"Sini berikan padaku!" ujar Devan mengulurkan tangannya.
Joko masih diam dengan berbagai macam pemikiran kotor yang saat ini memenuhi otaknya. Devan mengernyit saat asistennya itu masih terdiam. Ia pun langsung melihat ke arah pandang Joko yang sedari tadi menatap Ferdy.
Devan langsung berdiri tepat di hadapan Joko untuk menghalangi pandangan Joko pada sahabatnya itu. Seketika Joko pun tersadar dan langsung menunduk.
"Apa yang kau lihat?" tanya Devan.
"Tidak ada, Pak."
"Mengapa kau menatapnya seperti singa yang tengah kelaparan?" tanya Devan lagi sembari bersedekap.
Ferdy yang sadar akan ucapan Devan pun langsung melihat bajunya yang masih belum terkancing sempurna. Seketika pria itu pun langsung berbalik membelakangi keduanya.
"Tidak, sungguh aku tidak seperti yang kalian pikirkan," ujar Joko segera membantah asumsi atasannya itu.
"Terserah kau saja! Berikan itu padaku," ujar Devan yang langsung menarik paper bag yang ada di tangan Joko.
"Ah iya, ini ...." Devan mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja dan melemparkannya pada Joko. Sang asisten pun langsung menangkapnya.
"Kau ambil dulu mobil di bar langgananku." Setelah melemparkan kunci tersebut, Devan langsung berjalan menuju ke kamar.
Joko pun segera bergegas keluar dari apartemen untuk menjalankan perintah dari atasannya itu.
....
Setelah cukup lama, Joko pun kembali menuju ke apartemen dengan membawa mobil milik Devan. Devan yang saat ini tengah bersiap, merapikan dasinya di depan cermin.
Ia melirik ponselnya yang bergetar. Pria itu pun mengangkat panggilan tersebut.
"Saya sudah berada di luar, Pak."
"Baiklah, sebentar lagi aku akan turun," ujar Devan yang langsung memutuskan panggilan dari asistennya itu.
Devan keluar dari kamar. Ia melihat Ferdy yang masih berada di ruang tengah.
"Aku pergi, terima kasih atas tumpanganmu," ujar Devan.
"Oke," timpal Ferdy.
"Kau belum berangkat ke hotel?" tanya Devan.
"Belum, sebentar lagi. Aku masih menunggu sesuatu," sahut pria itu.
Devan pun berjalan keluar dari apartemen Ferdy. Pria tersebut masuk ke dalam lift untuk mengantarkannya menuju ke lantai bawah.
Devan berjalan ke arah joko yang saat ini tengah menyenderkan tubuhnya di mobil.
"Silahkan masuk, Pak." Joko membukakan pintu untuk atasannya. Devan pun segera masuk ke dalam mobil.
Di waktu yang bersamaan, Bella tiba di sebuah apartemen untuk mengantarkan susu pada langganannya. Namun, saat tiba di tempat itu, motor yang di kendarai oleh Bella hilang kendali.
Gadis itu sudah menekan rem tangan, tetapi motor tetap melaju. Hingga akhirnya Bella pun teriak saat mengetahui sebuah mobil mewah yang ada di depannya.
"Akh tidaaaak!!" Bella panik dan sesaat kemudian,
Brakkk...
Motor yang dikendarai oleh Bella menghantam bagian belakang mobil. Devan yang saat ini berada di dalam mobil langsung terlonjak kaget, begitu pula dengan Joko.
"Ck, apa lagi ini?" geram Devan.
"Saya akan segera memeriksanya, Pak." Joko pun langsung turun dari mobilnya.
Joko melihat seorang gadis yang tampak kesusahan untuk mengangkat motornya. Dengan sigap, Joko pun langsung membantu gadis tersebut.
"Anda tidak apa-apa, Nona?" tanya Joko.
"Iya, saya tidak apa-apa, Pak. Tapi, mobil itu ...." tunjuk Bella.
Joko langsung menutup mulutnya. Mobil yang baru saja di beli oleh atasannya minggu lalu tampak penyok akibat berbenturan dengan motor yang dikendarai oleh Bella.
Devan yang melihat Joko tak kunjung menyelesaikan masalahnya, langsung keluar dari dalam mobil. Pria itu sedikit membenahi kemeja yang dipakainya. Seakan pria itu menunjukkan pesonanya pada dunia.
Namun, saat pandangannya menangkap bagian belakang mobil yang penyok, Devan langsung tertegun dengan mulut yang sedikit menganga.
"Ini ...." Devan tak bisa melanjutkan kata-katanya saat melihat si hitam kesayangannya memiliki kerusakan yang parah.
"Maafkan saya, Tuan. Saya akan bertanggung jawab," ucap Bella menghampiri Devan seraya menunduk.
Devan mengepalkan tangannya menahan emosinya. Mobil baru dengan edisi terbatas dengan body yang mulus serta elegan. Namun, kini tampilannya tak lebih seperti kerupuk yang tak mengembang sempurna saat digoreng.
Devan baru saja hendak menghujani gadis yang ada di hadapannya ini dengan sebuah umpatan. Namun, di dalam sakunya bergetar. Devan pun meraba saku jasnya dan langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Bisakah kau datang lebih awal? Semua orang sudah menunggumu sejak tadi!"
Devan langsung menjauhkan sedikit jarak ponsel pada telinganya. Suara khas Rina begitu merdu hingga hampir membuat gendang telinga Devan pecah saat itu juga.
Setelah ocehan ibunya sudah terhenti, Devan pun kembali menempelkan benda pipih itu ke telinganya. "Kami sedang berada di perjalanan. Tunggu saja sebentar, sekitar 20 menit lagi," ujar pria itu.
"Apa kau gila? Devan!!"
Devan segera mematikan ponselnya. Ia membuka kamera ponselnya dan mengambil beberapa foto gadis yang ada di hadapannya.
Bella mengernyitkan keningnya saat melihat Devan memotret dirinya. "Apa yang kau lakukan?" tanya Bella.
Namun, Devan tak menghiraukan ucapan gadis itu. Pria itu pun berjalan mendekat sembari menadahkan tangannya.
"Kartu pengenalmu?" pinta Devan.
"Untuk apa?" tanya Bella.
"Aku tidak memiliki banyak waktu untuk berdebat denganmu, Nona. Saat ini aku memiliki urusan yang lebih penting, jadi aku butuh beberapa untuk menjadi jaminannya," tukas Devan.
Bella pun segera memberikan kartu pengenalnya pada Devan. Pria itu beberapa kali mengambil gambar kartu yang ada di tangannya dan kemudian mengembalikannya pada Bella.
"Sekalian nomor ponselmu," ujar Devan mengembalikan kartu pengenal milik Bella.
Bella menatap heran dengan pria yang ada di hadapannya. "Haruskah aku memberikannya?" tanya Bella memastikan.
Devan berdecak, " Apakah kau tidak ingin bertanggung jawab? Setidaknya aku membutuhkan nomor ponselmu agar aku bisa menghubungimu," ketus Devan.
Bella menyebutkan nomornya satu persatu.
"Joko, catat nomornya di ponselmu!" titah Devan.
Bella kembali menatap heran, "Bukankah dia memegang ponsel? Dia yang meminta kontakku tapi menyuruh orang lain yang mencatatnya," batin Bella.
"Bisakah anda menyebutkannya lagi, Nona?" tanya Joko dengan wajah ramah tamahnya.
Bella pun kembali menyebutkan nomornya satu persatu. Joko pun langsung menyimpan kontak Bella dengan nama gadis pengantar susu, karena Joko melihat botol susu yang di bawa oleh Bella.
"Jika sudah selesai, ayo segera ke kantor! Kita tidak memiliki banyak waktu untuk bersantai dan mengobrol," tegas Devan yang lebih dulu masuk ke dalam mobil.
"Kalau begitu, saya permisi dulu Nona," ucap Joko yang juga segera memasuki mobil.
Bella pun menatap kosong mobil yang melaju di hadapannya. Bagian belakang mobil tersebut benar-benar rusak parah akibat ulahnya.
"Astaga, bagaimana ini? Di mana aku bisa mencari uang untuk membayarnya?" gumam Bella sembari menghela napas panjang.
Bella pun kembali mengambil beberapa botol susu yang berserakan akibat kecelakaan tadi.
"Untung saja tidak ada yang pecah," gumam Bella.
Ia mengambil beberapa susu pesanan dari langganannya yang ada di apartemen tersebut. Gadis itu pun segera menuju ke atas untuk mengantarkan susu yang dipegangnya.
Bersambung...
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya berupa like, komen, serta votenya ❤️❤️❤️
Yang belum favorit, yuk di favoritkan supaya dapat notifikasi update terbarunya~
ig: ayasakaryn24
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Septiana Tri Rahayu
author recehnya g ketulung🤣
2023-01-20
2
Biduri Aura
Nyonya Rina mantap,, nggak pakai speaker ngomong ny sdh nyaring 😂😂😂😂
2022-11-28
1
mv3
sementara saya simak dulu😅
2022-06-11
1