Davin Cari Gara-Gara

BRAKK...

Dobrakan keras pada pintu membuat Jessica terlonjak kaget. Kedua mata hazel nya membelalak melihat Devan memasuki ruangannya dengan sisi wajah yang berlumur darah.

Pria itu berjalan ke arah sofa. Devan mengambil beberapa lembar tisu yang ada di atas meja untuk membersihkan darah dari wajahnya.

"Omo!! Presdir, apa yang terjadi pada Anda? Kenapa Anda bisa sampai terluka seperti ini?" panik Jessica.

Jessica mengambil tisu itu dari tangan Devan, dengan hati-hati dia membersihkan darah dari wajah tampan atasannya. Luka memanjang tampak pada pelipis kiri Devan.

"Hn, hanya insiden kecil saja." Ucapnya datar.

"Jika hanya insiden kecil, tapi kenapa lukanya malah separah ini? Sebaiknya kita ke rumah sakit saja ya, lukanya perlu di jahit," mohon Jessica membujuk.

"Tidak perlu, sebaiknya obati saja kemudian tutup dengan perban,"

"Baik, Presdir,"

Perban putih tampak menutup luka pada pelipis Devan. Devan mengalami kecelakaan tunggal saat dalam perjalanan menuju kantornya.

Devan mencoba menghindari seekor kucing yang sedang menyebrang jalan, akibatnya mobil Devan menabrak pohon yang ada di sisi jalan. Beruntung luka yang dia alami tidak terlalu parah.

Diam-diam Devan menatap gadis dihadapannya. Meniti wajah cantiknya dengan seksama. Jessica memiliki paras yang nyaris sempurna. Bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, sepasang bola mata hazel yang menawan, bibir tipis serta pipi tirus yang memerah.

Tidak dapat Devan pungkiri bila Jessica adalah gadis tercantik yang pernah dia temui. Dan saat masih kuliah, diam-diam Devan sempat mengagumi Jessica. Hanya sebatas mengagumi saja, tidak lebih!!

Di depan semua orang apalagi di depan lawan jenisnya. Devan selalu menunjukkan sikap dinginnya, Tapi anehnya hal itu tidak membuat para wanita yang tergila-gila padanya mundur dan tidak lagi mengejar-ngejar dirinya.

Mereka tetap menggilai Devan dan berlomba-lomba untuk mendapatkan hatinya. Dan dari sekian banyak wanita, hanya ada satu orang yang tidak pernah menunjukkan ketertarikan padanya, dan berani menatap matanya tanpa rasa gentar.

Dan orang itu adalah Jessica, Jessica memang berbeda. Di saat semua gadis menginginkan cintanya, Jessica justru mencoba menjauhinya.

Devan adalah tipikal pria dingin dan tidak pernah tertarik pada sesuatu yang rumit, cinta terutama. Sangat berbeda dengan Davin yang kebalikan dari dirinya .

Davin memiliki sikap hangat, ramah dan penuh kasih sayang. Davin sudah menikah dan memiliki 3 orang anak, dua di antaranya merupakan anak kembar. Davin bekerja sebagai seorang Dokter ahli bedah jantung di rumah sakit yang dia dirikan bersama sang Istri.

Di banding Davin. Devan lebih mementingkan tentang masa depannya, dia selalu masa bodoh dengan yang namanya cinta. Tapi kakeknya membuatnya kacau karena perjodohan bodoh yang dia rencanakan untuknya.

Kakaknya memberikan pilihan yang sulit pada Devan, jika dalam waktu satu bulan dia tidak bisa membawa kekasih, dan memperkenalkan pada kakeknya. Maka Devan harus bersiap menerima perjodohan itu.

Dan tentu hal itu yang menjadi masalah terbesar Devan. Bagaimana dia bisa membawa seorang kekasih. Teman wanita saja dia tidak punya, apalagi calon istri.

"Presdir, sebaiknya Anda istirahat saja. Saya harus menemui para Investor, meeting hari ini biar saya saja yang mengambil alih,"

"Kau yakin?" Jessica mengangguk. "Baiklah, kalau kalau kau mengalami kesulitan segera menghubungiku. Tapi aku yakin dengan kemampuan yang kau miliki, aku rasa kau tidak mungkin mengalami masalah,"

Jessica tersenyum tipis. "Terimakasih karena sudah mempercayai saya," Jessica membungkuk dan pergi begitu saja. Meninggalkan Devan yang sedang berbaring di sofa ruang kerjanya.

Baru saja Devan hendak menutup matanya. Tapi ketukan pada pintu membuat kedua matanya kembali terbuka.

CEO tampan itu menyerukan agar seseorang yang berdiri di depan pintu untuk masuk. Sosok jangkung dengan wajah berseri-seri memasuki ruangan yang di penuhi aura dingin dengan tenang.

"Wow! Lihatlah CEO kita, tumben kau tidak duduk di kursi kebesarannya dengan tumpukan dokumen yang membuat pening kepala, Tuan Presdir? Dan.. oh? Kenapa dengan pelipis mu? Kau terluka eh?" tanya orang itu 'Aria'.

Devan mendecih dan menatap sebal sahabat jangkungnya tersebut. "Jangan banyak basa basi Aria Winata, katakan apa yang ingin kau katakan?"

Aria tersenyum tipis lalu duduk di depan sahabatnya itu. "Aku dengar dari Davin Gege. Katanya kau akan segera menikah? Apa itu benar?" tanya Aria memastikan.

Aria mendecih seraya menatap sahabatnya itu tajam. Apalagi ini? Memangnya kapan ia mengatakan jika ia akan menikah? Dan kenapa pula, kakaknya itu selalu mengatakan hal-hal yang tak masuk akal apalagi pada sahabatnya satu itu yang selalu saja ingin tau.

Dan sejak kapan kakaknya itu berani mengumbar berita bohong semacam itu? Apa dia benar-benar sudah bosan hidup karena berani mencari masalah dengannya.

"Menikah? Dia mengatakan hal mengerikan itu padamu?"

Aria mengangguk antusias. "Kemarin aku bertemu dengannya, dan dia mengatakan jika kau akan segera menikah."

"Si bodoh itu. Kenapa dia suka sekali mengatakan hal yang tidak masuk akal." Devan terus mengumpati kakaknya yang sudah mengatakan hal yang tidak masuk akal pada Aria.

Devan menghela nafas panjang, sepertinya ia harus membuat perhitungan dengan kakak menyebalkan nya itu. Ia merasa bila Davin sudah kelewatan kali ini. Devan sebisa mungkin mengontrol emosinya, dan ia harus mengikuti alur dalam pembicaraan itu.

"Hm! Jadi Davin sudah mengatakannya? Itu masih dalam rencana, belum ada kepastian." ujar Devan setenang mungkin.

"Wow! Jadi itu benar? Memangnya siapa calon mu itu? Jangan bilang jika gadis itu adalah Jessica, oh astaga rasanya aku masih tidak percaya. Akhirnya kau akan menyusul ku juga, pasti sayangku sangat bahagia mengetahui hal ini. Jessica akhirnya mengikuti jejaknya." Ujar Aria panjang lebar.

Rasanya Devan ingin menyumpal mulut Aria yang tidak berhenti nyerocos itu menggunakan kaos kakinya, agar dia tidak semakin banyak bicara.

"Sebaiknya kau pergi. Aku mau istirahat, kepalaku benar-benar mau pecah," kata Devan kemudian menutup kedua matanya.

Aria mengumpati Devan, dengan kesal ia meninggalkan ruangan sahabatnya itu. "Davin Zhang, tunggu saja. Aku pasti akan membuat perhitungan denganmu!!" Devan mengepalkan tangannya. Dia pasti akan membuat perhitungan dengan kakaknya itu nanti.

Jessica kembali ke ruangan atasannya dan mendapati Devan tengah menutup matanya. Melihat Devan yang sepertinya sangat nyenyak membuat Jessica tidak tega untuk membangunkannya.

Gadis itu berjalan menuju meja kerjanya, untuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang belum sempat dia selesaikan. Setelah meeting, Jessica masih harus membuat laporan yang nantinya akan dia berikan pada Devan.

Ugh, sial.." Jessica mengumpat sambil memegangi perutnya. Inilah yang dia benci saat datang tamu bulanan, pasti dia akan merasakan sakit yang luar biasa.

Devan yang baru saja bangun langsung memicingkan mata melihat Jessica yang tampak kesakitan sambil memegangi perutnya.

"Kau kenapa?" Tanya Devan sambil berjalan menghampiri Jessica. "Kau sakit?"

"Presdir, saya ijin pulang. Perut saya sangat sakit."

"Kalau begitu aku antar. Aku juga kau pulang. Kepalaku pusing sekali."

"Apa tidak merepotkan? Tapi Anda terluka, bagaimana bisa mengemudi?" Jessica menatap Devan ragu.

"Aku sudah memanggil supir ku kemari. Bersiaplah. Aku akan menunggumu di luar."

"Baik, Presdir!!"

-

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Penikmat Novel

Penikmat Novel

Si Davin gak sadar udah bangunin singa ketiduran ya

2022-02-08

0

Sari Haryanti

Sari Haryanti

lnjt jgn lm2 dong

2022-02-08

1

Sumawita

Sumawita

Yang jatuh cinta duluan siapa

2022-02-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!