Malam ini Devan berada di salah satu bar. Ia menuangkan alkohol ke dalam gelasnya dan kemudian menenggak minuman tersebut hingga kandas.
"Akhhhh ...." pria itu mengernyitkan keningnya saat minuman tersebut terasa membakar di tenggorokannya.
Ia mengeluarkan satu batang rokok dari bungkusnya yang ada di atas meja. Baru saja pria itu hendak menghidupkan pemantiknya, tiba-tiba saja seseorang langsung mencuri rokoknya.
Pria tersebut duduk di salah satu kursi yang ada di samping Devan.
"Jangan merusak dirimu hanya karena seorang gadis Kawan," ujar Ferdy.
"Berikan itu padaku,"
"Stop, Devan!"
"Kali ini saja, aku benar-benar merasa sangat stress," pinta Devan.
Ferdy kembali menyerahkan rokok tersebut pada Devan. Pria itu menyalakan ulang pemantiknya dan kemudian menghisap benda dengan kandungan nikotin tersebut.
"Aku ingin membatalkan pernikahanku, tapi itu berdampak pada perusahaan dan nama baik keluargaku ...." Devan mengacak rambutnya dengan kasar.
"Bagaimana bisa aku melanjutkan pernikahan ini dengan Nadia? Gadis itu sudah menghancurkan hatiku. Sementara pernikahan harus tetap berjalan sebagaimana mestinya," sambung Devan dengan wajah yang muram.
"Jalan satu-satunya adalah aku harus menikahi gadis lain," ujar Devan tersenyum getir.
"Masalahmu memang cukup rumit," ucap Ferdy menatap lurus ke depan.
Cukup lama kedua orang tersebut berbincang. Saat melihat Devan sudah mabuk berat, Ferdy langsung membawa sahabatnya itu untuk pulang.
"Kenapa? kenapa dia lebih memilih pria 2cm itu. Barang itu sangat kecil sekali," racau Devan sembari menjentikkan jari kelingkingnya.
Ferdy mengernyitkan keningnya. Entah apa yang dimaksud oleh sahabatnya ini tentang pria 2cm. Namun, saat Devan mengulangi kata-katanya, pria itu sempat melirik ke bawah tepat di benda berharganya. Seketika Ferdy langsung mengerti. Ia malu saat Devan berteriak 2cm sedangkan banyak orang yang memandang ke arah mereka.
"Hentikan! kau membuatku kehilangan muka," ujar Ferdy membekap mulut sahabatnya itu. Kemudian langsung membawa pria tersebut masuk ke dalam mobil.
"Aku seorang pria yang gagah perkasa, tapi mengapa ia lebih memilih pria yang gagah perkosa!" seru Devan di dalam mobil.
Ferdy berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Baru saja ia meraih kunci mobil di dalam sakunya, tiba-tiba Devan mengguncang lengannya membuat kunci tersebut terlepas dari tangan.
Pria itu menunduk mengambil kunci yang terjatuh, tiba-tiba Devan berbicara keras tepat di telinga Ferdy.
"Kenapa? Apa hebatnya pria itu?" seru Devan yang seketika membuat telinga Ferdy sakit.
Ferdy yang merasa temannya itu sudah tidak bisa ditolerir lagi, segera mendorong Devan hingga kepala pria itu terbentur mengenai jendela kaca mobil.
Brakkkk...
Devan pun berhenti meracau dan pingsan seketika. "Maafkan aku, tapi kau terlalu mengganggu jika terus seperti itu," gumam Ferdy kembali meraih kunci mobil yang terjatuh tadi.
Ferdy bergegas melajukan kendaraan roda empat tersebut membelah jalanan malam.
....
Keesokan harinya, Devan mengerjapkan matanya saat sinar mentari masuk melalui celah jendela kamar. Matanya belum terbuka sempurna, tetapi tiba-tiba saja sebuah tendangan mengenai bokongnya membuat pria itu seketika jatuh tersungkur ke lantai.
Dugghhh...
"Awww...." Devan meringis saat kepalanya terbentur ke lantai.
Mendengar suara renyah benturan antara kepala dan lantai tersebut, membuat Ferdy bangun. Ia menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya Devan tengah mengusap kepalanya yang terasa sakit akibat terjatuh tadi.
"Maaf, tapi aku memang sengaja," ucap Ferdy.
Devan mendelik menatap Ferdy yang seolah tak berdosa.
"Apakah kau bosan hidup?!" ketus Devan yang masih menggosok keningnya yang membentur lantai.
"Kenapa kau ada di kamarku?" tanya Devan.
Ferdy beranjak dari tempat tidurnya. "Sadarkan saja dulu dirimu sepenuhnya. Semoga kau merasa malu setelah mengingat semuanya," ucap Ferdy yang kemudian berjalan menuju ke kamar mandi.
Devan masih ternganga, ia berpikir keras tentang apa yang terjadi sebelumnya. Sekelebat ingatannya pun mulai bermunculan.
Kejadian saat di bar, racauannya yang tak jelas dilihat oleh banyak orang, Devan melayangkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Dan kini ia pun sadar bahwa saat ini dirinya berada di kamar Ferdy.
"Argh ... Sungguh memalukan," ujar Devan mengacak rambutnya dengan frustasi.
Devan bergegas bangkit untuk mencari ponselnya. Setelah menemukan keberadaan ponsel tersebut di atas tempat tidur, pria itu langsung menghubungi Joko.
"Joko, tolong bawakan setelan ke kantor untukku!" ucap Devan saat panggilan tersambung.
"Maaf Pak, tapi saya harus membawa setelan bapak kemana?"
"Nanti aku kirimkan alamatnya," timpal Devan yang kemudian langsung mematikan sambungan teleponnya.
Devan mengirimkan alamat rumah Ferdy pada asistennya. Pria itu meletakkan ponselnya, ia pun kembali berbaring di atas tempat tidur.
Baru saja ia hendak memejamkan matanya lagi, tiba-tiba ponselnya kembali berdering. Devan berdecak kesal, tanpa melihat lagi pria tersebut langsung menerima panggilan tersebut.
"Bukankah sudah ku kirimkan alamatnya! Apakah kau masih kurang paham?" tanya Devan. Ia kesal karena baru saja pria itu mengirimkan alamat Ferdy melalui pesan singkat.
"Apakah kau sudah bosan hidup, Nak?"
Seketika Devan terduduk sembari membelalakan matanya. Pria itu melihat kembali layar ponselnya dan ternyata si pemanggil tak lain adalah ibunya.
"B-bukan seperti itu, Ma ...." Devan terbata-bata.
"Apakah kau tahu? Pagi ini ada artikel yang menuliskan tentang dirimu di bar! Tidak bisakah kau membuatku tenang sehari saja tanpa melakukan kesalahan?!" sangat jelas terdengar hembusan napas kasar dari ibunya itu karena frustasi dengan tingkah konyol putra semata wayangnya.
"Pagi ini akan ada pertemuan dengan para pemegang saham. Kau atasi semua itu dengan baik, aku akan menyingkirkan artikel murahan itu!" sambung Rina frustasi.
Tak lama kemudian, panggilan pun terputus. Devan mengacak rambutnya sembari berdecak kesal.
"Aku benar-benar stres kali ini," gumam Devan.
"Bisakah aku mengaminkannya?" celetuk Ferdy yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan mengenakan kain handuk yang melilit di tubuhnya. Devan langsung melayangkan tatapan tajam pada Ferdy.
Terdengar suara bel rumah berbunyi. Dengan segera Devan keluar dari kamar Ferdy dan membuka pintu. Dilihatnya Joko di balik pintu tengah tersenyum lebar sembari memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Jangan tersenyum seperti itu, kau terlihat lebih mengerikan!" ucap Devan.
Joko segera masuk ke dalam apartemen tersebut.
"Siapa yang datang?" tanya Ferdy keluar dari kamar dengan mengenakan kemeja yang belum terkancing. Memperlihatkan otot perut serta dada bidang yang tercetak sempurna.
"Asistenku," timpal Devan singkat.
Joko tertegun saat melihat situasi yang seperti ini. Ferdy dengan rambut yang basah dengan kemeja yang kancingnya masih ternganga. Sementara Devan, tampilan pria itu benar-benar masih acak-acakan dengan hanya menggunakan kaos biasa serta celana boxer.
"Ternyata selera Pak Devan adalah pria yang seperti ini. Sangat disayangkan sekali, padahal keduanya tampan tapi memilih untuk saling mencintai. Ternyata dugaanku tidak salah, Pak Devan adalah seorang gay," batin Joko.
Bersambung...
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya berupa like, komen, serta votenya ♥️♥️♥️
Yang belum favorit, yuk difavoritkan supaya mendapatkan notifikasi update terbarunya~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
mom'za
baru kali ini baca novel,asistennya lemot bin somplak/Joyful/
2024-11-22
0
H
😂😂😂
2024-12-26
0
nurma zulaika
polos benerrrrer si Jokoo
widiww 😅
2023-05-01
4