Kuda besi yang Jodi tumpangi yang di kendalikan asistennya yang bernama Riksa melesat membelah jalanan ibukota pagi itu.
“Rik, nanti tolong carikan universitas terbaik buat putri gue ya?.”
“Dalam atau luar negeri Boss?.”
“Ya di sini lah, gue belum bisa melepas dia jauh-jauh.”
“Siap Boss nanti gue cari.” Kata Riksa kemudian, “Apa Boss gak cari sendiri dulu di internet?.” Sambungnya.
“Ngapain gue punya elo kalau gue harus nyari sendiri!.”
“Siap Boss maaf.”
“Elo harus belajar cara kerja gue dulu Rik, saat jadi asisten Boss besar, semua yang menyangkut urusan Boss, elo harus bisa handle, makanya gue percaya sama elo, dan elo pasti bisa melakukannya. Gue lihat diri elo seperti gue melihat diri gue sendiri waktu muda dulu.”
“Masa sih Boss? Gue rasa Boss lebih segalanya deh.”
“Itu kan menurut elo Rik, karena elo gak tahu waktu gue muda dulu, dan kalau elo pengen lihat bagaimana gue? Ya elo ngaca aja sendiri.”
“Wah.. merasa tersanjung nih gue hehe.”
“Beneran Rik, makanya gue percaya sama elo, dan elo harus jaga kepercayaan ini. Bersama gue elo akan belajar banyak nanti.”
“Siap Boss.”
Dan tak terasa mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di halaman parkir kantor.
Jodi dan Riksa keluar dari dalam kendaraannya dan berjalan menuju gedung kantor tempat mereka bekerja.
Mereka memasuki gedung kantor perusahaan dan semua orang yang berpapasan dengan mereka memberi hormat. Jodi dan Riksa memasuki lif khusus dan lif pun membawa mereka ke atas gedung tertinggi tempat ruangan kerja mereka.
Riksa mengikuti Jodi yang memasuki ruangannya.
“Elo ke ruangan elo aja Rik, tolong periksa pada aplikasi laporan yang masuk kemarin.”
“Siap Boss!.”
Kemudian Riksa meninggalkan ruangan Boss nya menuju ruang kerjanya. Sementara Jodi mulai sibuk di depan laptopnya.
Sementara itu di rumah nampak Berlian pun tengah sibuk dengan laptopnya. Tetapi yang ia lihat tentunya adalah sebuah tayangan drama Korea yang akhir-akhir ini tengah di gandrungi para remaja seusianya.
Ia asik dengan tayangan yang ia lihat sampai pada ketika matanya menangkap pada tayangannya sebuah adegan romantis. Nampak dalam pandangannya si pemeran wanita dan pria tengah melakukan adegan ciuman.
Ia memandangi tayangan itu tanpa mengedipkan matanya seakan terkesima. Terlintas dalam benaknya membawa ingatannya pada semalam kala ia mencium bibir om nya.
Berlian yang tengah alami pubertasnya merasa terhanyut dalam ingatannya. Dadanya berdegup kencang seolah membangkitkan hasrat jiwa mudanya yang selalu penasaran dan ingin mencoba hal baru.
Ia bayangkan dirinya yang tengah melakukan hal itu bersama om nya, karena om nya lah satu-satunya lelaki yang ia kenal dekat dalam hidupnya.
‘Apa yang sedang aku rasakan ini… kenapa dadaku berdebar kencang saat aku membayangkan hal itu bersama om, apa kah ini yang dinamakan jatuh cinta? Tapi kenapa aku harus merasakan jatuh cinta pada om ku sendiri?. Apakah ini salah? Apa rasa ini tak wajar? Ah… aku tidak mengerti kenapa wajah om selalu mengitari pikiranku. Lalu apakah perasaan om pun sama dengan ku?.’ Berlian membathin.
Kemudian ia melanjutkan melihat tayangan pada laptopnya. Dan kali ini apa yang ia lihat adalah adegan yang lebih hot, sehingga membuat adrenalinnya terpacu semakin lebih menggetarkan gelora dalam jiwanya.
Ia amati adegan itu dengan tatapan yang serius seolah tengah mempelajari nya dan secara tidak langsung telah mengotori otaknya yang masih bersih. Ia semakin terhanyut lebih dalam dan semakin penasaran bahkan ia ingin melakukan hal itu yang menurutnya hal baru yang harus ia coba dan itu membuatnya sangat menggairahkan.
‘Om… aku ingin merasakan ciuman itu dengannmu. Aku ingin kita saling meraup kemesraan seperti yang aku lihat sekarang ini.’ Bayangan Berlian terus merancau dalam pikirannya.
Pikirannya sudah tak sehat teracuni oleh tayangan yang ia lihat hingga membangkitkan keinginan melakukan hal itu dengan om nya.
Kedekatan dengan om nya telah membentuk dirinya menjadi seorang perempuan muda yang menginginkan perlakuan lebih.
Wajar jika ia merasakan hal itu mengingat saat ini adalah masa pubernya. Namun jika salah jalan tentunya itu akan membawa ia pada masalah besar. Lalu bagaimana perasaan cintanya yang mulai tumbuh pada om nya sendiri? Sementara Jodi menganggap berlian adalah masih putri kecilnya, tak ada perasaan lain yang lebih sedikit pun, murni hanya perasaan sayang seperti orang tua pada anaknya.
Jodi tidak tahu apa yang Berlian rasakan kini, bahkan kata-kata Delima yang mengingatkannya pun tidak ia gubris karena menganggapnya terlalu berlebihan, padahal apa yang Delima rasakan ternyata benar adanya.
Menjelang sore hari, Jodi pulang dari kantornya, saat ia masuk ke dalam rumahnya, Berlian langsung menyambutnya dengan hangat.
Berlian langsung memeluk om nya dan naik ke atas gendongannya, hal biasa yang ia lakukan namun menjadi pemandangan yang tak biasa bagi Riksa.
Riksa sedikit terhenyak melihat bagaimana Boss nya memperlakukan putri nya itu. Suatu perlakuan tak wajar menusuk tepat di depan matanya.
‘Eh… kok kayak begitu ya? Anjir.. kayak pasangan kekasih aja. Menang banyak tuh sih Boss hahay.’ Bathin Riksa.
“Rik, elo istirahat aja dulu, nanti abis makan malam ada yang harus kita bahas di ruang kerja.” Kata Jodi berlalu membawa Berlian dalam gendongan ke kamarnya.
“Siap Boss!.” Ujar Riksa berlalu namun sudut matanya tetap menelisik pemandangan yang tak biasa itu.
“Tadi ngapain aja kamu di rumah sayang?.” Tanya Jodi yang membawa Berlian dalam pangkuannya menuju kamarnya.
“Aku cuma nonton drakor saja sampai habis puluhan episode.”
“Oya? Kenapa tak telepon om tadi, biasa nya kamu selalu telepon om.”
“Drakor nya seru om jadi aku gak sempet telepon om.” Jawab Berlian sembari membuka dasi yang melilit pada leher Jodi.
“Om sendiri kenapa gak telepon aku?.” Ucap manja gadis itu masih dalam pangkuan Jodi.
“Om tadi sedikit sibuk sayang.. ada beberapa meeting di kantor.” Jodi meletakan tubuh Berlian di atas tempat tidur kemudian ia membuka kemejanya lantas berlalu menuju kamar mandi.
Sementara Berlian merebahkan dirinya di atas tempat tidur om nya.
Tak lama kemudian Jodi keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Berlian memandangi dada bidang om nya, sebentar membuat ia terpesona oleh penampilan om nya yang maskulin sementara Jodi tidak menyadari kalau berlian memperhatikannya, ia hanya mengambil pakaian dalamnya dan pakaian santainya lalu kembali lagi ke dalam kamar mandi untuk memakainya.
Berlian menelan salivanya kuat-kuat, jiwa ingin tahunya meronta-ronta, sekuat tenaga ia menahannya menarik nafas berulang-ulang untuk menetralisir jantungnya yang berdegup kencang.
Tak berapa lama Jodi keluar dari kamar mandinya sudah dengan penampilan celana pendek dan t-shirt putihnya. Kemudian mendekati Berlian yang berada di atas tempat tidurnya.
“Sayang kenapa?.” Jodi menghampiri Berlian yang kala itu terus memandangi wajah om nya.
“Om.. apa om pernah jatuh cinta?.”
“Hehe.. kenapa kau bertanya begitu?.”
“Aku ingin tahu rasanya jatuh cinta.”
“Hehe nanti juga kau akan merasakannya sayang, pada saat kau menemukan seseorang yang sangat menyentuh hatimu, dan sekarang om rasa kau belum saatnya jatuh cinta.”
“Kalau aku boleh tahu, siapa cinta pertama om?.”
“Mh… om sudah lupa sayang, karena itu sudah lama sekali.”
“Apa cinta pertama om adalah istri om?.”
“Bukan sayang… om juga tidak tahu siapa cinta pertama om hehe.”
“Kok bisa begitu? Berarti om menikah tanpa rasa cinta dong?.”
“Tidak seperti itu juga sayang… cinta itu suatu perasaan yang tidak bisa di lukiskan dengan bait kata, ia hanya bisa di rasakan di dalam sini.” Jodi meletakan telunjuknya pada dada Berlian.
“Kalau di drakor katanya jatuh cinta itu rasanya berbunga-bunga saat melihat orang yang kita cintai.” Berlian memeluk Jodi dari belakang.
“Ya.. bisa seperti itu juga, hehe rupanya kamu terlalu banyak nonton drakor sayang jadi baper.” Kata Jodi membalikan badannya. Kemudian,
“Suatu saat kau akan merasakannya, kau tak perlu menunggu kapan waktu itu datang, tanpa kau sadari, cinta itu akan hadir tanpa di duga-duga, percayalah.”
“Lalu… kenapa om tak menikah lagi? Apa om tidak merasakan jatuh cinta lagi?.”
“Om sudah tua sayang, om sudah tidak pantas lagi jatuh cinta. Senior mah tinggal mengenang saja hehe, sekarang gilirannya yunior.” Jodi mencolek hidung mancung Berlian.
“Kalau misalkan tiba-tiba ada cinta lagi, apa om mau menerimanya? Atau karena om sudah senior lalu om akan menolaknya?.”
“Entahlah sayang… tak ada dalam pikiran om kalau om akan merasakan cinta lagi. Om sudah tidak memiliki hasrat lagi. Sekarang yang ingin om lakukan adalah, melihat kau tumbuh dewasa, kemudian kau jatuh cinta dan melihat kau menikah.”
“Itu tidak adil om… aku rasa om telah mengorbankan waktu om untuk orang lain. Om juga harus bahagia.”
“Sayang… bagi om sekarang, kau lah kebahagia om.. jika kau merasa bahagia, om juga akan bahagia sayang.”
Kemudian Berlian memeluk erat Jodi.
‘Om juga perlu tahu… bahwa kebahagiaanku adalah bersamamu.” Bathin Berlian.
“Aku sayang om.. jika om sudah kakek-kakek, aku yang akan mengurus om.”
“Hehe… terima kasih sayang. Ya sudah, yuk kita turun, kita makan malam.” Kemudian Jodi dan Berlian turun ke lantai bawah menuju ruang makan. Nampak Riksa sudah duduk di sana.
Riksa melihat penampakan Boss nya menuruni anak tangga dengan dipeluk oleh Berlian.
‘Bener-bener lengket, lebih lengket dari lem. Apa mungkin diantara mereka ada sesuatu? Kalau di perhatikan mereka seperti pasangan bucin, satu sama lain bahasa tubuhnya menjelaskan yang terjadi di dalam hati mereka masing-masing.’ Bathin Riksa.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
anggita
ng👍like tok ae.,
2022-03-13
1