~•~•~•~
•Rumah Elza
Yuna tengah sibuk menggambar diruang keluarga bersama pengasuhnya ditemani Elza, keysha, dan Jehan, ketiga orang dewasa itu sedang menonton siaran televisi anak-anak.
"Kenapa ibu, Aunty dan Uncle menonton film kartun kesukaanku?"tanya Yuna heran.
"Ibu hanya sedang iseng, kalo Auntymu dia memang pecinta kartun."
"Uncle?"tanya Yuna menatap Jehan yang nampak fokus menonton.
"Hanya pengamatan."jawab singkat Jehan.
Keysha menatap Jehan sekilas lalu tertawa kencang membuat semua yang ada disana menatapnya bingung.
"Maaf-maaf."
"Kenapa kau tertawa?"tanya Elza pada sang adik.
"Kakak apa kau percaya seorang pria irit bicara sepertinya melakukan pengamatan diserial kartun." Keysha terkekeh.
"Apa salahnya?"tanya Jehan polos.
"Maksud Key, seharusnya kau katakan jika kau menyukainya."pernyataan Elza justru membuat Jehan dan Keysha menatapnya tajam.
"Ahh, bukan menyukai Keysha tapi kartunya, Nya dalam kalimatku untuk film kartunnya."jelas Elza meluruskan kesalahpahaman ini.
"Kenapa orang dewasa sangat merepotkan?"tanya Yuna polos.
"Kau akan mengerti saat kau dewasa sayang."balas Keysha.
Mereka kembali berbincang-bincang bersama sembari menemani Yuna yang sibuk menggambar.
Mentari bersinar semakin redup menandakan senja akan segera tiba,
Elza yang sedang mengajak Yuna jalan-jalan ditaman dekat komplek perumahan Tianlang berhenti tepat di taman bermain anak yang terletak ditengah taman.
"Ibu aku ingin bermain perosotan."
"Baiklah hati-hati ya."
"Baik bu."
Yuna berlari menuju perosotan yang sedang dimainkan oleh dua orang anak lainnya. Yuna terlihat sangat menikmati permainan, Elza duduk di salah satu bangku taman sembari memperhatikan Yuna bermain.
"Dia sangat aktif ya?"tegur seorang wanita muda berperut buncit menghampiri Elza.
"Dia memang sangat aktif sejak kec..."Elza terkejut saat menyadari siapa wanita yang mengajaknya bicara.
"Hai Elza, bagaimana kabarmu?"sapa Xiao mei.
"Xiao mei kau?"
"Ya ini aku."
"Aku baik-baik saja, bagaimana kabarmu?"
"Boleh aku duduk."
"Duduklah."
Xiao Mei duduk disamping Elza, mereka terlihat sedikit canggung satu sama lain.
"Kabarku baik seperti yang kau lihat."
"Baguslah jika kau baik-baik saja."
Setelah percakapan itu mereka berdua terdiam sejenak. Terdengar Xiao Mei menghela nafas sejenak.
"Kapan kau kembali dari Amerika?"tanya Xiao Mei menatap sekilas Elza.
"Baru setahun."balas Elza singkat.
"Maaf."kalimat yang dikeluarkan Xiao mei sukses membuat Elza menoleh.
"Itu masalalu kau tak memikirkannya,
aku juga sudah melupakan semuanya."
"Aku tau kau belum memaafkan kesalahanku za."
"Xiao mei, kita sudah sama-sama dewasa aku harap kau bisa bersikap dewasa. Seperti yang pernah kau katakan bersikaplah seolah kita orang asing."ucap Elza penuh penekanan.
"Yuna ayo kita pulang hari sudah mau menjelang malam."tegur Elza meneriaki Yuna yang masih asik bermain.
Xiao mei menatap sendu kepergian Elza dan Yuna, air matanya mengalir menatap punggung Elza yang mulai menjauh.
"Luka apa yang sudah kau alami selama lima tahun ini za?"gumamnya sendu.
"Yuna masuklah kerumah ibu ada urusan sebentar, ibu pergi dulu."pamit Elza pada Yuna setelah mereka tiba didepan rumah.
"Baik bu." Yuna masuk kedalam rumah.
Elza bergegas masuk kedalam mobilnya menjalankannya dan bergegas mengendarai mobilnya meninggalkan pelataran rumah.
Mobil mewah berwarna hitam itu melaju memecah jalanan dengan kecepatan tinggi, tak lama mobil itu berhenti disebuah danau dipinggiran kota.
Elza turun dari mobil mewahnya berjalan menuju jembatan yang melengkung diatas danau.
Wajah cantiknya terpantul diair dibawah danau, seketika matanya perlahan mengeluarkan bulir bening. Ia mengingat betapa pahit dan kelamnya masa lalu yang harus ia lewati semasa hamil, mulai dari kedua orangtuanya mengalami kecelakaan karena mendengar kabar ia dikeluarkan dari kampus, dipenjara karena tuduhan penganiayaan, hingga hampir dijual oleh temannya sendiri.
"Kenapa tuhan? Kenapa engkau harus mendewasakanku dengan cara yang semenyakitkan ini?"ucapnya lirih.
"Aku sudah berusaha untuk mengikhlaskan dan melupakan masa lalu tapi kenapa sekarang engkau uji aku dengan kedatangan orang-orang dari
masa laluku kembali."
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?"ucapnya sendu.
Sepasang mata yang memantau gerak-gerik Elza menatapnya sendu
ada guratan penyesalan dan rasa
bersalah didalam hatinya, ingin
rasanya ia memeluk tubuh Ringkeh
itu tapi diurungkannnya karena ia takut malah akan membuat gadis itu semakin terluka.
"Maafkan aku."gumamnya lirih lalu melenggang pergi meninggalkan Elza yang masih setia berdiri di atas jembatan.
Matahari mulai berganti dengan rembulan ketika Elza sampai dirumah, dilihatnya sang putri sudah terlelap sambil memeluk boneka beruang kutub berwarna putih hadiah ulang tahun yang Elza berikan untuknya.
"Maafkan ibu nak, karena keegoisan ibu kau harus berada di keadaan seperti ini." Elza mengelus kepala Yuna pelan menatapnya sendu.
Elza duduk di sisi ranjang milik sang putri, matanya menatap sekeliling kamar sang putri yang penuh dengan pernak-pernik alam.
"Ibu berjanji akan selalu membuatmu bahagia dan bangga memiliki ibu nak."ucapnya lalu mencium pipi sang putri dan melenggang pergi meninggalkan kamar Yuna.
~•~•~•~
"Nona, CEO Fang Company datang ingin menemui anda."lapor Deina memasuki ruangan Elza tergesa-gesa.
"Apa yang sebenarnya ingin dia lakukan."gumam Elza.
"Deina, bisa kau suruh dia ke ruanganku?"
"Baik nona akan saya laksanakan."
"Baiklah terima kasih."
Tak lama setelah beberapa menit Deina keluar seseorang mengetuk pintu ruangan Elza.
"Masuklah."
"Apa aku mengganggu pekerjaan anda nona Elza?"tanya Fang Lirang memasuki ruangan Elza.
"Tidak sama sekali tuan muda Fang, mari silahkan duduk." Elza mengajak Fang Lirang duduk di sofa.
"Aku kesini tidak ingin membahas tentang pekerjaan tapi tentang masalah Yuna." Fang Lirang menampakkan wajah seriusnya.
"Ada apa?"
"Aku ingin membuat kesepakatan denganmu."
"Kesepakatan apa?"
"Yuna juga putriku, jadi aku ingin dia tinggal bersamaku."
"Apa maksudmu? Dia putriku juga lagipula aku yang memiliki hak penuh atas putriku."
"Dengarkan aku dulu, bagaimana jika kita membuat perjanjian Yuna seminggu dirumahku dan seminggu dirumahmu itu adilkan?"
"Tidak bisa, dia akan sangat kesulitan jika harus berpindah-pindah seperti itu. Aku tidak setuju."
"Baiklah, kalau begitu akhir pekan saja akhir pekan dia libur sekolah kan aku akan menjemputnya untuk menginap dirumahku. Bagaimana?"
'Biarlah aku mengalah sedikit padanya, Yuna juga pasti akan senang bisa bersama ayahnya.'batin Elza.
"Baiklah, tapi jika Yuna tidak mau kau tidak bisa memaksanya."
"Bagus, aku akan menjemputmu nanti kita akan menjemput Yuna bersama."
"Tidak perlu, aku membawa mobil sendiri."
"Jangan berbohong padaku aku tau kau diantar oleh asisten pribadimu itukan."
"kau..."geram Elza.
"Aku tidak suka penolakan."ujar Fang Lirang lalu melangkah keluar ruangan Elza dengan puas.
"Dia tidak pernah berubah."gumam Elza kesal.
Elza kembali melanjutkan pekerjaannya dimeja kerjanya hingga hari hampir senja. Setelah pekerjaan kantor selesai Elza berniat menjemput Yuna dan pulang kerumah.
Saat baru keluar dari gedung perusahaan miliknya Elza dikejutkan dengan kehadiran Fang Lirang yang sedang bersender dimobil mewah bermerek Hummer H3 miliknya.
"Sudah selesai?"tanyanya menatap gadis didepannya.
"Hmm.."gadis itu hanya mengangguk.
"Masuklah." ia membukakan pintu mobil untuk Elza.
"Terima kasih." Elza masuk mobil.
Fang Lirang memutari mobilnya menuju kursi supir, setelahnya mobil mewah itu berlalu meninggalkan gedung.
Sekitar 15 menit perjalanan mobil mereka tiba didepan sekolah Yuna, tetlihat beberapa anak sudah keluar dari ruang kelasnya, namun Elza tidak mendapati keberadaan sang putri.
"Aku akan mencarinya kau tunggu disini."ucap Elza turun dari mobil.
"Cepat kembali." Elza mengangguk.
Elza mencari Yuna disekeliling sekolah tapi tak menemukan keberadaannya, saat melewati ruang latihan menari Elza dikejutkan oleh suara tangis yang
sangat ia kenal.
"Yuna..." Elza menghampiri sang putri yang sudah sesegukkan menangis didepannya ada seorang wanita muda yang tengah memeluk seorang gadis kecil.
"Apa yang anda lakukan pada putriku?"tanya Elza memeluk Yuna.
"Putri H*r*mmu ini memukul putriku."sahutnya sarkas.
"Apa maksud anda putriku tidak akan melakukan hal seperti itu."
"Tanyakan saja pada putri H*r*mmu itu."
"Berhenti memanggil putriku seperti itu,
dia bukan anak h*r*m."
"Jika bukan anak h*r*m lalu apa? Kau bahkan belum menikah gadis sepertimu itu ibarat j*l*ng."makinya.
"Jaga perkataan anda nyonya muda Han, apakah pantas seorang wanita terhormat sepertimu berkata begitu kasar pada orang lain."
"Tau apa kau tentang tata krama hah, kau itu hanya gadis rendahan."
"Aku masih bersikap baik padamu kenapa kau seakan memiliki dendam padaku? Aku bahkan tidak pernah mengganggumu ataupun putrimu."
"Beraninya kau..." Nyonya muda Han mengangkat tangannya hendak menampar Elza.
Elza menutup matanya bersiap menerima tamparan dari nyonya muda Han sembari memeluk erat Yuna.
To be Countinued....
Terima kasih untuk kalian yang sudah bersedia membaca cerita ini 🙏😊
Tinggalkan jejak Kalian di kolom koment dan likenya ya, Thank you Happy Readers😘
(Salam sayang DearPE💕)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments