🕊🕊
"Gue balik duluan ya," Ucap Nasya, berdiri meninggalkan Varel yang masih menikmati makannya.
"Hmm," Varel tidak bisa berkata apa-apa karena mulutnya dipenuhi makanan.
"Astaga, aku lupa berkenalan dengannya, Varel menepuk jidatnya sendiri. Dia memandang pungung Nasya yang menghilang masuk ke dalam mobil.
"Mudah-mudah aku akan bertemu lagi dengannya dan berkesempatan berkenalan dengannya." Menatap makanannya yang masih setengah. "ingin mengejarnya, sayang makananku belum habis, rugi dong aku. Pelit Varel muncul di kepalanya.
Tiba di Apartemen mewahnya, Nasya membaringkan tubuhnya di kasur empunknya.
"Rebahan dulu deh sebelum bersih-bersih badan, Nasya berucap pada diri sendiri."
"Astaga...Sudah subuh." Pekik Nasya mendengar azan subuh berkumandang, bangun dari tidurnya. Terlihat dia masih mengenakan pakain yang semalam. "Berarti aku ketiduran semalam, memandang diri sendiri.
"Aku harus menemui Papi dan Mami hari ini, Nasya menatap dirinya di depan cermin yang masih mengenakan handuk, karena baru saja menyelesaikan ritual mandinya.
Nasya bersiap, mengenakan pakaian santainya seperti biasa hanya kaos dan jeans, memoles wajahnya dengan cream dan bedak tak lupa lipstik, hanya dandanan simpel.
"Cukup, gini aja udah cantik." Memuji diri sendiri dan mematutkan diri di depan cermin.
"Berangkat sekarang aja kali ya sekalian sarapan di rumah."melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukan pukul 06.30.
Nasya meninggalkan Apartemennya, berjalan menuju parkiran sambil membalas pesan dari Naura.
"Bruuuuk...."
Tidak sengaja menambrak seseorang.
"Aduh, maaf. Pekik Nasya panik, meletakan ponselnya di dalam tas dan ikut membantu memunggut belanjaan orang yang di tabraknya.
"Ini maaf ya. menyerahkan kantongan berisi barang belanjaan, tanpa menatap siapa yang di tabraknya tadi.
"Enggak apa-apa kok." Mengambil kantongan tersebut.
"Hah, pekik Nasya pelan, mendongak melihat wajah lawan bicaranya.
Beh,ganteng banget. berasa habis nabrak pangeran ganteng, ucap nasya dalam hati.
"Ada apa?" Kamu tidak kenapa-kenapakan? Panik Edho.
Edho, dialah orang yang barusan di tabrak Nasya. Walaupun mereka saling kenal dahulu, entah sudah terlalu lama atau apa, saat ini mereka tidak mengenal satu sama lain. Mungkin karena terlalu lama berpisah.
"Enggak apa-apa kok, sekali lagi maaf ya. Berlalu meniggalkan Edho yang masih ingin bertanya padanya.
Siapa dia? wajahnya familiar, seperti pernah bertemu sebelumnya, batin Edho.
Melupakan kejadian menabrak pangeran ganteng tadi, Nasya melaju mengunakan motor meticnya membelah kota A, menuju rumah orangtuanya. Dia sengaja memilih berpergian mengunakan motor, di bandingkan menaiki mobil mewahnya yang terparkir indah di parkiran Apartemen.
"Supaya cepat sampai dan tidak terkena macet kota A. Alasan Nasya sering berpergian mengunakan motor.
"Assalaamu'alaikum." Nasya mengucap salam sebelum memasuki rumah.
"Wa'alaikumus salam." Sahut sang Mami dari dapur.
"Mami," panggil Nasya, memeluk Maminya dari belakang dengan kedua tangan melingkar diperut Mami.
"Kamu pulang Nak." Meletakan pisau yang digunakan untuk memotong bawang dan mengelus lembut tangan Nasya yang melingkar diperutnya.
"Rindu Mami," berucap dengan manja.
"Ngak rindu Papi?" Suara Kenzo tiba-tiba berdiri di belakang Nasya.
"Papi," Nasya membalikan tubuhnya, langsung memeluk Kenzo sang Papi.
"Udah puas menenangkan dirinya?" Membelai lembut rambut Nasya putrinya.
"Udah Papi," Melepaskan pelukannya.
"Syukurlah, jangan lama-lama menenangkan diri tuh. Papi dan Mami rindu tau." Mencubit hidung mancung Nasya.
"ih Papi, bersih ngak tangannya, tar jerawatan tau,Nasya." Memasang muka cemberut.
"Bersihlah, Hidung aja kok yang di cubit. Gerutu Kenzo, duduk manis di kursi meja makan.
"Mami, Nasya bantuin ya." Mencuci tangan bersiap membantu Mami. "Mami masak apa? Menghampiri Mami.
"Sarapan biasa aja, Telur omlet, sosis dan nasi goreng kesukaan kamu." terus mengaduk Nasi goreng di wajan.
"Bantuin Mama siapin piring dan buatkan teh untuk Papimu." Perintah Nancy pada Nasya.
"Siap bos." Lansung mengerjakan, sesuai perintah Nancy.
"Jadi bagaimana keputusan Nasya?" Tanya Kenzo, ketika mereka sedang sarapan.
"Sebenarnya Nasya belum siap untuk menikah Pi."
"Papi ngak minta Nasya menikah kok, Papi cuma minta Nasya bertemu dulu dengan Varel. Kalau Nasyanya mau menikah Papi akan sangat senang." mengoda Nasya
"Apaan sih Papi," tertunduk malu
"Baiklah Nasya akan bertemu dengan Varel."
"Malam ini yah,"
"Cepat banget Pi!
"Harus cepat, nanti kelamaan kamu keburu jatuh cinta pada pria lain. Papi maunya Varel yang menjadi menantu Papi.
"Ngaco ah Papi, Varel belum tentu mau sama Nasya. Tadi katanya cuma ketemu dan mengenal Varel, sekarang malah berharap Varel menjadi mantunya, Sama aja Papi jodohin Nasya dan Varel.
"Apa salahnya kalau Papi berharap." tersenyum penuh misteri.
Papi tahu kamu sudah bertemu beberapa kali pada Varel, hanya saja kamu ngak mengenalinya. Papi yakin akan tumbuh benih-benih cinta diantara kalian.
Sementara Nancy hanya mengelengkan kepala melihat senyum penuh misteri sang suami. Nancy tahu bahwa Kenzo meminta orang kepercayaannya untuk mengawasi Nasya diam-diam. Dia melakukan hal tersebut karena mengkhawatirkan keselamatan Nasya, takut ada orang yang berbuat jahat padanya.
"Mau ya bertemu Varel malam ini, " Kenzo mendesak Nasya.
"Iya deh." Cuma bertemu dan kenalan aja, Papi jangan berharap lebih ya."
"Iya, kita bertemu dengan keluarga Varel di Cafe 45 ya.
"Keluarga? Berarti ada Paman Vino dan Bibi Anita dong?"
"Iyalah, Papi dan Mami juga ikut kok."
"Ih Papi, Nasya kok merasa kayak dijodohkan gitu. Biar Nasya bertemu sendiri sama Varel orangtua ngak usah ikut-ikutan deh."
"Memangnya Nasya masih ingat wajah Varel?" Tanya Nancy
"Enggak sih Mi,"
"Ya udah, Papi dan Mami ikut. Udah lama juga kita ngak bertemu dengan keluarga Vino.
"Mami kok belain ide konyol Papi sih."
"Bukan belain sayang, Mami cuma ingin bertemu sahabat Mami, masa ngak boleh."
"Iih Mami mah gitu, terserah aja." Memasang muka cemberutnya, terus menghabiskan sarapannya yang sisa separuh.
Sementara Kenzo dan Nancy saling bertatapan penuh misteri.
"Papi dan Mami kenapa?" Tanya Nasya curiga dengan tingkah kedua orang tuanya.
"Enggak apa-apa." Jawab Kenzo singkat.
"Mami...? Nasya meminta penjelasan dari Nancy
"Enggak apa-apa sayang."
"iih sebel deh, Papi dan Mami mencurigakan. Jangan membuat rencana lain tanpa persetujuan Nasya ya, Nasya Ngambek ngak mau ketemu Mami dan Papi nanti,"Ancam Nasya. Setelah berkata demikian Nasya berdiri, membereskan piring bekas sarapannya dan pergi memasuki kamarnya.
"Lama banget ngak tidur di kasur ini." Menaiki kasur dan rebahan.
Varel, bagaimana rupa si pelit itu sekarang ya. Dulu sih ganteng rupawan, membuat jantungku berdebar tak karuan. Apakah dia masih beranggapan bahwa aku adalah gadis manja. Bagaimana reaksinya ketika bertemu denganku nanti. Semoga saja dia mau berteman kembali denganku.
Nasya melamun sembari menatap langit-langit kamar, seakan-akan langit kamar memahami apa yang dipikirkannya saat ini.
.
.
.
.
.🕊🕊🕊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Bu E Tizzadi Rohman
suka... lanjuut thor
2021-02-17
0
nayla ais
lanjut
2020-08-05
1
Herni Yati
lanjuut
2020-08-05
1