"Mom, a-aku hanya-." Kata-kata Andra terhenti karena Ayunindya keluar dari kamarnya.
"Nyonya, aku sudah siap." Melihat semua berkumpul di depan pintu membuat Nindya sedikit takut, apa lagi Aileen menatapnya penuh curiga.
"Baiklah, ayok Nindya ikut denganku sekarang." Nyonya besar yang bernama Anye itu mengajak Nindya pergi sekarang juga. Sebenarnya, Anye masih kurang mengerti dengan Aileen yang memintanya untuk membawa Nindya. Karena selama ini Nindya berkerja dengan sangat baik. Sedikit pun ia tak merasa curiga pada gadis itu.
Affandra dan Nindya tidak pernah terlihat bersama, jadi selama ini, Anye bersikap baik pada pembantunya itu. Nindya pun ikut bersama Anye ke rumah utama. Andra dan Aileen mengantarkan ibunya sampai ke depan rumah.
Karena Nindya dan Anye sudah pergi, Andra pun pergi ke kantor. Tapi sedikit tertahan oleh Aileen.
"Andra" panggil Aileen.
"Ya, ada apa?" jawab Andra.
"Aku mau ke rumah orang tuaku, lagian, aku juga bingung harus ngapain di sini sendirian."
"Siap-siap, aku yang akan mengantarmu."
"Emm, aku bawa mobil sendiri saja."
"Baiklah, aku berangkat sekarang." Padahal dalam hati, Andra merasa senang dengan keputusan Aileen yang akan pergi sendiri. Jadi ia tak perlu repot-repot mengantarnya.
***
Di kantor.
Andra tidak bisa fokus dalam pekerjaannya, bayangan Nindya selalu hadir dalam ingatannya. Ia tak bisa membiarkan ini terus berlarut, ia harus mengambil tindakan. Lagi pula, ia belum percaya sepenuhnya pada istrinya itu.
Ia juga harus mengawasi gerak-gerik Aileen selama ia tak berada di rumah. Dan hari ini, Aileen pergi tanpa ingin diantar olehnya. Ia tak boleh lengah untuk ini, sewaktu-waktu ini bisa menjadi bukti bahwa Aileen memang bukan istri yang baik.
Tak terasa, jam kantor telah usai. Andra bersiap-siap untuk pulang. Ia menyambar kunci mobilnya setelah memakai jas-nya.
Jalanan sedikit macet, karena ini waktunya jam karyawan pulang. Sesekali, Andra melirik jam di pergelangan tangannya. Ia harus cepat sampai di rumah, perasaannya mengatakan bahwa Aileen pun pasti belum pulang. Jika itu benar, ini menambah poinnya untuk tidak melanjutkan pernikannya dengan wanita itu.
Berangsur, jalanan mulai lancar. Dengan cepat Andra melajukan mobilnya. Tak lama, ia pun sampai. Ia melihat mobil istrinya sudah terparkir di garasi.
"Baguslah kalau dia sudah pulang, berarti dia serius membuktikan omongannya yang akan menjadi istri baik-baik." Andra turun dari mobilnya.
Kepulangannya disambut hangat oleh Aileen, wanita itu mengambil tas dan jas yang dibawa oleh Andra.
"Pasti kamu cape, aku sudah siapkan air hangat untukmu," kata Aileen.
Andra masih bersikap dingin, meski jiwanya masih berada di sini, tapi pikirannya tetap pada Nindya. Semakin jauh dengan gadis itu, ia semakin merindukannya.
Andra terus berjalan, sampai kini ia sudah berada di kamarnya. Aileen menyiapkan semua keperluan suaminya, setelah itu, Andra pun segera membersihkan diri. Seusai itu, ia keluar. Ia melihat baju yang disiapkan oleh istrinya. Tapi ia tak melihat keberadaan Aileen di sana. Tidak dipungkiri, perasaannya selalu curiga pada istrinya itu.
"Apa ini hanya perasaanku saja?" ucap Andra sendiri.
Setelah memakai baju, Andra pun keluar dari kamar. Berniat mencari istrinya, ia hanya ingin memastikan kalau perkataan istrinya itu memang benar. Dilihatnya, Aileen tengah menyiapkan makan malam. Wanita itu sedang membantu asistennya meletakkan makanan di atas meja.
"Kau sudah datang, makanan sudah siap," kata Aileen.
Andra menghampiri, ia terus memperhatikan istrinya itu. Apa wanita itu tulus melakukan ini semua? Apa dia menerima pernikahan ini? Pikir Andra. Kalau pun iya, Andra harus bagaimana? Kalau ia tetap menikahi Nindya, itu artinya ia sendiri akan menyakiti hati Aileen. Ia tak menghargai usaha istrinya yang akan menjadi lebih baik.
"Mau makan sama apa? Biar aku ambilkan?" tanya Aileen setelah Andra mendudukkan dirinya di kursi meja makan.
"Sama ikan dan sayur saja," kata Andra.
Semakin melupakan Nindya, Andra semakin mengingatnya. Rasa makanan terasa hambar, ia biasa dilayani oleh gadis itu.
"Sedang apa kamu, Nindya?" batin Andra.
"Ndra, kok malah ngelamun?" tanya Aileen. "Apa makanannya tidak enak? Atau karena tidak ada Nindya kamu seperti ini?"
Pertanyaan terakhir dari Aileen membuat Andra menoleh kepada istrinya.
"Apa maksudmu?" tanya Andra.
"Kamu boleh membohongiku, tapi matamu tidak bisa berbohongiku. Tatapanmu pada Nindya itu beda."
"Jangan ngaur kamu," elak Andra. "Aku hanya cape di kantor," sambungnya kemudian.
"Begitu 'kah? Aku harap itu memang benar. Kalau kamu menyuruhku menjadi istri yang baik, kenapa kamu tidak menjadi suami yang baik pula bagiku."
Aileen memancing emosi Andra malam ini, apa sebenarnya yang diinginkan istrinya itu? Apa ia memang mengetahui perasaan suaminya pada Nindya?
"Sudah cukup, Aileen. Jangan kamu bahas Nindya, dia sudah tidak di sini."
"Iya memang, dia tidak di sini tapi dia ada dalam hatimu," celetuk Aileen.
Entah kenapa, Aileen cemburu pada Nindya. Padahal ia belum bisa membuktikan kalau suaminya itu memiliki perasaan pada gadis itu. Makanya ia ingin pembantu itu hengkang dari rumah ini.
Andra tidak ingin ribut dengan istrinya itu, apa lagi meributkan Nindya. Jelas-jelas gadis itu sudah tidak ada di sini, untuk apa meributkan hal yang tidak jelas. Andra lebih memilih untuk menyudahi makan malam itu, ia tidak ingin istrinya malah menyudutkannya. Sepertinya, Aileen memang sengaja untuk membalikkan fakta. Ia ingin malah suaminya yang merasa bersalah di sini. Padahal sudah jelas, hubungan Andra dengan Nindya disebabkan oleh dirinya sendiri.
Kembali lagi ke awal, di mana Andra kecewa dimalam pertamanya.
***
Di balkon, Andra sedang duduk. Menatap indahnya bintang di langit malam ini, sesekali ia menyesap rokoknya. Bayangan Nindya tidak bisa hilang dalam benaknya. Lalu, ia malah teringat akan di mana ia mencumbu gadis itu. Meski setengah sadar, tapi ia tahu bahwa Nindya pun membalas perlakuannya malam itu.
"Apa kamu mencintaiku, Nindya?" gumam Andra. Kalau itu benar, ia akan memperjuangkan cintanya. Tak peduli dengan pernikahan yang sudah di rencanakan ini oleh orang tuanya. Karena ia terlanjur kecewa akan istrinya itu. Bagaimana pun berusahanya Aileen menjadi istri yang lebih baik lagi, ia tetap kecewa.
Nindya yang sudah memberikan mahkotanya, gadis itu yang lebih berhak atas dirinya. Bukan Aileen. Andra jadi kesal sendiri jika teringat dalam keadaan sekarang, ia menjadi jauh dari Nindya. Lama ia berada di balkon, selama itu pula, Aileen tak kunjung menyusulnya. Apa wanita itu marah akan kejadian di ruang makan tadi? Pikir Andra.
Lalu, Andra beranjak dari tempatnya. Ia mencari keberadaan Aileen. Hingga ia bertemu dengan kepala asisten.
"Mona, di mama Aileen?" tanya Andra.
Mona terdiam, apa ia harus mengatakannya? Tapi, ia sudah berjanji untuk tidak mengatakannya kepada siapa pun termasuk pada majikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Bunga
jadi laki2 yg tegas kenapa malah mlempem
2024-03-14
0
mama yuhu
Aileen memasukkan laki-laki kah? ☺😆
2022-07-11
2
Thata Chan
nah kan, istrinya pasti ngeluyur
2022-05-08
1