🕊🕊
"Sial, ada apa dengan hari ini. Aku datang kesini untuk bersenang-senang malah mendapat pelecehan dari orang asing."
Nasya berucap dengan kesal, meraih tas selempangnya pergi meninggalkan Club malam tersebut.
Dengan menumpangi sebuah taksi, Nasya melaju dengan kecepatan sedang menuju Apartemen mewahnya.
Nasya hampir satu bulan berada di kota A. Dia sengaja tidak kembali kerumah orang tuanya. Karena kesal pada Papi Kenzo. Papi hendak menjodohkannya dengan Varel anak paman Vino sahabat baik Papi.
Setelah tiba di apartemennya Nasya langsung rebahan, melepaskan penat di badannya.
"Sejujurnya Aku penasaran bagaimana rupa pria pelit dan sombong itu sekarang. Dulu dia sangat tidak menyukaiku. Guman Nasya berbaring di kasur big size di apartemennya.
"Siapa pria tadi, berani sekali dia menyentuh dadaku. Asal tahu saja, dadaku ini masih perawan, belum disentuh oleh pria manapun selain diriku sendiri. Kalau bertemu dengannya lagi, aku akan memberinya pelajaran." Ucap Nasya memejamkan kedua matanya dan tertidur pulas.
"Hoammm..."
Nasya menguap dan merenggangkan badannya. Melirik jam di meja nakas yang terdapat di samping kasur big sizenya.
"Pukul 13.00, Sudah siang rupanya. Pantas saja para cacing diperutku berdemo meminta makan." Guman Nasya, turun dari kasurnya berlari menuju kamar mandi.
Setelah mandi, Nasya mengenakan pakaian santainya, Jeans, kaos oblong dan sandal jepit. Dia berjalan keluar Apartemennya.
Melihat penampilan Nasya, dia tidak terlihat seperti anak seorang billionaire kebanyakan.
"Bu, Gado-gadonya satu dan es teh."
Dia memilih makan di sebuah warung gado-gado yang terletak di pinggir jalan.
"Iya non," sahut pemilik warung.
Sembari menunggu pesanannya, Nasya menyalakan ponselnya. Banyak sekali notif pesan masuk. Hampir semua pesan berasal dari sang mami.
Mami pasti sangat mengkhawatirkan ku. Maaf mami Nasya belum siap pulang.
"Non makannya." Ucap pemilik warung meletakkan sepiring gado-gado di hadapan Nasya.
Meletakan ponsel di saku celananya,dan mulai menyuapi mulutnya. Tidak butuh waktu lama,gado-gado di piringnya sudah berpindah tempat ke perut Nasya.
"Kenyang," Ucap Nasya mengelus-elus perutnya. Mengambil selembar uang 100k dari sakunya dan menberikan pada pemilik warung.
"Kembaliannya ambil aja untuk ibu."
Pergi berlalu meninggalkan warung tersebut. Tidak memperdulikan teriakan pemilik warung yang terus memanggilnya.
Tanpa Nasya sadari sepasang mata memandang kepergiannya tanpa berkedip sedikitpun.
"Siapa dia?" Tanya Varel penasaran pada pemilik warung.
"Yang mana?" Terus saja mengulek.
"Gadis barusan."
"Oh, Ibu juga tidak tahu namanya. Dia pelangan setia warung ini. Sama seperti mu anak muda." Jawab pemilik warung.
"Dia cantik, baik dan dermawan. Hampir setiap makan di sini dia membayar lebih. Ibu baru bertemu gadis muda sebaik dia." Membungkus pesanan Varel.
Aku sangat meninginkan gadis seperti itu menjadi istriku, bukan gadis manja seperti Nasya. Kenapa Papa menjodohkan ku dengan gadis manja itu sih. Batin Varel.
***
Dengan langkah gontai Nasya berjalan santai menuju Apartemennya.
"Mami...."
Teriak Nasya kaget dengan kehadiran Nancy maminya.
"Ada apa Mami kesini?" Menghampiri Nancy, mencium punggung tangannya dan merangkul Nancy kedalam pelukannya.
"Nasya merindukan Mami." Berbisik di telinga Nancy.
"Karena merindukan putri kesayangan mami, makanya Mami kesini."
"Ayo masuk mi, Mengajak Nancy memasuki Apartemennya.
"Kamu apa kabar sayang?" Tanya Nancy setelah tiba di Aparteman Nasya.
"Baik mi, seperti yang Mami lihat."
"Syukurlah kamu baik-baik saja."
"Nasya masih marah pada Papi dan Mami?" Duduk santai di sofa ruang keluarga.
"Nasya tidak pernah marah pada Papi dan Mami." Meletakkan secangkir teh di hadapan Nancy.
"Kalau tidak marah, kenapa ngak pulang kerumah?"
"Nasya memerlukan waktu sendiri mi, Nasya perlu waktu untuk mempertimbangkan perjodohan ini."
"Apa yang Nasya khawatirkan?"
"Nasya yakin Varel tidak menyukai Nasya mi. Dari dulu dia sangat membenci Nasya. Dia membenci Nasya yang manja.
"Tapikan Nasya sudah berubah. Mami tahu alasan Nasya banyak berubah itu karena Varel.
"Bukan karena Varel juga kok Mi. Nasya berubah karena kemauan Nasya sendiri kok.Tetapi di ingatan Varel, Nasya tetaplah gadis manja."
"Bertemulah sekali saja dengan Varel. Siapa tahu dengan melihatmu dia berubah pikiran."
"Mami, Nasya tidak ingin memaksa Varel menerima Nasya. Biarkan semuanya berjalan apa adanya. Kalau memang kami berjodoh, Tuhan pasti akan mempersatukan kami dengan skenario yang di ciptakannya."
"Mami senang sayang, Anak mami sekarang lebih dewasa. Mami akan berbicara pada Papimu,dia pasti akan mengerti. Pulanglah ketika Nasya puas menenangkan diri. Pintu rumah selalu terbuka untuk menyambut Nasya kembali."
"Terima kasih mi," Menyandarkan kepala di pundak Nancy.
"Jaga dirimu baik-baik,Nasya." Nancy mengelus lembut pipi Nasya.
"Pasti mi, Mami tenang saja. Nasya bukan anak kecil lagi kok."
"Mami percaya padamu, Mami pulang dulu ya, takut Papi nyariin."
"Yaaa, padahal Nasya masih kangen."
"Makanya cepat pulang ke rumah." Nancy berdiri, meraih tasnya dan pergi dari Apartemen Nasya.
"Dah mami...."
Ucap Nasya memandang punggung Nancy yang hilang memasuki lift Apartemen.
Setelah kepergian sang Mami, Nancy membersihkan Apartemennya.
"Wah, stok makanan di kulkasku sudah habis." Berucap setelah membuka kulkasnya yang kosong melopong tak berisi.
"Harus ke Indomaret nih." Mengambil dompet, mengeluarkan lembaran uang 100k sebanyak lima lembar. Nasya adalah tipe orang yang tidak suka mengunakan kartu kredit untuk berbelanja. Dia lebih memilih mengunakan cash. Di dompetnya terdapat kartu kredit jenis titatinum pemberian sang Papi yang tidak pernah dia gunakan.
Mengenakan jeans dan kaos oblong serta sandal jepit, Nasya berbelanja di Indomaret.
Setelah membeli semua kebutuhan yang dibutuhkannya Nasya berjalan santai dengan tangan menenteng hasil belanjaannya tadi.
"Santai di taman itu dulu deh, enak pemandangannya."
Dia berbelok memasuki sebuah taman dan menduduki sebuah kursi kosong yang terdapat di taman.
"Wow... Indahnya." Menatap ke atas langit. Memandang indahnya matahari terbenam.
Hal yang sangat disukai Nasya adalah memandang matahari terbenam. Ada ketentraman tersendiri di hatinya ketika menatap indahnya matahari terbenam.
"Hay...."
Suara seorang menyapanya. Menganggu ketenangan Nasya yang tengah asik menikmati pemandangan sore ini.
Walaupun mendengar suara yang menyapanya, Nasya tidak merespon. Dia asik dengan dunianya sendiri. Asik menatap indahnya pemandangan matahari terbenam.
"Indahnya." Suara pria tersebut, ikut menatap keatas, memandang matahari terbenam.
"Siapa kamu?" Menoleh pada pria yang duduk di sanpingnya.
"Kamu!!!
Spontan Nasya teriak dan menyilangkan kedua tangan di dadanya.
"Apa aku menakutimu? Merasa binggung terhadap respon Nasya setelah melihatnya.
"Kau mengikutiku?"
Aduh ketahauan deh aku mengikutinya. Dari mana dia tahu bahwa aku mengikutinya.
"Tidak, aku tidak mengikutimu."
"Kau ingin menyentuh dadaku lagi kan! Dasar pria mesum!"
"Dada? Menyentuh dadamu? Memandang pada kedua dada montok kepunyaan Nasya.
Bug....
Nasya mendaratkan sebuah tinju pada muka Varel.
"Dasar pria mesum."
Membalikkan badanya, mengambil kantongan belanjaannya pergi dengan marah meninggalkan taman tersebut.
.
.
..
.
.🕊🕊
maaaf guy penulisan dan tata bahasanya masih kurang, penulis baru dimaklumi saja ya😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
ketawalah wkwkkw
2022-05-20
0
Sherly Marcelina
sombongnya nsiyahkan versinya varel...
2020-09-15
0
ᴱᴸ ᶫᵒᵛᵉ Ƴᴏ͠υ
keknya nasya ud ga sombong dech kl d liat dia srg ksh uang lebih k penjual gado²
2020-09-08
0