Amyra : Teman Pertama

Aku melihat tiga teman sekelas yang berusaha mencari celah untuk bisa menatapku. Rasanya menakutkan dan mengganggu. Aku semakin menunduk. Padahal sudah ku katakan kalau aku baik-baik saja. Aku benar-benar canggung dengan situasi seperti ini. Tidak mengenakan dan juga sedikit terganggu.

"Permisi!" sapa seorang siswa lain yang tidak ku tahu, ternyata dia berada diruangan itu. Karena sejak awal, yang terlihat hanya tiga teman sekelas ku ini saja. "Aku akan memeriksa kondisimu!"

"Baik!" jawabku yang menjadi sedikit lebih tenang. Aku lalu memalingkan pandanganku pada sosok pemuda bernama Reihan yang menjadi teman sebangku ku. Dia memang paling mencolok diantara dua temannya yang lain.

"Bisa naikkan lengan bajumu?" Pandanganku dari sosok teman sebangku ku itu teralihkan, begitu siswa senior itu hendak melakukannya, aku menahan bagian lenganku.

"Maaf! Biar aku saja." jawabku pada senior itu. Sebelum melakukannya, aku kembali menatap pada pemuda yang nampak menginginkan sesuatu dari ku. Mungkin karena reaksi dikelas yang membuatku kini terbaring disini. "Aku baik-baik saja! Maaf, tadi di kelas aku terlalu kaget!"

"Jadi bukan salah Reihan kami nih?!" dua sahabatnya nampak kecewa begitu aku memberikan jawaban yang mungkin berada diluar dugaan mereka.

Aku menggeleng kecil lalu menunduk.

"Baguslah!" jawab teman sebangku ku santai. "Kami balik duluan yah!"

Aku mengangguk kecil lalu perlahan menggulung lengan bajuku ke bagian atas. Perlahan aku lakukan itu. Menunggu ketiga pemuda itu keluar dari ruang UKS.

"Mereka berisik sekali dari tadi!" ucap siswa senior tadi dengan kesal. Tapi dari rona merah wajahnya, aku tahu, dia senang dengan keberadaan ketiga siswa itu di ruangan ini selama beberapa waktu.

Lengan bajuku sudah hampir ku singsingkan sampai bagian sikut, tapi langsung ku urungkan. Segera aku turunkan kembali melihat guratan luka memar karena dipukul orang tua ku kemarin malam.

"Kenapa diturunkan lagi!" ucap reflek siswa senior tadi. Matanya menatapku dengan seksama.

"Tidak apa-apa!" jawabku.

Segera ku ambil minyak kayu putih yang dibawa oleh siswa senior tadi. Ku usapkan pada lengan tanganku dan membiarkan dia memeriksa nadiku sejenak.

"Kamu sebaiknya istirahat sebentar." ujarnya kemudian setelah selesai memeriksa nadiku. "Katanya tadi kamu terbentur, apa kepalamu masih sakit?"

Reflek aku memegangi kepalaku mendengar pernyataan itu. Aku memegangi belakang kepalaku yang memang sedikit terasa nyeri. Sepertinya sedikit benjol. Lalu ku ingat lagi bagaimana aku sampai bisa terbentur dengan begitu kerasnya saat dikelas tadi. Memalukan sekali diriku saat itu. Bagaimana pikirannya nanti tentang ku yang akan menjadi teman sebangkunya selama satu tahun ajaran ini?!

Aku kembali hanya bisa menunduk. Menghela nafas. Lalu mengatakan pada siswa senior tadi kalau aku akan kembali ke dalam kelas. Aku ingin menyampaikan kalau yang terjadi bukanlah salahnya karena menyapaku. Aku yang terlalu reflek dalam menanggapi sapaannya yang tiba-tiba sampai aku harus dibawa ke ruang UKS. Tapi siapa yang membawaku ke ruang UKS?

Langkahku terhenti tepat diujung lorong bangunan UKS dan perpustakaan Sekolah. Di sudut tembok pembatas, aku melihat bagaimana teman sebangku ku Reihan dan teman-temannya melompat melewati tembok pembatas sekolah dengan halaman luar area sekolah. Tatapanku sejenak bertemu dengan Reihan. Dia hanya menatapku sepintas dan kemudian melanjutkan aksinya dengan melompat dari atas tembok.

Tidak tahu bagaimana harusnya bersikap dengan semua hal antara aku dan teman sebangku ku itu. Tapi lebih baik aku tidak mengatakan apapun begitu sampai dikelas nanti jika ada yang menanyakan tentang mereka bertiga padaku.

Aku berjalan memasuki kelas dan disambut dengan tatapan jutek Rahma.

"Rei Cs mana?" tanyanya yang langsung menatapku dengan seksama. Rasanya mengkeret sekali ditatap seperti itu. Tatapannya memang jauh lebih baik dari tatapan ibuku, tapi siapapun yang menatapku dengan cara seperti itu, rasanya benar-benar menciutkan nyali ku untuk memberikan jawaban yang berbau kebohongan.

Yang bisa ku lakukan hanya menunduk lalu menggeleng pelan. Memelintir bagian depan rok sekolahku dengan getir. Berharap, Rahma tidak menyadari kalau aku telah membohonginya dalam memberikan jawaban tentang keberadaan Reihan dan teman-temannya.

"Oke!" jawab Rahma kemudian menyodorkan sebuah lembaran angket padaku. "Isi dirumah lalu kumpulkan besok yah!" tambahnya.

Aku hanya mengangguk. Kemudian melanjutkan langkahku menuju bangku tempatku duduk. Ketiga kursi di sekelilingku sudah kosong dan hanya menyisakan tumpukan buku paket yang tercecer diatas meja masing-masing.

Aku baru saja akan menempatkan diriku pada kursi ketika Siska tahu-tahu mendesis ke arahku.

"Hey! Apa dia memang semenakutkan itu yah?" tanyanya dengan wajah yang super imut dan dipenuhi rasa penasaran yang tinggi. Image nona tanpa ampun dan tanpa belas kasihan sama sekali tidak terlihat dari wajahnya kini.

"Siapa?"

"Teman sebangkumu?" dia berdecak. "Iiihk!" Ekspresinya benar-benar menunjukan kalau dia sedang gemas dengan pertanyaan yang ku lontarkan. Namun bisik-bisik dari kejauhan menyiratkan kalau sosok Siska tengah mengintimidasi ku.

"Tidak!" jawabku yang ikut berbisik sembari menggeleng pelan.

"Lalu kenapa tadi lu bisa sampai sekaget itu?" Rahma tiba-tiba muncul diantara kami.

Mendengar pertanyaan itu, membuat rasa bersalahku muncul kembali. Pasti yang namanya Reihan membolos dari kelas karena telah disalah pahami oleh seisi kelas. Dan dua teman lainnya mengikuti untuk menghiburnya.

"Aku hanya kaget... tiba-tiba ada yang menyapaku..." jawabku lemah.

Banyak pikiran yang tiba-tiba menyerangku saat ini. Terlebih pikiran dimana wajah close up Reihan muncul di pikiranku. Yang awalnya semua itu terasa menakutkan. Tapi kini, aku bisa melihat ada wajah polos yang bermaksud baik untuk menawarkan kerjasama denganku dalam pembelajaran. Lagi-lagi, aku merasa memalukan telah membuat seorang yang berniat baik telah disalah pahami karena kekagetanku.

"Memangnya nggak pernah ada yang nyapa lo sebelumnya?" Dengan pertanyaannya yang sedikit nyeleneh tapi tepat sasaran itu, Siska lagi-lagi menunjukan sikap yang tidak sesuai dengan desas-desus yang beredar. Matanya membulat dan menunjukan wajah penasaran seorang bocah yang lugu dan polos.

Aku hanya bisa menunduk. Tidak ada jawaban yang bisa ku berikan padanya. Aku tidak tahu harus menjelaskan bagaimana. Karena pada kenyataannya, memang tidak pernah ada yang berani menyapaku dimasa SMP setelah kejadian itu. Rasanya sudah menjadi kebiasaan untukku untuk tidak terlalu dekat dengan siapapun setelah itu.

"Bukannya tidak ada." jawab Rahma. "Dia saja yang tidak menyadarinya."

Jawaban Rahma itu membuatku melihat kearahnya. Rahma yang biasanya bermata tajam dengan wajah jutek, kini tidak terlihat seperti itu. Apakah selama ini aku salah menilainya?

Rahma kini hanya menunjukan ekspresi datar.

"Mari kita berteman dengan baik?" Siska mengulurkan tanda jabat tangan padaku. Rahma juga.

Aku menatap tangan keduanya sejenak, lalu menjabat keduanya dengan kedua tangan yang ku silangkan.

Melihat apa yang aku lakukan, Siska dan Rahma langsung tertawa.

"Ternyata ada cara seperti ini untuk menjabat dua uluran tangan yah??!!"

Tawanya benar-benar nampak elegant. Membuat aura Siska si nona tanpa ampun mampu terbayangkan dengan jelas karena sikapnya itu.

"Not Bad!" ucap Rahma kemudian. "Mari kita ulangi tiga tahun kita di masa SMP!"

"Heh?!!!! Kalian satu sekolah?!" Siska menunjukan wajahnya yang cemberut gemas. Seperti tidak menerima kenyataan bahwa hanya dirinya sendiri yang beda sekolah diantara kami bertiga.

Rahma mengangkat bahunya dan aku hanya bisa tersenyum melihat dua orang yang bersedia berteman dengan orang seperti ku.

...***...

Episodes
1 Prolog
2 Amyra : Sekilas Aku
3 Reihan : Celaka 12
4 Amyra : Teman Pertama
5 Reihan : Tidak asing
6 Reihan : Pustaka
7 Amyra : Luka kemarin
8 Reihan : Pagi yang berisik
9 Amyra : Perkenalan
10 Reihan : Ternyata dia...
11 Amyra : Bukannya itu dia?
12 Amyra: Rasanya menyesakkan!
13 Angga Putra: Dia gadisku!
14 Amyra: Pertolongan.
15 Reihan: Pilihanku
16 Amyra: Minggu cerah
17 Reihan : Keputusan Akhir.
18 Amyra: Ada apa dengan Reihan???
19 Reihan: Aku tidak bisa menerima pengertiannya!
20 Amyra: Penuh Cerita
21 Angga: Benci Hari ini!
22 Amyra: Aku belum terbiasa
23 Reihan : Menjengkelkan.
24 Angga: Penyesalanku.
25 Reihan : Aku Aray hari ini
26 Amyra: Aneh.
27 Reihan: Entahlah...
28 Amyra: Aku butuh menenangkan diri
29 Amyra : Untuk yang kesekian
30 Reihan : Kejutan demi Kejutan
31 Angga : Sosok yang berbeda
32 Reihan : Observasi.
33 Amyra : Terjebak dengan jawaban
34 Rahma: Pertemanan
35 Siska : Teman-temanku yang berharga
36 Reihan : Celaka 12 untuk Amy.
37 Amyra : Aku terlalu takut.
38 Angga: Apa itu keluarga??
39 Reihan : Kenapa aku peduli?
40 Amyra : Hari mengherankan.
41 Amyra : Masih berusaha sembuh
42 Angga: Mulai dari rumah
43 Reihan : Seperti apa hubungan itu?
44 Amyra: Aku harus Bisa
45 Reihan : Gadis Bodoh!
46 Amyra : Aku kenapa?
47 Angga : Aku butuh Istirahat
48 Amyra: Siapa Reihan?!
49 Reihan: Buntut Ngerjain Amy.
50 Amyra: Apakah ini nyata!
51 Reihan: Aku menemukannya!
52 Reihan : Kenapa harus Amy?
53 Amyra : Hadiah pertama ku!
54 Reihan : Aku mulai menyukai semua tentangnya.
55 Amyra: Aku degdegan
56 Reihan : Apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan?!
57 Reihan : Part II Apa yang sebenarnya dia pikirkan saat ini?
58 Amy : Reihan!
59 Amy : Salah paham.
60 Reihan : Amyra.
61 Amyra : Reihan kenapa?
62 Reihan : Aku ingin bersamanya.
63 Angga : Bocah tengik.
64 Amyra : Rasanya sakit.
65 Reihan : Amy Kenapa lagi?!
66 Amyra : Aku tahu, aku hanya harus bisa menerimanya!
67 Reihan : Terjebak.
68 Jihan : Baru juga masuk, sudah kasus.
69 Aray : Aku pasti bertanggung jawab.
70 Amyra : Lalu bagaimana dengan perasaanku?
71 Jihan : First Day Festival Bulan Bahasa
72 Reihan : Kejutan diantara kejutan.
73 Amyra : Aku dan semua lukaku.
74 Reihan : Apa kami salah mengenal Amy???
75 Reihan : Aku menyukaimu, Amy.
76 Reihan : Cerita yang menyebalkan!
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Prolog
2
Amyra : Sekilas Aku
3
Reihan : Celaka 12
4
Amyra : Teman Pertama
5
Reihan : Tidak asing
6
Reihan : Pustaka
7
Amyra : Luka kemarin
8
Reihan : Pagi yang berisik
9
Amyra : Perkenalan
10
Reihan : Ternyata dia...
11
Amyra : Bukannya itu dia?
12
Amyra: Rasanya menyesakkan!
13
Angga Putra: Dia gadisku!
14
Amyra: Pertolongan.
15
Reihan: Pilihanku
16
Amyra: Minggu cerah
17
Reihan : Keputusan Akhir.
18
Amyra: Ada apa dengan Reihan???
19
Reihan: Aku tidak bisa menerima pengertiannya!
20
Amyra: Penuh Cerita
21
Angga: Benci Hari ini!
22
Amyra: Aku belum terbiasa
23
Reihan : Menjengkelkan.
24
Angga: Penyesalanku.
25
Reihan : Aku Aray hari ini
26
Amyra: Aneh.
27
Reihan: Entahlah...
28
Amyra: Aku butuh menenangkan diri
29
Amyra : Untuk yang kesekian
30
Reihan : Kejutan demi Kejutan
31
Angga : Sosok yang berbeda
32
Reihan : Observasi.
33
Amyra : Terjebak dengan jawaban
34
Rahma: Pertemanan
35
Siska : Teman-temanku yang berharga
36
Reihan : Celaka 12 untuk Amy.
37
Amyra : Aku terlalu takut.
38
Angga: Apa itu keluarga??
39
Reihan : Kenapa aku peduli?
40
Amyra : Hari mengherankan.
41
Amyra : Masih berusaha sembuh
42
Angga: Mulai dari rumah
43
Reihan : Seperti apa hubungan itu?
44
Amyra: Aku harus Bisa
45
Reihan : Gadis Bodoh!
46
Amyra : Aku kenapa?
47
Angga : Aku butuh Istirahat
48
Amyra: Siapa Reihan?!
49
Reihan: Buntut Ngerjain Amy.
50
Amyra: Apakah ini nyata!
51
Reihan: Aku menemukannya!
52
Reihan : Kenapa harus Amy?
53
Amyra : Hadiah pertama ku!
54
Reihan : Aku mulai menyukai semua tentangnya.
55
Amyra: Aku degdegan
56
Reihan : Apa yang sebenarnya sedang dia pikirkan?!
57
Reihan : Part II Apa yang sebenarnya dia pikirkan saat ini?
58
Amy : Reihan!
59
Amy : Salah paham.
60
Reihan : Amyra.
61
Amyra : Reihan kenapa?
62
Reihan : Aku ingin bersamanya.
63
Angga : Bocah tengik.
64
Amyra : Rasanya sakit.
65
Reihan : Amy Kenapa lagi?!
66
Amyra : Aku tahu, aku hanya harus bisa menerimanya!
67
Reihan : Terjebak.
68
Jihan : Baru juga masuk, sudah kasus.
69
Aray : Aku pasti bertanggung jawab.
70
Amyra : Lalu bagaimana dengan perasaanku?
71
Jihan : First Day Festival Bulan Bahasa
72
Reihan : Kejutan diantara kejutan.
73
Amyra : Aku dan semua lukaku.
74
Reihan : Apa kami salah mengenal Amy???
75
Reihan : Aku menyukaimu, Amy.
76
Reihan : Cerita yang menyebalkan!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!