Bella memencet bel beberapa kali. Tak lama kemudian, seorang pria tampan pun keluar dari apartemennya.
Bella menatap kagum pria yang ada di hadapannya ini. Dia adalah atasan Bella saat bekerja di tempat yang lama.
Atasannya ini sangat sempurna menurut Bella. Pria dengan porsi wajah dan tubuh yang amat proposional.
"Bella ...." beberapa kali pria itu memanggil, akan tetapi Bella masih hanyut dalam pikirannya.
"Hei!" serunya lagi dengan melambaikan tangan tepat di depan wajah Bella. Khayalan Bella yang sudah melalang buana pun langsung segera tersadar.
"Ah iya, Pak. Ini pesanannya," ujar Bella memberikan beberapa botol susu yang di wadahi dengan kantong plastik.
"Terima kasih."
"Apa yang kau pikirkan? Apakah kau berencana untuk kembali bekerja di hotelku?" tanya pria tersebut.
"Untuk saat ini belum, Pak." Bella tersipu malu.
"Kau terluka?" tanyanya sembari menunjuk tangan Bella yang mengeluarkan darah.
"Ah, ini tadi hanya kecelakaan kecil," timpal Bella.
"Masuk dulu, aku akan mengobati lukamu," ucap pria tersebut.
"Tidak usah, Pak Ferdy. Tidak perlu repot-repot," ujar Bella, tetapi langkahnya tak sinkron dengan ucapan yang ia lontarkan. Nyatanya Bella menolak namun kakinya melangkah masuk ke dalam apartemen milik Ferdy.
"Silahkan duduk," ujar Ferdy mempersilahkan.
Pria itu masuk ke dalam kamarnya. Bella mengedarkan pandangannya. Apartemen mantan atasannya ini sangatlah rapi. Tak lama kemudian, Ferdy kembali dengan membawa kotak P3K yang ada di tangannya.
Ferdy duduk di samping Bella. Pria itu meraih tangan Bella dan kemudian memberikan pertolongan pertama pada luka gadis yang ada di hadapannya itu.
Bella tersenyum saat melihat Ferdy dari dekat seperti ini. Sungguh ia merasa seperti mimpi. Ferdy memang setiap pagi memesan susu kedelai padanya, sikap ramah dari pria ini membuatnya semakin tertarik.
"Sudah ...." Ferdy menempelkan plaster pada luka Bella.
Mendengar ucapan dari Ferdy, Bella pun langsung tersadar. Ia melihat plaster yang melekat di tangan kanannya.
"Ini bayaran untuk pesananku tadi," ujar Ferdy mengeluarkan uang tunai dari dalam sakunya.
"Terima kasih, Pak." Bella menadahkan tangan mengambil uang tersebut.
"Terima kasih juga karena telah mengobati saya," sambung Bella sembari menampakkan semburat merah di kedua pipinya.
"Iya, sama-sama."
"Kalau begitu, saya permisi dulu Pak," sambung Bella.
Gadis itu pun segera keluar dari apartemen milik Ferdy. Rasa sakit akibat dari kecelakaan yang dialaminya pagi tadi seakan menguap begitu saja setelah bertemu dengan pria impiannya.
Bella berjalan dengan sedikit melompat-lompat kecil memasuki lift. Gadis itu kembali menatap plaster yang ada di tangannya dan kemudian menghujaninya dengan ciuman beberapa kali.
"Dapat plasternya saja aku sangat merasa senang, apalagi dapat orangnya."
Tinggg...
Lift pun terbuka, Bella keluar dari bangunan bersusun itu dengan perasaan senang dan berbunga-bunga.
....
Di waktu yang bersamaan, saat di perjalanan Devan tampak mengirim sebuah email melalui ponselnya. Tak lama kemudian, ponsel tersebut berdering.
"Sudah ku duga, ia akan menghubungiku secepatnya," gumam Devan sembari tersenyum miring.
Pria itu langsung mengangkat panggilan telepon tersebut. "Apakah Anda sudah menerima surat cinta dariku, Pak Handoko?" tanya Devan sembari tertawa meremehkan.
"Aku tahu, jika ini semua adalah rencanamu. Anda sengaja mengumpulkan para pemegang saham untuk membahas berita murahan yang tak begitu penting," papar Devan.
"Bagaimana bisa kau mengetahuinya?"
"Aku memiliki banyak mata untuk mengawasi gerakan anda, Pak Handoko." Nada suara Devan penuh penekanan.
"Kalau begitu, apa maumu?"
Suara dari seberang telepon cukup terdengar geram dan sangat kesal.
"Berhentilah untuk memaksakan ambisimu untuk menggantikan ku, karena sampai kapan pun juga kau tak akan bisa melakukan hal itu!" kecam Devan yang kemudian mematikan sambungan teleponnya.
Devan tertawa keras saat Handoko, yang merupakan pemilik saham urutan ke dua, selalu berinisiatif untuk menyingkirkan Devan dari posisinya dengan menghasut beberapa pemegang saham lainnya.
Joko melihat Devan tertawa melalui kaca mobil. Pria itu ikut tertawa dan senang karena bosnya itu mampu menjatuhkan lawan yang berbahaya seperti Pak Handoko.
Setelah cukup lama menempuh perjalanan, keduanya pun tiba di kantor. Satpam yang membuka pintu mobil untuk Devan tampak tertegun karena mobil mewah tersebut sudah memiliki kerusakan di bagian belakang.
Devan segera melangkah ke ruang rapat, di mana para pemegang saham telah berkumpul di tempat tersebut. Ekor matanya mendapati sang ibunda yang tampak kewalahan menghadapi argumen dari pemegang saham yang lainnya, berusaha untuk memojokkan serta mengkritik Devan tak layak untuk menjadi seorang pemimpin.
Devan berjalan masuk, seketika suara ricuh pun menjadi hening saat pria tersebut datang. Dengan setelan jas berwarna navy, serta rambut yang di tata rapi, Devan duduk di kursi rapatnya.
"Saya mendapatkan informasi mendadak tentang rapat yang dilaksanakan secara tiba-tiba," ucap Devan.
"Kami melihat salah satu artikel yang menyebutkan tentang perbuatan tak senonoh anda di sebuah bar," sahut Pak Naryo, yang juga selaku pemegang saham.
"Bukankah seorang pemimpin seharusnya mencerminkan sikap yang baik? Perihal perilaku Pak Devan di luar sana bisa saja menggiring opini lain dari kalangan masyarakat dan menjatuhkan nama perusahaan," kini Pak Zidan yang membuka suara.
"Baiklah, harap tenang!" ucap Devan.
"Saya mengerti maksud dari ucapan Pak Naryo dan Pak Zidan. Dan sekarang, saya mau bertanya. Siapa kira-kira menurut kalian kandidat yang cocok untuk menggantikan saya?" tanya Devan.
Rina yang mendengar ucapan anaknya langsung membelalakkan matanya. Seketika mata semua orang pun menunjuk ke arah Pak Handoko.
"Pak Handoko? Baiklah, bagaimana menurut Pak Handoko? Apakah anda merasa pantas untuk menggantikan saya?" tanya Devan.
Pak Handoko berdiri dari tempat duduknya. "Saya rasa lebih baik Pak Devan lah yang memegang kendali perusahaan. Saya tidak mampu untuk menggantikan posisi beliau."
Pak Handoko mengepalkan tangannya dengan kuat. Harapan yang selama ini ia impikan kini langsung lenyap sudah. Padahal kesempatan ini merupakan kesempatan yang baik untuk dirinya menyingkirkan Devan. Namun, karena Devan sudah mengetahui tentang penggelapan Dana yang dilakukannya, membuat Handoko terpaksa mundur dari pada benar-benar kehilangan pekerjaannya.
"Kalian dengar pernyataannya bukan? Saya rasa semuanya sudah jelas, untuk rapat hari ini sudah cukup!" Devan beranjak dari tempat duduknya dan kemudian melangkah keluar dengan berjalan melenggang.
Handoko yang melihat keangkuhan dari Devan pun langsung memberikan tatapan pria muda itu dengan menatap tajam.
"Kau lihat saja! Akan ku balas perbuatanmu setelah ini," batin Pak Handoko yang tampak kesal.
Bersambung....
Ada pepatah mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang, untuk lebih mengenal pembaca, dukung karya ini berupa like, komen, serta votenya ❤️❤️❤️
Yang belum favorit jangan lupa untuk difavoritkan supaya mendapatkan notifikasi update terbaru nya~
ig: ayasakaryn24
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
itanungcik
lanjut bestie..
2023-03-31
2
🌼ᴍᴇᴀᴍᴏʀ_ᴍʏʀᴀɴᴅʜᴀ🇲🇾
Hahahaahhaahah
2022-10-17
1
Mr Im
ane mendarat lagi thor
lanjut bentar yak
2022-05-22
1