Rencana Kerja Sama

Kapan kau akan membawa calon mu itu pada kami, Sayang?"

Jessica meletakkan sendok dan garpu nya setelah mendengar pertanyaan yang terlontar dengan ringannya dari bibir sang Ibu. Gadis itu mendengus panjang, ia bingung apa Ibunya itu tidak lelah menanyakan soal jodoh padanya.

"Mama! Bisa tidak, kita tidak usah membahas tentang masalah itu lagi? Lagi pula kenapa harus aku? Kenapa bukan Jovan saja, bahkan usianya jauh lebih tua dariku. Jika dia tidak segera menikah, bisa-bisa dia jadi BU-DI!!" terang Jessica.

"Itulah perbedaannya, Jess. Kau itu gadis dan kakakmu yang tampan ini pria. Memangnya kau mau di panggil perawan tua." ucap Jovan menyahuti.

"Lalu apa bedanya? Dasar Bu-Di!" cibir Jessica tak mau kalah.

"Sudah-sudah! Ini meja makan, kenapa harus ribut?" seru Tuan Alexander menengahi. "Dan kau Jessica Alexander! Waktumu hanya tinggal 6 hari lagi, jika dalam kurun waktu itu kau belum bisa membawa calon mu kemari dan mengenalkan pada kami, Maka kau tidak memiliki pilihan selain-"

"Yakkk!! Kenapa Papa harus ikut-ikutan juga?" amuk Jessica menyela ucapan sang Ayah. Membuat Tuan Alexander membisu seketika. Nyaris saja putri bungsunya ini membuatnya terkena serangan jantung.

Getar pada ponselnya mengalihkan perhatian Jessica, gadis itu menyambar ponselnya yang berada di atas meja lalu membuka pesan yang baru saja masuk.

"Ck! Dasar tidak punya hati, bisa-bisanya dia mengancam akan memecat ku jika aku terlambat lagi." Omel Jessica setelah membaca pesan singkat itu. Jovan memicingkan matanya, menatap Jessica penuh selidik.

"Apa itu pesan dari Devan?"

"Ck!" Jessica berdecak lidah seraya menatap Jovan tajam, ia tidak tau kenapa kakaknya itu selalu saja ingin tau urusan pribadinya.

"Kenapa kau selalu ingin tau? Dari pada mengurusi hidupku, lebih baik kau cari Istri sana, sebelum kau semakin tua." Sinis Jessica seraya mencerutkan bibirnya.

Semua orang sudah membuat moodnya buruk di tambah dengan pesan masuk dari Bos-nya yang galaknya minta ampun, dan hal itu membuat moodnya semakin buruk. Mengabaikan keluarganya, gadis itu bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja tanpa pamit terlebih dulu.

.

Setelah berkendara selama 20 menit, akhirnya Jessica tiba di kantor tempatnya bekerja. Gadis itu menghela nafas lega karena tidak mendapati mobil Devan terparkir di tempat biasa, yang artinya Bos killer nya itu belum tiba.

Jessica keluar dari mobilnya dan melangkah dengan tenang memasuki bangunan bertingkat yang menjulang tinggi di depannya.

Sesekali ia mengumbar senyum manisnya mana kala berpapasan dengan beberapa pegawai yang juga bekerja di satu perusahaan dengannya.

Decitan pintu terbuka mengalihkan perhatian seseorang yang berada di dalam ruangan itu. Pria dalam balutan kemeja hitam yang di gulung sampai sikutnya, celana bahan yang senada dengan warna vest abu-abu yang menjadi lapisan luar kemeja hitamnya, dia menoleh dan mendapati sosok Jessica memasuki ruangan.

"Omo!!" Gadis itu terlonjak kaget, nyaris saja sosok tampan itu membuatnya terkena serangan jantung dadakan. "Presdir, Anda sudah datang!" kaget Jessica.

Devan mengangguk. "Hn. Tidak perlu se panik itu, aku sengaja datang lebih awal karena malas jika harus mendengar ocehan pak tua itu, yang terus saja memintaku untuk segera menikah."

"Benarkah!" Jessica meletakkan tasnya lalu menghampiri Devan, entah kenapa ia merasa tertarik setelah mendengar ucapan atasannya tersebut. Gadis itu berdiri di samping Devan."Jadi maksudmu, kau di paksa untuk segera menikah?" tanyanya memastikan.

Devan menatap Jessica datar, kemudian mengangguk samar. "Pasti rasanya sangat menyebalkan buka ? Karena aku juga senasib denganmu. Mama dan Papa selalu memaksaku untuk segera menikah."

"Dan aku hanya memiliki waktu 6 hari lagi. Jika dalam waktu 6 hari aku masih tidak bisa membawa calonku pada mereka, maka aku harus siap-siap-"

"Menerima perjodohan dari mereka!" sahut Devan yang kemudian di balas anggukan oleh Jessica.

Devan mendesah berat. "Aku sendiri tidak habis pikir dengan mereka, memangnya apa alasan mereka sampai-sampai memintaku untuk segera menikah? Cicit? Padahal dia sudah mendapatkan dari kakak tertuaku," ujar Devan memaparkan.

"Presdir! Aku memiliki sebuah ide, kenapa kita tidak bekerja sama saja? Bukankah kita memiliki nasib yang sama? Bagaimana jika kau bawah aku pada kakek mu, dan memperkenalkanku sebagai calon Istrimu. Lalu aku pun akan melakukan hal yang sama." tutur Jessica.

Entah dari mana gadis itu memiliki sebuah ide gila semacam itu. Devan yang masih belum menangkap maksud Jessica memicingkan matanya dan menatap gadis bermarga Alexander itu penuh dengan selidik.

"Tunggu-tunggu! Jangan salah mengartikan maksudku, aku tidak bermaksud untuk memanfaatkan mu tapi-"

"Aku terima ide mu, dan malam ini juga aku akan menjemputmu untuk bertemu kakek setelah kita menemui keluargamu." Jessica tersenyum lebar lalu menjabat tangan Devan.

"Setuju!!"

Tidak terasa hari berganti dengan cepat. Jam yang tergantung di dinding sudah menunjukkan angka 12 yang artinya jam makan siang sudah tiba.

Jessica yang memang sudah sangat kelaparan mematikan laptopnya dan beranjak dari posisinya. "Presdir, sudah waktunya makan siang. Sebaiknya Anda-"

"Kau duluan saja." Kata Devan menyela ucapan Jessica, mata coklatnya tetap terkunci pada layar di depannya.

Gadis itu mendengus kasar, dengan mulut komat-kamit, Jessica meninggalkan ruangan Devan serta sang pemilik yang masih bertahan dalam posisinya. Devan mencoba menyibukkan dirinya pada semua pekerjaan-pekerjaannya, ia tidak ingin memikirkan mengenai perjodohan itu lagi.

Devan tidak pernah habis pikir dengan pemikiran Kakeknya. Usianya baru saja menginjak angka 30, tapi dia selalu memaksanya untuk cepat-cepat menikah.

Jujur saja Devan merasa terganggu dengan semua paksaan-paksaan itu, ia masih ingin menikmati masa mudanya dan jabatan yang ia pegang saat ini.

Ia masih ingin bekerja keras untuk masa depannya. Dia ingin perusahaan miliknya lebih berkembang lagi dan untuk itu ia tidak pernah tertarik dengan sebuah hubungan apalagi terjebak dalam kisah rumit yang disebut cinta.

.

Tiga puluh menit kemudian Jessica kembali dengan sebuah bingkisan ditangannya, yang kemudian di berikan pada Devan. "Presdir,, sebaiknya Anda makan dulu. Jangan sampai Anda menyusahkan ku karena selalu menunda waktu makan siang mu!!"

Devan mendengus berat. Jika dia tidak mengiyakannya, maka Jessica akan terus mengoceh dan memaksanya untuk makan.

"Ini bukan seafood kan?" Ucap Devan memastikan. Sejujurnya dia sangat alergi dengan Seafood dan Jessica tau itu.

Gadis itu menggeleng. "Tenang saja, aku masih waras dan berpikir dua kali untuk meracuni mu. Itu aman jadi Presdir makan saja," setelah mengatakan kalimat itu. Jessica beranjak dari hadapan Devan dan kembali ke meja kerjanya.

Devan menatap Jessica dan mendesah berat. Terkadang ucapan gadis itu sangat berbisa, dan lebih tajam dari pisau belati paling tajam sekalipun. Devan mengangkat bahunya acuh, dia tidak peduli dan tidak kau peduli sama sekali.

Pria itu membuka bingkisan yang Jessica bawakan untuknya, kemudian menyantap makan siangnya dengan tenang.

-

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Supi

Supi

jangan2 orang yg mau di jodohkan oleh kakek atau ortu ny Jessica/Devan ya mereka berdua itu..,yg akan mereka jodohkan 🤔😁

2022-09-26

0

Ray

Ray

Next thor, jangan lama2

2022-02-07

1

Rebbeca Kim

Rebbeca Kim

Next thor

2022-02-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!