Kantuk mulai menyerang Jodi, akhirnya ia masuk ke dalam kamarnya setelah ia sudah tak kuat lagi menahan matanya yang sudah lima watt.
Ia rebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, dan tak perlu waktu lama, kesadarannya mulai hilang.
Sementara itu di sisi kamar lain, terlihat Berlian yang tertidur pulas tiba-tiba saja terlihat gelisah dalam ke tidak sadarannya, keringan terlihat mulai membasahi wajahnya dan kemudian dengan cepat ia bangkit terduduk dari pembaringannya dengan membulatkan matanya.
Nampak nafasnya naik turun terlihat dari dadanya seperti menahan ketakutan. Dengan cepat ia keluar kamarnya menuju kamar Jodi yang terletak di sebelah kamarnya.
Ia buka pintu kamar Jodi lantas masuk kedalamnya lalu mengunci pintu kamar itu dari dalam dan bergegas masuk kedalam selimut dimana Jodi tengah berada di dalamnya. Ia rebahkan kepalanya pada dada Jodi lantas memeluk erat dengan deru nafas memacu, tubuhnya sedikit bergetar.
Merasakan ada sentuhan pada tubuhnya Jodi terjaga dari mimpinya. Di lihatnya tubuh Berlian tengah ketakutan di samping tubuhnya.
“Sayang kau kenapa?.” Tanya Jodi pada Berlian yang terlihat ketakutan.
“O-om… a-aku takut om.”
“Takut kenapa sayang?.” Kemudian Jodi mengangkat tubuh Berlian hingga sama-sama duduk berhadapan di atas tempat tidur.
“Om.. aku mimpi buruk hiks… aku takut.. aku di kejar pocong hiks.” Rengek gadis itu masih dalam ketakutan.
Mendengar perkataan Berlian, Jodi tersenyum kecil, “Hehe.. dasar anak penakut, sama mimpi saja takutnya sampai seperti ini.” Kemudian Jodi menyeka keringat yang membasahi wajah Berlian lalu memeluk tubuhnya.
“Ya Sudah, malam ini tidur sama om ya sayang.” Kemudian Jodi membawa Berlian tidur dalam pelukannya. Karena kantuk Jodi yang tak Tertahannya akhirnya Jodi kembali tertidur, sementara Berlian masih dalam ketakutannya hanya saja saat ini lebih tenang karena berada dalam pelukan Jodi.
Perlahan rasa takut yang Berlian rasakan berkurang setelah mendapatkan kenyamanan dari dada bidang Jodi, hanya saja kali ini ia merasakan perasaan yang lain dari biasanya.
Aroma tubuh Jodi membangkitkan sebuah hasrat yang ia sendiri tidak mengerti apa namanya. Tiba-tiba saja hatinya meletup-letup bergemuruh merasakan kehangatan yang ia rasakan kala ia semakin lama menyesap dada bidang itu.
Ia pejamkan matanya sembari mengendus dada bidang itu dan ia merasakan getaran yang aneh dalam hatinya. Semakin lama ia benamkan wajahnya semakin bergelora perasaan dalam jiwa nya.
Perlahan ia buka matanya dan menjuruskan pandangan pada wajah yang tengah terlelap dalam alam mimpinya. Perlahan ia dekatkan wajahnya pada wajah Jodi. Mata sayu nya terus memandangi kelopak mata yang tengah terpejam, perlahan turun pada hidung mancungnya, lalu turun pada bibir yang tengah menyuarakan dengkuran halus.
Seeer…. Ia rasakan darahnya mengalir lebih cepat kala memandangi bibir tipis itu. Perlahan ia dekatkan bibirnya pada bibir Jodi dan menempelkan bibirnya pada sudut bibir itu. Ia resapi dalam-dalam dengan memejamkan matanya. Sementara Jodi terlelap pulas tak merasakan apapun.
‘Om… tubuhmu begitu hangat dan menenangkanku, om tahu? Ini adalah ciuman pertamaku dengan seorang pria. Seperti ini kah rasanya ciuman pertama itu? Terasa manis dan hangat. Aku sangat menyukainya om.’Bathin Berlian.
Kemudian ia melepaskan tautan bibirnya dari bibir om nya itu dan membenamkan wajahnya pada ceruk leher lelaki yang tengah ia peluk itu.
“Hangat…. Dan nyaman.” Gumamnya sembari mengendus leher jodi seolah ia menikmati kehangatan itu sampai ia tertidur pulas.
..............
Pagi-pagi sekali Jodi terbangun dari tidurnya, di lihatnya tubuh Berlian yang memeluknya masih pulas dalam alam mimpinya, perlahan Jodi melepaskan pelukan Berlian dan beranjak dari atas tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah selesai membersihkan diri, ia keluar dari kamar mandinya dengan handuk yang melilit pada pinggangnya, ia berjalan mendekat pada lemari dan memakai stelan jasnya, pada saat ia tengah memakai dasinya, tiba-tiba terdengar lenguhan Berlian menggeliat, tubuh yang terkantuk itu perlahan membuka matanya, dan melihat sang om tengah berdiri di depan kaca.
Perlahan ia bangkit dari atas tempat tidurnya dan mendekat ke arah om nya.
“Hei… kau sudah bangun sayang?.” Kata Jodi yang tengah melilitkan dasi di lehernya.
Berlian mendekat dan tangannya mengambil alih meraih dasi pada leher om nya itu, Jodi tersenyum melihat tingkah Berlian yang tengah memakaikan dasi padanya.
“Sudah… rapi.” Kata Berlian seraya melingkarkan kedua tangannya pada pinggang om nya.
“Bagaimana? Sudah ganteng kan om mu ini?.” Tanya Jodi sembari merapikan rambut Berlian yang sebagian menutupi wajah cantik khas bangun tidur itu.
“Hm um.” Jawab Berlian seraya menganggukan kepalanya.
“Oya? Beberapa hari kedepan ibu mu akan pergi mengunjungi panti, katanya ibu mu sudah rindu karena sudah lama tak ke sana, kau mau ikut dengan ibumu?.”
“Gak om, aku mau di rumah saja sama om.”
“Kalau begitu lekas lah mandi, kita sarapan.” Kata Jodi membelai wajah cantik itu. Kemudian Berlian pun pergi meninggalkan kamar om nya menuju kamarnya.
Jodi keluar kamarnya berjalan menuju dapur, namun ketika ia menuruni anak tangga ia melihat penampakan Riksa sudah duduk di ruang tengah.
“Hei Rik, Tumben datang pagi-pagi bener.”
“Kan Gue mau nyicil nyimpen barang-barang gue di rumah ini Boss.”Terlihat di sampingnya koper besar dan beberapa paper bag.
“Oh iya, sini Rik, gue tunjukin kamar elo.” Ajak Jodi membawa Riksa ke lantai tiga, ia menempatkan Riksa di bekas kamarnya dulu sebelah ruangan kerja.
“Ini kamar bekas gue dulu waktu muda, sekarang kamar ini jadi kamar elo, Yah lumayan lah buat tidur seorang bujangan kayak elo, bikin nyaman hehe.”
“Ini sih bukan lumayan lagi, tapi sangat-sangat keren.”
“Syukur deh kalau elo suka, Yah udah ayo kita sarapan dulu, kopernya elo simpan aja di situ nanti biar ART yang beresin baju-baju elo.”
Kemudian mereka berdua pun beranjak dari kamar itu menuju ruang makan.
Di ruang makan terlihat Delima tengah menyajikan sarapan untuk mereka.
“Del, Riksa mulai malam ini tinggal di rumah ini biar gak repot kalau aku perlu dia.” Kata Jodi seraya duduk di kursi di ikuti oleh Riksa yang kemudian duduk di depan Jodi.
“Iya bagus deh kalau gitu. Yang betah ya Rik tinggal di sini, anggap saja rumah sendiri.” Kata Delima
“Iya nyonya.” Jawab Riksa malu-malu.
“Kemana anak itu ya? Kok belum turun.” Delima bergumam kemudian berlalu menaiki anak tangga menuju kamar Berlian. Setelah sampai di depan pintu kamar Berlian dibukanya dan ia masuk ke dalam kamar tersebut, nampak di depan meja rias Berlian tengah melamun menatap dirinya. Ia terlihat sudah rapi dengan pakaian santainya.
“Anak perawan pagi-pagi sudah melamun, ada apa Hm?.” Tanya Delima mendekat kemudian mengambil sisir lantas menyisir rambut putri nya itu.
“Gak ada apa-apa.” Berlian mengelak padahal ia tengah membayangkan peristiwa semalam, ia masih merasakan ciuman pertamanya itu.
“Jangan bohong sama ibu loh, ibu tahu kamu sedang memikirkan sesuatu.”
“Beneran gak ada apa-apa bu.”
“Ya sudah kalau gitu, ayo kita turun, om sama asistennya sudah nunggu di ruang makan.”
Lantas mereka berdua pun turun menuju ruang makan.
Berlian duduk di sebelah Jodi, kemudian “Tumben gak duduk di pangkuan om mu itu? Biasanya langsung nemplok aja.” Kata Delima seraya berjalan menuju lemari mengambil gelas untuk minum mereka.
“Tuh kan ibu mulai lagi deh, giliran aku di pangku om ngomel-ngomel, giliran aku duduk sendiri di komentarin Ish.” Kata Berlian menjawab celoteh ibu nya.
“Kalian ini ya, pagi-pagi udah ribut aja.” Sela Jodi sembari mengambil nasi goreng ke atas piringnya, “ Ayo Rik makan.” Sambung nya.
“Ibu tuh yang mulai om, pagi-pagi udah berkicau aja.”
“Sudah-sudah, ayo makan, buka mulut mu a….” Kata Jodi menyuruh Berlian membuka mulutnya hendak menyuapinya.
“Tuh Rik lihat kelakuan anakku, padahal usianya sudah mau 17 tahun, tapi tingkahnya masih seperti anak balita saja, makan masih minta di suapin, tidur masih minta di kelonin, yang seperti itu anak balita kan ya Rik?.” Sindir Delima.
“Ish… ibu berisik ah.” Seru Berlian.
Melihat tingkah ibu dan anak itu Riksa hanya tersenyum sembari menikmati sarapannya.
“Udah jangan dengerin omongan ibumu itu sayang.” Kata Jodi pada Berlian sembari menyuapi kembali.“emak-emak kan biasa begitu, cerewet hehe.” Hibur Jodi pada Berlian.
“Iya emang… dasar emak-emak cerewet.” Gerutu Berlian pelan.
“Oya sayang, pulang dari kampus ibu mau langsung ke panti yang di Bandung, dan selama beberapa hari ibu akan berada di sana, apa kau mau ikut?.” Ajak Delima pada Berlian.
“Ogah! Aku mau di rumah saja.”
“Sudah ku duga.” Ujar Delima yang tengah sibuk memindahkan kopernya dari bawah tangga kemudian memanggil supirnya untuk memasukannya ke dalam mobil nya. Kemudian, “Ya sudah ibu berangkat dulu ya sayang?.” Kata Delima seraya menghampiri Berlian dan mencium pipinya.
“Ibu gak makan dulu?.” Tanya putrinya itu.
“Gak sayang, ibu tadi sudah minum susu.”
“Buru-buru amat Del?.” Tanya Jodi.
“Aku mau mampir dulu ngambil pesanan kue di rumah bu Lia, dia kan guru jadi pagi-pagi sudah harus berangkat ke sekolah, kasihan dia sudah nunggu aku. Ya sudah aku berangkat dulu ya?.” Kata Delima lantas menyalami Jodi dan Riksa.
“Hati-hati Del.” Kata Jodi
“Ya.” Jawab Delima lantas pergi meninggalkan mereka menuju mobilnya yang sudah terparkir di halaman depan.
“Sayang.. kamu gak apa-apa sendiri di rumah?.” Tanya Jodi pada Berlian.
“Gak apa-apa om, kan banyak pelayan di sini yang nemenin.”
“Baiklah kalau begitu, om berangkat dulu ya sayang.” Kata Jodi seraya mencium pucuk kepala Berlian dan pergi bersama asistennya menuju halaman parkir rumahnya.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments