Kamu pasti sengaja kan mau nyuri-nyuri kesempatan? Dasar cowok mesum." Tandas Dara enteng tanpa filter lagi.

Pria itu terkekeh sambil menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Kok ada ya, cewek gila seperti kamu. Jelas-jelas kamu yang nyosor duluan. Kamu yang lebih agresif." Tandas pria itu tak mau kalah.

"Enak saja. Kamu tuh yang main sambar duluan, tanpa permisi. Kamu pasti ada niatan jahat kan?"

"Apa? Aku? Ada niat jahat sama kamu? Heh, kamu pikir pake otak dong. Kamu sendiri yang minta bantuan padaku. Kalau bukan karena aku kamu pasti sudah ketangkap basah sama pacar kamu itu."

"Apa, siapa? Pacar aku? Orang jelek itu? Sembarangan. Cewek secakep aku punya pacar kayak genderuwo begitu? Enak saja kalau ngomong."

"Kalau bukan pacar kamu, trus siapa? Atau jangan-jangan kamu ..." Pria itu memandangi Dara dari ujung kaki sampai unjung kepala. Dengan pandangan curiga sekaligus meremehkan. Namun hati tak memungkiri, tanpa sadar memuji kecantikan Dara. Meski hanya dalam hati.

Wajah tirus, putih mulus, hidung lancip, mata bulat dengan bulu mata lentik, rambut panjang lurus hitam legam bak iklan sampo. Serta tubuh ramping. Keindahan daksa itu semakin menambah pesonanya.

Sama halnya dengan Dara. Meski kesal, namun tak menampik, pria yang tengah beradu mulut dengannya saat ini memiliki paras yang tampan. Berwajah blasteran, dengan garis rahang yang tegas, senyum yang menawan, tubuh atletis. Sungguh kriteria pria idaman Dara.

"Jangan-jangan apa?" Tantang Dara lantang.

"Jangan-jangan kamu mencuri sesuatu, sampai-sampai orang itu mengejar-ngejar kamu. Aku benar kan?"

Dara terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.

"Saiko." Dara menggaris dahi dengan telunjuknya. "Mana ada pencuri secantik ini?"

"Maling mana ada yang mau ngaku."

"Kamu tuh ya ..." Dara semakin kesal dibuatnya. Hanya bisa mengepalkan tinjunya erat. Tak berani mengarahkan tinju pada pria itu.

"Kai." Tiba-tiba saja seorang pria datang menghampiri. Pria yang berusia tak berbeda jauh dari pria itu.

Pria yang dipanggil Kai menoleh. Pria yang beradu mulut dengan Dara itu rupanya bernama Kai.

"Aku mencari mu kemana-mana, ternyata disini kamu rupanya." Ujar pria yang baru saja tiba.

"Aku baru saja dari toilet. Dan tiba-tiba saja ada sedikit gangguan." Ujar Kai.

Pria itu mengernyit. "Gangguan?" Sembari mengalihkan pandangannya pada Dara.

"Ada kucing betina gila. Ayo, aku sudah lapar. Kita cari makan dulu." Ajak Kai yang mengambil langkah lebih dulu meninggalkan tempat itu.

Namun pria itu tak langsung mengikuti langkah Kai. Ia malah tersenyum memandangi Dara.

"Beno, ayo. Ngapain kamu masih disitu? Kucing betina itu setengah gila." Ujar Kai dengan nada keras. Hingga membuat Dara semakin kesal.

Pria yang bernama Beno pun bergegas menyusul langkah Kai. Namun sempat berpamitan dengan Dara.

Saat kedua pria itu menghilang dari pandangannya, Dara lantas memungut kembali jaketnya yang tergeletak pasrah di lantai. Lalu memakainya kembali. Tak lupa ia menguncir rambut panjangnya. Lalu bergegas meninggalkan tempat itu.

.

.

Dara dan Yola menyapukan pandangannya. Mencari-cari sosok yang familiar diantara para penumpang yang baru saja tiba. Sampai tiba-tiba pandangan mereka tertumbuk pada dua orang paruh baya yang berjalan sambil menggeret koper masing-masing.

"Mama ... Papa ..." Pekik Dara sambil berlari menghampiri mama papanya. Lalu menghambur memeluk mama papanya bergantian.

Yola menyusul di belakangnya. Yola menyalimi mama papa Dara bergantian.

"Selamat datang Om, Tante." Ucap Yola.

Mama papa Dara mengulas senyum manisnya.

"Gimana kalian berdua? Kalian nggak berulah kan? Kalian nggak berbuat macam-macam kan?" Tanya Yuda Aditama, papanya Dara.

"Seminggu loh Dara, Mama sama Papa ninggalin kamu. Kamu nggak macam-macam kan?" Maya, mamanya Dara ikut menimpali.

"Ya ampun Ma ... Jadi, Mama sama Papa berpikiran buruk padaku selama seminggu ini?" Dara membulatkan matanya heran. Bagaimana tidak, mama papanya selalu saja berpikiran buruk terhadapnya.

Wajar sih jika orang tua berpikiran seperti itu. Sebab orang tua mana yang tak cemas meninggalkan anak gadisnya sendirian di rumah selama seminggu. Meskipun ada Yola, sahabat Dara, yang menemaninya.

Tetap tidak akan meluruhkan kekhawatiran orang tua. Pasalnya, Dara adalah satu-satunya anak gadis mereka yang telah beranjak dewasa. Yuda dan Maya hanya cemas jika mereka sering keluar malam untuk mencari hiburan.

Maklumlah, Dara orangnya tidak bisa diam. Ada-ada saja yang ia lakukan untuk mengusir rasa suntuknya lantaran ia yang beberapa tahun ini pengangguran setelah lulus kuliah.

Pernah Dara bekerja di sebuah kafe, tapi itu tidak bertahan lama. Lantaran kecerobohannya yang tidak berhati-hati dalam bekerja. Dara yang sudah terbiasa dilayani mamanya, mana bisa melayani pelanggan. Alhasil, Dara dipecat tanpa ampun.

"Aman kok Om, Tante. Selama seminggu ini kita hanya di rumah. Nggak kemana-mana, nggak berbuat macam-macam." Ujar Yola membela diri.

"Baguslah. Kalau begitu ayo kita pulang. Mama sama Papa punya oleh-oleh buat kalian. Oleh-oleh dari Oma." Ujar Mama Maya.

Mereka pun berjalan bersama meninggalkan bandara.

Di tempat parkir, saat hendak naik ke mobil, pandangan Dara sempat menangkap sesosok yang baru saja bertemu dengannya tengah berjalan menuju mobil yang terparkir bersama sahabatnya.

Pria yang dipanggil Kai pun sempat melayangkan pandangannya sekilas ke arah Dara yang kini memasang tampang jutek, sebelum akhirnya menghilang dibalik pintu mobil.

Kai menyeringai tipis. Lalu bergegas naik ke mobil. Detik berikutnya mobil yang ditumpangi Kai melaju, lewat di depan mobil Dara yang belum meninggalkan tempat parkir.

Meski sekilas, Dara bisa melihat dari balik kaca jendela, pria yang bernama Kai menoleh, menatapnya sekilas.

"Dasar cowok mesum." Gerutu Dara tanpa sadar.

"Apa? Mesum? Siapa yang mesum?" Tanya Mama Maya keheranan mendengar gerutuan Dara.

Dara terhenyak, lalu mendadak salah tingkah.

"Bu_bukan siapa-siapa Ma. Aku hanya teringat drama yang aku tonton baru-baru ini." Kilah Dara.

"Drama? Drama yang mana?" Yola malah melayangkan pertanyaan yang seakan membantah alasan Dara.

"Memangnya kamu nonton drama apa sih, sampe segitunya terbawa alur ceritanya." Ujar Mama Maya.

"Perasaan kita belum nonton drama deh." Gumam Yola bingung.

"Itu Yol ... Drama yang itu ... Yang lagi viral sekarang. Layangan Nyangkut deh kayaknya judulnya." Kilah Dara lagi.

Yola malah menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal itu.

"Kayaknya kita belum nonton yang itu deh."

"Kamu mana tahu, tiap kali kita nonton, kamu malah ketiduran."

"Dara ... Kamu nggak berbuat yang aneh-aneh kan?" Tanya Mama Maya seakan mencurigai Dara. Terkadang putrinya itu ceroboh dan sering menimbulkan masalah.

"Ya enggak lah Ma. Masa Mama curiga sama anak Mama sendiri." Gerutu Dara mulai kesal.

"Mama cuma nggak mau kejadian beberapa tahun yang lalu terulang kembali. Papa kamu sampai mengambil pensiun dini gara-gara ulah kamu itu." Ujar Mama Maya teringat musibah yang sempat menimpa keluarganya beberapa tahun silam.

Dara menghembuskan napasnya pelan. Mengingat kejadian waktu itu, membuat rasa bersalah dihatinya tak jua mereda. Meski kejadian itu sudah lama, tapi tetap saja masih mengusik hati dan pikirannya.

"Sudah, sudah. Jangan diungkit lagi soal kejadian itu. Semuanya sudah berlalu. Dan semua sudah teratasi. Sekarang, kita pulang. Papa capek, pengen cepat-cepat istirahat." Sela Papa Yuda menengahi.

Tanpa menunggu aba-aba selanjutnya, Dara pun mulai memacu mobilnya perlahan meninggalkan tempat parkir.

Namun ingatannya masih sedikit terusik akan musibah beberapa tahun silam. Lantaran mamanya mengungkit kembali kejadian naas itu, hingga Dara tak bisa berkonsentrasi penuh mengemudi. Masih ada ketakutan jika kejadian itu akan terulang kembali.

Dara lantas menepikan mobilnya di tepian jalan. Ia menghela napas sejenak. Mencoba mengusir bayang-bayang masa lalu yang tiba-tiba saja kembali menghantuinya.

"Kenapa berhenti Dara?" Tanya Yola heran.

"Dara ... Kenapa berhenti sayang?" Tanya Mama Maya.

"Aku nggak bisa lagi nyetir Ma." Jawab Dara jujur.

"Loh, kenapa?"

"Aku takut."

Mama Maya terhenyak. Mendadak diserang rasa bersalah sebab tanpa sengaja kembali mengungkit masa lalu putrinya.

Diiin ... Diiin ... Diiin ...

Bunyi klakson tanpa henti kala itu masih terngiang jelas di telinganya. Refleks Dara menutup telinganya.

"Tidak!" Pekik Dara ketakutan. Hingga Mama Maya dan Papa Yuda cemas seketika. Begitupun dengan Yola, sahabat Dara yang juga mengetahui kejadian naas itu.

TBC

Terpopuler

Comments

Yuyun Yuningsih

Yuyun Yuningsih

msh menyimak...aq mampir thor😊

2022-06-16

1

Ana Yulia

Ana Yulia

Aku hadir di sini thor 😘

2022-03-29

1

Erna Sikumbang

Erna Sikumbang

mampir

2022-02-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!