Sejenak, Nindya bersandar di balik pintu sembari memejamkan mata, "ya, Tuhan ..." Ia menghembuskan napas, setelah itu membuka mata.
"Maafkan aku, Nindya."
Suara itu mengalihkan pandangan Nindya, ia melihat ke arah sang majikan. Ini sudah terjadi, menyesal pun percuma. Gadis itu tak menghiraukannya, ia berjalan untuk menjauh.
"Keluarlah, anggap saja tidak terjadi apa-apa di antara kita." Lirih Nindya sembari berlenggang.
Andra menyusul Nindya, tapi sayang, gadis itu sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi miliknya.
Andra masih berada di depan pintu kamar mandi itu, "Nindya, aku akan bertanggung jawab." Andra berdiri di depan pintu.
Sementara Nindya, ia menyalakan kran air. Semoga dengan begini, tangisannya tak terdengar oleh majikannya itu. Ia mengguyur seluruh tubuhnya tanpa melepaskan pakaiannya. Ia menangis mengingat kejadian semalam.
"Bodoh, bodoh ..." Nindya memukul tubuhnya sendiri, merasa sudah menjadi gadis kotor. Seharusnya ia menolak majikannya semalam.
Nindya terus menangis, setelah merasa dirinya tenang. Ia membersihkan diri dan melepas semua pakaiannya, di area intinya masih terasa sakit dan sangat perih, tapi ia menghiraukannya. Setelah itu ia menyudahi ritual mandinya. Melilit tubuhnya dengan handuk lalu keluar dari dalam sana. Semoga disaat ia keluar, sang majikan sudah menghilang dari kamarnya.
Nindya bernapas lega karena tidak ada majikannya di sana. Dengan segera, ia memakai pakaian dan bersikap seolah tidak terjadi sesuatu pada dirinya.
***
Setelah keluar dari kamar Nindya, Andra menuju ke kamarnya. Dilihatnya, sang istri tengah merias wajahnya. Ia tak menghiraukan istrinya itu, ia langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sedangkan Aileen, wanita itu pun sama diamnya. Ia tahu suaminya masih marah padanya, tapi sebisa mungkin ia akan terus berusaha agar suaminya itu mau menerimanya, dan menjalani rumah tangga layaknya pasangan suami istri pada umumnya.
Andra keluar dari kamar mandi, dan Aileen masih setia pada tempatnya. Ia ingin membicarakan tentang rumah tangganya, akan seperti apa ke depannya.
"Andra," panggil Aileen.
Andra tak menghiraukannya, pria itu fokus ke arah lemari untuk mengambil pakaiannya. Setelah itu ia kembali masuk ke kamar mandi, memakai bajunya di sana. Kini ia kembali masuk ke kamar.
Aileen menghadangnya, ia berada tepat di depan pintu sampai Andra terhenti.
"Aku mau kita bicara."
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan." Tanpa mendengar jawaban istrinya, ia pergi meninggalkan Aileen yang masih berada di ambang pintu.
Aileen memejamkan mata, ia bingung harus berbuat apa. Ia sadar akan kesalahannya. Ia takut kalau suaminya akan mengatakan semuanya pada orang tuanya. Niat hati, ia ingin menyusul sang suami. Disaat ia keluar dari kamar, ia menjumpai kepala asisten.
"Nyonya, sarapan sudah siap." Kata kepala asisten sembari membungkukkan tubuhnya, "Tuan juga sudah ada di ruang makan," sambungnya lagi.
"Hmm," jawab Aileen.
***
Andra tengah sarapan, ia dilayani oleh Nindya. Tatapan Andra terus tertuju pada pembantunya itu. Ia begitu merasa sangat bersalah padanya. Namun, sikap Nindya masih seperti biasa, melayani sang majikan dengan baik.
Tak lama kemudian, Aileen datang. Ia pun sama bersikap baik pada suaminya, ia menunjukkan pada penghuni di rumah itu bahwa rumah tangganya dalam keadaan baik-baik saja.
Aileen mencium pipi suaminya, tentu kejadian itu disaksikan oleh Nindya. Aileen sendiri melihat ada kejanggalan di sana. Ia melihat sang suami terus mengarahkan pandangannya kepada pembantunya itu.
"Maaf, aku telat," kata Aileen setelah mencium suaminya.
Andra tak memberi jawaban, ia malah fokus pada makanannya itu, "Nindya, air minumku habis, tolong isi kembali gelas itu," kata Andra pada Nindya.
Dengan sigap, Nindya mengisi gelas tersebut. Setelah itu, Nindya hendak beranjak dari sana karena tugasnya sudah selesai, tapi langkahnya terhenti karena sang majikan tak mengizinkannya pergi.
"Tetap di tempatmu, jangan pergi sebelum aku menyelesaikan makananku." Nada bicaranya sangat tegas membuat Nindya tak bisa membantah.
Nindya menuruti perintah majikannya.
"Sayang, 'kan ada aku di sini. Biarkan dia pergi, Nindya, kamu boleh pergi. Biar aku yang melayani suamiku," titahnya pada Nandya.
Nindya mengangguk, lalu segera pergi dari sana.
Namun pada kenyataannya, Andra tidak ingin dilayani oleh istrinya itu. Ia malah pergi dari ruang makan tanpa menyelsaikan makanannya.
Brak ...
Aileen menggebrak meja, lalu menghembuskan napas dengan kesal. Tidak bisakah suaminya itu memaafkannya? Dengan kesal, ia melanjutkan sarapan seorang diri. Setelah selesai, ia pergi menemui suaminya.
Ia menuju ke ruang kerja sang suami, dan benar saja, suaminya tengah berada di sana. Sedang menatap layar laptopnya dengan serius. Belum Aileen sampai, ponselnya berdering. Dan suara itu mengalihkan pandangan Andra.
"Hallo," jawab Aileen, wanita itu mengangkat telepon itu sambil kembali keluar dari ruangan kerja suaminya.
Sedangkan Andra, kembali fokus pada layar di hadapannya. Ia tak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh istrinya itu. Sejenak, ia menghentikan pekerjaannya. Ia malah teringat akan kejadian semalam.
Tak lama dari situ, ia mendengar suara deruman mobil. Ia mengintip dari jendela, dilihatnya, mobil sang istri keluar dari garasi. Namun ia tetap tidak peduli. Malah ia senang dengan kepergian wanita itu.
Ini kesempatan baginya untuk menemui Nindya, ia pun beranjak dari tempatnya. Sebelumnya ia menutup laptop terlebih dulu. Dengan tergesa, ia mencari keberadaan pembantunya itu. Namun, ia tak melihat keberadaan Nindya.
Ia terus mencari, hingga akhirnya, ia menemukan keberadaan Nindya. Gadis itu tengah membereskan tempat tidurnya.
Klek, pintu kamar ia kunci.
Nindya yang mendengar langsung menoleh, ia terkejut dengan kedatangan majikannya apa lagi pria itu mengunci pintunya. Apa yang akan dilakukan pria itu? Sampai-sampai pintu dikunci olehnya.
"Nindya." Andra mendekat.
"Iya, Tuan." Gadis itu menunduk, ia tak berani menatap wajah majikannya.
"Aku akan bertanggung jawab." Ucapnya dengan serius.
Yang tadinya menunduk, Nindya langsung mengangkat wajahnya, menatap ke arah wajah majikannya dengan tatapan terkunci.
"Aku akan menikahimu."
"Tidak, Tuan. Aku tidak mau Tuan melakukan itu. Aku tidak ingin menjadi orang ketiga di sini, lagian, aku sudah melupakan kejadian semalam. Jadi tolong, jangan bahas masalah ini lagi." Nindya tidak ingin semua orang tahu apa yang telah terjadi dengannya juga majikannya.
Nindya pun melangkahkan kakinya, berniat meninggalkan kamar itu. Ia tidak ingin kehilangan pekerjaannya, karena ia sebagai tulang punggung keluarga. Ia harus menafkahi ibu dan adik-adiknya di kampung.
"Kenapa? Apa kau tidak mencintaiku?"
Langkah Nindya terhenti tepat di depan pintu, menoleh ke arah majikannya sepintas. Lalu kembali fokus untuk keluar, ia membuka kunci pintu dan segera ia pergi.
"Arrggghhh." Andra menyeka barang-barang yang ada di atas meja rias istrinya. Seketika barang-barang itu berserakan di lantai. Harus dengan cara apa supaya ia bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya pada gadis itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™
perjodohan memang sangat sulit untuk bahagia. apalagi jika sudah ada kekecewaan.
2022-07-29
1
mama yuhu
sudah terlanjur sakit aku Aileen 😩😩😠
2022-07-10
3
Andini Septiani
seruuu
2022-06-01
1