Mona sudah gemetar, ia takut majikannya menanyakan hal lebih tentang Aileen padanya. Belum Mona menjawab, sosok yang dicari muncul dari balik pintu arah luar.
Aileen masuk, dan ia melihat suaminya tengah bersama kepala asisten di sana. Apa kepergiannya terlalu lama sehingga suaminya mengintrogasi Mona? Pikirnya.
"Dari mana kau?" tanya Andra pada Aileen.
"A-aku dari luar, cari angin segar," jawab Aileen sdikit gugup. Tidak ingin ada banyak pertanyaan dari suaminya, Aileen langsung pergi meninggalkan suaminya yang masih bersama Mona. Sekilas, ia menengok ke belakang. Melihat ke arah Mona.
Begitu pun dengan Mona, ia melihat ke arah majikannya itu. Seakan ada sesuatu rahasia yang mereka sembunyikan dari Andra. Aileen kembali melanjutkan langkahnya. Setibanya di kamar, ia langsung menuju kamar mandi, entah kenapa malam ini membuatnya menjadi gerah.
Lelah, Affandra pun menyusul pergi ke kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya di sana. Pria itu langsung merebahkan tubuhnya yang terasa pegal karena seharian sudah berkerja. Ia memejamkan matanya, tapi seketika ia membuka kembali matanya.
Ia melihat Aileen, wanita itu malam-malam mandi membasahi rambutnya. Hanya mengenakan jubah handuk wanita itu menghampiri suaminya. Duduk tepat di sampingnya.
Entah apa yang diinginkan wanita itu, yang jelas ia sekarang menyentuh bagian dada bidang suaminya. Tanpa aba-aba wanita itu naik ke atas tubuh Andra. Andra sedikit risih dengan perlakuan istrinya, ia tahu apa yang diinginkan wanita itu sekarang.
"Aku capek, aku mau tidur." Secara tidak langsung, Andra menolak keinginan istrinya. Sampai saat ini, ia belum bisa melayani istrinya pasca ia tahu bahwa Aileen sudah terjamah oleh orang lain sebelum waktunya.
"Tapi aku menginginkannya," bisik Aileen dengan nada sensual-nya.
Andra merubahkan posisinya, yang tadinya Aileen ada di atas tubuhnya tiba-tiba wanita itu sudah terbaring di tempat tidur. Andra tidak bisa melakukan itu dengan Aileen, yang ada, ia malah semakin bersalah pada Ayunindya. Gadis yang ia renggut kesuciannya.
Kesal, Aileen mengambil obat lalu meminumnya. Ia memilih untuk tidur saja dari pada harus memendam hasrat yang tak bisa tersalurkan. Andra menghela napas melihat istrinya meminum obat tidur.
Wanita itu tak lagi meminta jatah pada suaminya, karena ia sudah tidur dengan pulasnya. Tapi tidak dengan Andra, pria itu malah memikirkan Nindya. Sejak kepulangan wanita itu, sampai sekarang ia tidak tahu akan kabarnya.
Andra mencoba untuk tidur malam ini, tapi entah kenapa hatinya gelisah. Ia terus memikirkan Ayunindya.
***
Di rumah utama.
Nindya sedang membuatkan kopi yang diperintahkan kepala asisten di sana. Karena kepala asisten di sana adalah seorang pria. Semua pelayan di rumah itu patuh pada kepala asisten.
Nindya sudah selesai membuat kopi, berniat untuk memberikan kopi itu pada atasannya.
"Tuan Lee, ini kopinya sudah jadi. Saya letakkan di meja ya?" Kata Nindya sembari meletakkan kopi itu di atas meja nakas.
Setelah itu, Nindya membalikkan tubuhnya. Berniat meninggalkan tempat itu. Tempat yang dikunjungi Nindya adalah sebuah papiliun. Di mana kepala asisten itu menempatinya. Sayang, ketika Nindya hendak meninggalkan tempat itu, tangannya ditarik oleh kepala asisten.
Nindya sangat terkejut ketika tangannya ditahan oleh Lee.
"Mau kemana, Nindya? Kamu temani saya di sini," kata Lee.
"Tidak, Tuan Lee. Ini sudah malam, saya harus segera kembali ke rumah utama." Nindya mencoba melepaskan tangannya yang digenggam oleh tuan Lee.
"Jangan munafik kamu, Nindya. Kalau Tuan Andra bisa menyentuhmu kenapa saya tidak!"
Ucapan tuan Lee membuat Nindya terperanga. Tidak ada orang lain yang tahu selain mereka berdua. Apa jangan-jangan Andra menceritakan itu semua pada Lee? Pikir Nindya.
"Ayolah, Nindya. Saya yakin kamu pasti menyukai permainan saya." Lee meraih tubuh Nindya, ia memeluknya dengan bringas.
Nindya meronta, dengan sekuat tenaga ia menginjak kaki tuan Lee. Nindya berhasil melepaskan diri, gadis itu berlari menuju pintu. Sayang, aksi Nindya tidak berhasil keluar dari papiliun itu. Yang ada, Lee semakin bringas menangkap tubuh Nindya.
"Lepas! Lepaskan saya!" teriak Nindya.
"Teriaklah, Nindya. Tidak akan ada orang yang mendengar rontaan-mu."
Nindya tidak bisa diam, sampai Lee sedikit bersikap kasar pada gadis itu.
Plakk ...
Sebuah tamparan mendarat sempurna di pipi mulus Nindya. Sampai sudut bibir Nindya mengeluarkan darah.
"Saya tidak akan berlaku kasar kalau kamu bisa diajak kerja sama, Nindya! Saya butuh kehangatan malam ini. Saya akan memberikan uang untuk kebutuhanmu di kampung, puaskan saya malam ini."
"Tidak! Saya tidak sudi!"
Plakk ...
Tamparan kembali terjadi.
"Saya lebih baik mendapatkan tamparan dari pada harus melayani pria kurang ajar sepertimu. Saya akan adukan ini pada Tuan Wiliam."
Seketika, Lee terbahak.
"Kamu pikir tuan Wilian akan percaya, hah? Atau kamu mau saya adukan dengan apa yang telah kamu lakukan dengan Tuan Andra?"
"Jangan mengancamku! Tahu dari mana dengan semua itu? Jangan mengada-ngada Tuan Lee! Biarkan saya pergi."
"Saya akan melepaskanmu setelah kamu memuaskanku." Lagi-lagi, Lee berniat dengan rencananya. Sebuah rencana yang memang sudah disusun rapi oleh orang yang menyuruh Lee. Pria itu langsung membopong tubuh Nindya, membawanya ke tempat yang lebih aman. Nindya di bawa ke semak-semak yang sedikit jauh dari papiliun.
Tubuh Nindya dihempaskan di rerumpunan. Nindya menggeserkan tubuhnya untuk menghindari serangan dari Lee. Pria itu sepertinya sudah siap untuk menerkam mangsanya.
Nindya beringsut mundur, tak peduli dengan keadaan sekitar. Bahkan tangannya mulai terluka terkena seluk belukar kena akar pohon.
"Tolong ... Tolong ..." Sebisa mungkin Nindya meminta pertolongan. Semoga ada yang mendengar jeritannya.
Lee semakin mendekat, bahkan ia sudah berhasil merobek pakaian yang dikenakan Nindya. Lee sudah berada di atas tubuh gadis itu. Nindya menangis histeris, ia tak bisa lagi melakukan apa-apa selain berdoa. Tangan dan kakinya sudah dikunci oleh tengan Lee.
Lee sendiri sudah siap menghujam tubuh mungil Nindya. Namun tiba-tiba saja, Lee terkena pukulan dari belakang oleh seseorang.
"Kurang ajar, bisa-bisanya kau melakukan itu pada Nindya!" Mata orang itu menyalak marah.
Bugh ... Bugh ... Bugh ...
Beberapa kali Lee terkena pukulan dari orang itu. Tak memberi ampun, Lee dibuat terkapar dengan seketika. Pukulan yang membabi buta membuat Lee tidak bisa melawan. Apa lagi ia tahu siapa orang itu, setelah mendapatkan pukulan, Lee berlari terbirit-birit.
"Nindya, kau tidak apa-apa?" Orang itu membuka bajunya untuk menutupi tubuh Nindya yang sedikit terbuka.
Nindya semakin terisak, ia begitu sangat ketakutan. Tubuhnya begitu lemas, ia tak bisa berdiri. Lalu, orang yang menolongnya dengan cepat menggendongnya dan langsung membawanya masuk ke dalam mobil miliknya yang terparkir di pinggir jalan.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Nita Anjani
ko AQ jd curiga am istrinya Andra jgn2 dia y yg ngasih pidio rekaman cctv,ke lee,dan jgn2 Lee,pacarnya eelina
2022-11-15
1
mama yuhu
heleh pasti suruhan Aileen
2022-07-11
2
Thata Chan
lee setongkol sama istri Andra, ehh sekongkol maksud ku😁 itu Andra yg datang kayak nya
2022-05-08
1