Oke... kita lanjut. Part ini sedikit bermain di perasaan dan gerakan 21+. Author rasa jika udah ada godaan seperti Part sebelumnya, udah paham yah. Tenang author akan buat agak slow dan romantis alias rokok makan gratis.
Kita kenalan dulu sama tokoh pendukung utama, dan karakter masing-masing. Biar nggak gagal paham dan akhirnya kita jadi salah paham, hahaha...
Next..
Nama: Dinata Baros Alkhairi
Usia: 47 tahun
Berdarah Sakai asli pedalaman.
Owner Perusahaan Air Bus Pariwisata di Langlai Baros Group Jakarta dan Bandung.
Tinggal: Bandung
Karakter: Sadis, egois, keras kepala, penyayang, sedikit nakal.
Suami dari Maride Sibuea.
Papi dari Leonal Alkhairi Baros dan Berlin Alkhairi Baros.
Pria Idaman Parassani Chaniago.
Nama: Maride Sibuea
Usia: 45 tahun
Berdarah Batak dan Australia
Pewaris tunggal harta Keluarga Opung Pardede Sibue.
Pionir Perusahaan Air Bus Pariwisata di Langlai Baros Group Jakarta dan Bandung.
Tinggal: Bandung
Karakter: Bawel, nada bicara selalu 3 oktaf, baik hati, setia dan garang.
Istri dari Dinata Baros Alkhairi
Mami dari Leonal Alkhairi Baros dan Berlin Alkhairi Baros.
Pariban Silutak Panjaitan.
Nama: Silutak Panjaitan
Usia: 47 tahun
Berdarah Batak.
Owner Pengusaha Otomotif Kapal Pesiar.
Tinggal: Singapura
Karakter: Picik, egois, keras kepala, cuek dan nakal.
Suami dari Margareta Aleka
Papi dari Sintya Aleka Panjaitan
Pariban Maride Sibuea.
Kekasih gelap Parassani Chaniago.
Nama: Margareta Aleka
Usia: 40 tahun
Berdarah Austria dan Spanyol.
Istri Pengusaha Otomotif Kapal Pesiar.
Tinggal: Singapura
Karakter: Lembut, setia, keras kepala, cuek.
Istri dari Silutak Panjaitan
Mami dari Sintya Aleka Panjaitan
Pariban dan Sahabat Maride Sibuea.
Musuh bebuyutan Parassani Chaniago.
Inilah Visual penting di cerita ini.
Anak-anak mereka sudah Author buka diawal. 🥰❤️
__________************
Siang menjelang sore, suasana kota Pekanbaru teramat panas. Membuat Paras hanya terdiam menikmati perjalanan menuju Perusahaan Kennedy. Mendengar alunan music Cobalah Mengerti by Peterpan, Ariel Noah atau apalah. Yang penting cobalah mengerti judulnya.
Paras terlelap melepas kantuk, tentu Leonal menyambut kepala sang direktur dibahunya.
Leo sangat sigap memberi bahu kekarnya pada wanita ndut nan lucu itu.
Leo tersenyum tipis, melihat kearah yang sangat memukau, dua gunung krakatau yang sanga besar.
"Hmmm, terlihat indah dan sempurna!" batin Leo bersusah payah menidurkan si dede unyun yang naik turun sejak tadi malam.
"Gini amat gue nahan semenjak jadi duda!" usap Leo pada wajahnya.
Mobil berhenti disebuah gedung perkantoran pribadi berlantai tiga. Tampak security menyambangi mereka, untuk membukakan pintu penumpang. Sopir menekan tombol lock terbuka secara otomatis, Popy turun lebih dulu.
Leo melihat dua mobil Jaguar parkir di bawah kanopi.
Deg,
Perasaan Leo semakin tidak menentu, "apakah Papi dan Mami ada disini? jika mereka disini, ngapain kami kesini?" batinnya, mengusap lembut pipi tembem Paras.
"Dear, wake up, kita sudah sampai," ucap Leo sangat lembut.
Paras terjaga, menatap keindahan Leo dihadapannya, "hmm udah sampai yah, sory aku ketiduran," ucapnya bergegas turun dari mobil.
Leo membantu Paras memperbaiki bajunya, agar terlihat rapi.
"Terimakasih!" ucap Paras didepan wajah Leo.
Leo tersenyum, menginjakkan kaki dihalaman kantor Kennedy.
"Sudah lama aku tidak bertemu beliau! pasti beliau semakin gagah dan mempesona!" batin Leo.
Leo menunggu Paras, jika tidak dikantor orang, mungkin Leo akan menggandeng mesra tangan Paras. Tapi ini tidak mungkin, Leo harus menjaga etika.
Cekreeek,
Pintu dibuka oleh seseorang pelayan.
"Selamat siang Tuan Leonal! silahkan, Tuan Kennedy sudah menunggu di ruangan lantai dua," ucap pelayan pada Leo dan Paras.
Sheer,
"Kenapa mereka mengenal Leonal? apakah dia putra Kennedy?" batin Paras tersenyum mengikuti langkah kaki Leo.
Leo mempersilahkan Paras lebih dulu menaiki anak tangga, menuju lantai dua. Tentu dengan wajah menunduk ingin tertawa, karena Paras paling anti dengan anak tangga.
"Leo, nggak ada lift yah!" bisik Paras dengan nafas terengah.
"Naik cepet, kalau lo jatuh gue ketimpa di bawah!" kekeh Leo menghibur Paras.
Akhirnya satu satu anak tangga, berhasil Paras naikin walau dengan terengah-engah.
Pelayan tersenyum, "Tuan Leo, lift ada di ujung sana lo," bisiknya ketelinga Leo.
"Ssst olah raga. Biar langsing," kekeh Leo menjawab pelayan.
Pelayan tertawa kecil, "Tuan mau minum apa?" tanyanya.
"Nona ndut buatin kopi susu tanpa gula, saya kopi," senyum Leo.
"Baik Tuan," tunduk pelayan berlalu meninggalkan Leo.
Paras masih terengah mengatur nafas berpegangan pada dinding untuk mengatur nafas.
"Hhhuuufgh capek banget gue!" rungut Paras.
"Yuukz, kita santai diruangan Uncle Kennedy!" ucap Leo tanpa sadar.
"What? Uncle? berarti Kennedy paman lo? pantas lo di gaji besar sama Tuan Baros!" kesal Paras.
"Ck trus gue mau manggil apa? nama? dia itu belum menikah, usianya diatas lo! kalau lo mau silahkan, tapi setau gue, dia lagi menjalin relationship sama gadis muda," jelas Leo panjang lebar berusaha menghindar dari ucapannya.
"Hmm nggak tertarik! gue tertariknya sama lo!" bisiknya ketelinga Leo membuat bulu wajah Leo meremang merindu.
"Eeegh gue free yah!" kekeh Leo menggoda, mendorong pintu ruang meeting Kennedy.
Cekreeek,
Mata Leo beradu tatap dengan Baros dan Maride. Leo menutup pintu cepat menahan Paras memasuki ruangan. Jantungnya berdegub lima kali lebih kencang, takut penyamarannya terbongkar.
"Ngapain mereka disini!" geram Leo dalam hati.
Paras melihat wajah Leo menggeram, bertanya penasaran.
"Kenapa?" tanya Paras berbisik.
"Hmm nggak apa-apa! yuk masuk," Leo menarik nafas dalam, membuka pintu untuk Paras dan ternyata, eng ing eng...
Maride sudah melotot dihadapannya membuka pintu lebar.
"Ooogh shiiit!" batin Leo.
Leo tersenyum menatap Paras, beberapa kali mengedipkan mata kearah Maride dengan wajah tersenyum.
Paras terlihat bingung, "Ibu!" ucapnya mengambil tangan Maride yang berkacak pinggang melototkan mata ke arah Leo, mencium punggung tangan Maride sambil menunduk.
Leo meletakkan jari telunjuk di bibirnya, memejamkan mata, memohon agar Maride lebih tenang.
Kennedy dan Baros mengalihkan perhatian Paras segera mendekatinya.
Sementara Leo memilih keluar dari ruangan, berpura-pura ingin ke toilet.
Kennedy mengangguk mengerti, begitu juga Baros.
Maride yang sejak tadi menahan lambenya agar tidak merepet karena sudah beberapa bulan tidak bertemu mengikuti langkah Leo menuju pantry belakang. Untung ruangan Kennedy kedap suara. Kalau tidak, habis lah saya, batin Leo.
"Ooogh mau jadi anak durhaka kau yah! aku sumpah kau jadi babi, buat ngepet aku! nggak pulang-pulang! buat kesal aku aja kau! nggak rindu kau sama mamak?" racau Maride dibelakang Leo.
"Mami please ssst, nanti kedengaran sama si ndut!" ucap Leo meletakkan telunjuknya ke bibir Maride.
"Iya!" tunduk Maride nurut apa kata sang putra.
"Tapi kau nggak pulang! nggak rindu kau sama aku? malah sibuk kau sama siapa itu! Alondo? Siapa Alicia! Dimana dia?" geram Maride menatap wajah Leo.
"Aaaagh dia di kampungnya lah! apa pula aku sibuk sama dia! aku sibuk urusin kerjaan, Berlin nggak ngomong sama Mami? aku tadi malam bobo sama Sintya!" rengek Leo memeluk tubuh gembul sang ibu.
"Apaaaaaa!!!! Sintya?" kejut Maride,
"Apa nggak ada anak gadis yang lain, yang bisa kau panjat?" kesal Maride jika mendengar nama Sintya.
"Ssst Mami, kecilin dong suaranya! nanti denger sama direktur pilihan Mami tuh!" sungut Leo kesal.
Maride memajukan bibirnya, mencondongkan tubuhnya kearah sang putra,
"Cok dulu kau cari produk Indonesia! orang Ambon, Manado, Cina. Jangan bule terus seleramu! sama kali kau sama si Baros! biar ganti keturunanku, ada sipit sipit gitu! ada kau dengar kata Mamak Leo?" ucap Maride serius tapi jika orang mendengar pasti tertawa.
"Ck capek Mi! kenalan lagi, nyari lagi! malas aku! udahlah, kita masuk! nanti curiga si Paras, Mami! dipecatnya aku," kekeh Leo berlalu meninggalkan Maride.
"What pecat? aku yang campakkan dia ke laut Dumai sana!" tegas Maride menahan lengan sang putra,
"Kau peluk dulu Mamak. Mamak rindu!" pintanya lembut membuka kedua tangannya untuk Leonal sang pewaris harta kekayaan Baros dan dirinya.
Leo memeluk Maride dengan perasaan sayang, rindu dan kesal, "kenapa Mami nggak ngasih tau kalau kesini!" sungut Leo.
"Kenapa? Nggak suka kau jumpa Mamak?" nada Maride kembali berubah 2 oktaf.
"Bukan Mami, kalau Mami kesini, aku ke Bali! Ngurusin rujuk ku sama Sintya!" jujur Leo.
"Kepala kau! rujuk! udah di campakkan nya kau, mau balik pula! ooogh amang, bodoh kali kau Leo!" kesal Maride menggeram.
"Sayang Mi, kalau di lepas! masih virgin!" bisik Leo pada Maride.
"Anak setan! coba tak bisa kau kasih aku cucu, ku keluarkan kau dari kartu keluarga! cepat kau bongkar segelnya! bodoh kali kau jadi laki-laki! nggak cekatan, sama kayak si Baros! ngangkang dulu baru ngences!" ucap Maride tanpa rasa malu.
"Iiighs Mami ni, udah ayuuk!" kecup Leo pada kedua pipi tembem Maride.
"Pandai kali lah anak aku ni ambil hati! mau makan saksang dimana kita?" kekeh Maride.
"Udah aaagh, nanti kumat lagi jiwa merepet Mami kalau makan saksang! makan seafood aja kita nanti malam yah! aku traktir Mami!" kecup Leo pada punggung tangan Maride.
"Serius kau yah! awas kau bohong! aku campakkan kau ke Sungai Siak!" ancam Maride.
"Serius, kita makan seafood dan durian! besok kalau kejang, aku tinggal pesan oven buat kremasi!"
Leo berlalu sebelum Maride menamparnya.
"Leonaaaaaaal!" geram Maride yang sudah ngacir meninggalkannya.
"Anak durhaka, bisa kali dia buat mamaknya bahagia!" bisiknya menuju ruangan Kennedy menyusul Baros dan Leo.
Kurang panaaas yah... 🤭😂
Jangan lupa Like dan Vote. ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
LO PANGGIL UNCLE, PADAHAL PACAR ADIK LO WANITA DOYAN LLAKI TUA.
2023-03-12
0
Sulaiman Efendy
TERGODA LEO, TPI DLU MAU JDI PEMUAS SILUTAK LKI2 TUA...JGN2 PERAWAN LO SILUTAK YG MNCICIPINYA..
SI LEO JUGA BGITU, MSH TK BSA LPASKN SINTYA, TPI NAFSU JUGA KE PARAS.
2023-03-12
0
Sulaiman Efendy
SI GENDUT PARAS JUGA, MAU2NYA SAMA LKI2 TUA PAPANTA SINTYA, SAMPE RELA ENAK2...
2023-03-12
0