Affandra bersumpah, ia akan bertanggung jawab. Ia sudah menghancurkan masa depan Nindya. Ia tidak ingin ada pria yang bernasib sama seperti dirinya, ia takut jika Nindya menikah dengan orang lain, pria itu akan terluka seperti dirinya.
Harapan dimalam pengantin adalah memandu kasih bersama orang yang sangat dicintai. Tapi itu tak berlaku dengannya, ia malah merenggut seseorang tepat di malam pertamanya. Di mana, itu seharusnya tidak terjadi.
Lama Andra berada di kamarnya, sampai Aileen kembali, ia masih berada di sana.
Aileen melihat seisi kamar seperti kapal pecah. Apa suaminya masih mempermasalahkan soal semalam? Suaminya masih tak terima dengan kenyataan yang menimpanya, pikir Aileen.
Mata Aileen sembab, dan itu diketahui oleh Andra. Pria itu akhirnya bicara pada istrinya itu.
"Apa yang membuatmu menangis?" tanya Andra tiba-tiba.
"A-aku ..." Aileen tak bisa menjawab.
Gerak-gerik Alieen terlihat mencurigakan, sampai-sampai Andra menduga sesuatu pada istrinya itu.
"Apa kau sudah menemuinya? Kau masih menjalin hubungan dengannya?"
"Ti-tidak! Aku tidak menemui siapa-siapa," elak Aileen.
"Jangan bobong! Aku paling tidak suka dibohongi. Apa perlu kita membuat perjanjian?"
"Maksudmu?"
"Terserah apa yang akan kau lakukan, aku tidak peduli. Begitu pun sebaliknya, aku tidak ingin kau mencampuri urusanku!"
"Tidak! Aku tidak mau seperti itu. Kamu itu suamiku, bagaimana pun aku istrimu!"
"Kau masih berani mengakuiku sebagai suamimu? Setelah kau mengecewakanku? Kau membohongiku dan keluargaku, ini yang kau bilang wanita terhormat? Bahkan kau sudah menjajakkan tubuhmu pada pria lain."
"Jadi kamu masih mempermasalahkan itu? Apa yang harus aku lakukan supaya kamu bisa menerimaku? Semua orang punya masalalu. Apa kamu tidak memiliki masalalu yang membuatmu bersalah?"
Andra tak bisa menjawab, bagaimana pun ia sama seperti istrinya. Ia merahasiakan sesuatu pada istrinya itu. Andai istrinya jujur, mungkin kejadian semalam tidak akan terjadi dengan Nindya.
"Maafkan aku, aku berjanji akan menjadi istri yang baik. Aku tahu kamu kecewa, tapi bisakah kamu memberiku kesempatan?" Untuk yang kedua kalinya Aileen berlutut.
Andra paling tidak bisa melihat seorang wanita menangis. Mungkin, jika semalam bukan karena kecewa, ia tak akan meninggalkan istrinya itu. Apa ia harus memberi kesempatan pada istrinya? Lalu bagaimana dengan Ayunindya? Gadis yang ia rampas mahkotanya.
"Jangan merendahkanmu, Aileen. Aku memaafkanmu, tapi bukan berarti aku menerimamu. Aku masih menjaga nama baik keluargaku, jika kau memang ingin membuktikannya buktikanlah. Jadilah istri yang baik, dan jangan temui lelaki itu lagi."
Setelah mengatakan itu, Andra pergi dari kamar meninggalkan Aileen. Dan wanita itu bangkit dari berlututnya, ia menyeka air matanya. Ia yakin kalau suatu saat suaminya akan takluk padanya. Tidak ada yang bisa menolak kecantikan seorang Aileen.
Sejenak, Aileen teringat pada pembantu yang cantik itu. Ia rasa, pembantu itu akan menjadi masalah baginya. Ia tak ingin wanita itu berkerja di rumahnya, ia akan meminta pada mertuanya untuk mengurus semuanya. Karena Nindya suruhan mertuanya. Untuk itu, ia tak perlu meminta izin pada suaminya bukan? Karena ia ratu di rumah ini, ia berhak mengatur semuanya. Termasuk memulangkan Nindya pada tempat asalnya berkerja.
***
Keesokkan harinya.
Affandra Wiliam kedatangan tamu agung, siapa lagi kalau bukan orang tuanya. Wanita paruh baya itu datang sesuai keinginan menantunya. Ia datang untuk menjemput Nindya kembali berkerja di rumah utama.
"Mommy," kata Andra, "kenapa tidak bilang mau datang kemari?"
"Iya, Mommy terpaksa kemari karena ingin menjemput Nindya, Mommy ingin dia berkerja di rumah utama."
"Kenapa harus, Nindya?" tanya Andra.
Sementara di sebrang sana, Aileen melihat ekspresi suaminya. Ternyata dugaannya sepertinya benar, ada perasaan khusus terhadap pembantu itu.
"Aileen bilang kalau kau tak butuh jasa Nindya. Sudah ada Aileen yang akan mengurusmu, jadi kamu tidak perlu lagi menggunakan jasanya."
Raut wajah Andra nampak kecewa. Bisa-bisanya istrinya itu mengambil keputusan tanpa membicarakan ini terlebih dulu padanya.
"Hay, Mom," sapa Aileen kepada ibu mertuanya.
"Hay juga, sayang." Ibu Andra menghampiri menantunya itu, dan mereka saling berpelukkan.
Setelah mereka saling berpelukkan, Andra meraih tangan Aileen.
"Sebentar, Mom. Aku ingin bicara dengannya." Tak perlu mendengar jawaban dari ibunya, Andra langsung saja membawa wanita itu pergi dari hadapan ibunya.
"Apa maksudmu menyuruh Mommy menjemput Nindya? Kenapa tidak bilang padaku terlebih dulu?"
"Memangnya kenapa? Tugas Nindya di sini hanya melayanimu, sekarang ada aku. Kamu sendiri yang memberiku kesempatan untuk menjadi istri yang lebih baik, dan aku tidak butuh Nindya di sini. Biarkan Mommy membawanya kembali ke rumah utama."
Affandra tidak bisa lagi menahan kepergian Nindya, sepertinya istrinya itu memang sengaja. Apa jangan-jangan, istrinya itu tahu kalau ia memiliki perasaan kepada pembantunya?
"Tidak masalahkan kalau Nindya hengkang dari rumah ini?" tanya Aileen.
Karena Andra tak kunjung menjawab, Aileen pun pergi dari hadapan suaminya. Ia menemui ibu mertuanya, dan mengajak untuk menemui Nindya.
***
Nindya sedang berada di taman belakang. Ia sedang menyirami tanaman di sana. Tak lama, ia dipanggil oleh kepala asisten.
"Nindya?" panggil asisten itu.
Nindya meletakkan selang yang sedang ia pegang ke tempat semula. Lalu ia menghampiri kepala asisten itu.
"Iya, ada apa?" tanya Nindya.
"Kemasi barang-barangmu, hari ini kamu pindah ke rumah utama. Menggantikan Yuna. Yuna sendiri adalah asisten di rumah utama, dan kini digantikan oleh Nindya.
Nindya terlihat bingung, kenapa ia harus kembali ke rumah utama? Bukankah ia memang diperintahkan berkerja di sini bersama tuan Affandra, apa jangan-jangan kejadian kemarin membuat ia dipecat dari rumah ini? Apa mungkin kejadian tempo hari diketahui oleh istri dari tuan Affandra? Tak berpikir lama lagi, ia langsung pergi ke kamar untuk mengemas semua barang-barangnya.
***
Dengan cepat Nindya memasukkan semua baju-bajunya ke dalam tas besar miliknya. Disaat ia sedang merapihkan baju tersebut, pintu kamarnya terbuka. Terlihat sosok pria tampan di sana, lelaki itu menghampirinya. Seketika, Nindya terhenti dari aktivitasnya.
"Nindya, aku akan sering-sering menjengukmu di sana. Aku tidak mungkin melepaskanmu begitu saja, aku tetap akan bertanggung jawab."
"Tolong, jangan membahas masalah itu lagi, Tuan. Aku butuh pekerjaan ini, aku tidak ingin dipecat."
"Mungkin ini lebih baik, Nindya. Dengan kamu di rumah utama, Aileen tidak akan tahu apa yang sudah terjadi di antara kita," batin Andra.
Ide istrinya itu ada baiknya juga, setelah dipikir-pikir, Nindya lebih aman di sana dari pada di sini. Buktinya, istrinya itu sudah berani menyuruh ibunya untuk menjemput Nindya.
Rumah utama begitu luas, tentu ia bisa datang tanpa sepengetahuan orang tuanya bukan? Akhirnya, Andra merelakan kepergian Nindya.
Karena sudah jelas, Andra pun keluar dari kamar itu.
"Habis ngapain kamu dari kamar Nindya?"
Andra terkejut mendengar suara itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Andini Septiani
jadi penasaran
2022-06-01
1
Thata Chan
habis apa? habis mengucapkan kata perpisahan lah! emang nya apa lagi? 🙄
2022-05-08
1
Pia Palinrungi
next...
2022-04-13
0