Enam minggu berlalu dengan cepat, kini laporan akhir Zia sudah diterima dan seminggu lagi dia harus ujian.
“Kak, bagaimana laporanmu? Sudah diterima?” tanya Zea saat mereka sedang sarapan pagi.
“Alhamdulillah sudah dek, minggu depan kakak akan mengikuti ujian.” Ucap Zia.
“Alhamdulillah jika begitu. Mama sama papa bangga padamu.” Ucap Alya.
“Makasih Ma.” Ucap Zia, Gibran hanya mengelus kepala putri sulungnya itu.
“Kalian gak tahu aja jika aku menyembunyikan sesuatu dari kalian!” batin Zia memandang keluarganya yang sedang sarapan.
Zia memang sudah kembali ikut sarapan dengan mereka pasca seminggu kejadian malam itu.
“Kak, gak biasanya loh kakak makan banyak kayak gini. Kakak seperti wanita hamil saja.” Ucap Zea tiba-tiba yang melihat kakaknya itu sarapan banyak.
“Heehh,, kamu kok ngomongnya gitu sih dek, bagus dong kakak kamu makan banyak. Makan sayang, jangan pikirin perkataannya.” Ucap Alya.
“Zea gak salah Ma, kakak itu gak biasanya makan banyak kaya gitu.” Ucap Zea.
Sementara Zia hanya diam mendengarkan perkataan adiknya itu sambil mengingat kapan dia terakhir datang bulan.
“Ma, Pa, Zia berangkat yaa. Ada yang harus Zia lakukan.” Ucap Zia tiba-tiba berdiri.
“Eeehh,, tambah lagi makannya sayang, jangan pikirin perkataan adikmu.” Ucap Alya.
“Gak kok Ma. Zia memang sudah kenyang kok. Zia pamit.” Zia menyalami kedua orang tuanya lalu pergi.
“Kamu sih dek!” ucap Alya.
“Sudahlah Ma, mungkin kakak memang masih punya urusan. Ayo dek kamu lanjutkan sarapanmu.” Ucap Gibran.
Mereka pun melanjutkan sarapan mereka.
***
Sementara disisi lain.
Huek,, huek,, huek,,
“Ah, penyakit apa ini?” pikir Pras bingung karena sebulan ini dia mengalami mual dan muntah dipagi hari dan dia juga suka makanan yang asam dimana makanan itu adalah makanan yang dia benci.
Tuut,, tuut,, tuut
“Hans, aku ingin menemui dokter hari ini. Segera buat perjanjiannya.” Ucap Pras begitu telepon tersambung.
“Apa tuan masih sering mual dan muntah?” tanya Hans hati-hati.
“Iya, makanya aku harus melakukan pemeriksaan.” Ucap Pras.
“Tapi bukankah tuan selalu menolak dibawa ke dokter?” tanya Hans lagi.
“Gak sepertinya kau benar, aku harus memeriksakan diri agar tahu apa yang terjadi padaku. Kau buatkan aku janji dengan dokter.” Ucap Pras.
“Baik tuan.” Ucap Hans.
Sambungan telepon pun akhirnya terputus.
***
Singkat cerita kini Pras sudah ada di rumah sakit dengan ditemani oleh Hans.
“Apa keluhan yang sering tuan rasakan?” tanya dokter.
“Saya sering mengalami mual dan muntah dipagi hari dokter.” Ucap Pras.
“Selain itu?” tanya dokter lagi.
“Saya juga jadi menyukai makanan asam padahal saya tidak pernah melakukan itu sebelumnya.” Ucap Pras ragu.
“Sepertinya istri anda sedang hamil saat ini.” Ucap dokter itu.
“Istri? Hamil?” tanya Pras kaget. Hans pun ikut kaget mendengar penjelasan dokter itu.
“Iya. Hal ini bisa saja terjadi. Ini disebut dengan couvade syndrome, dimana calon ayah yang mengalami ngidam.” Jelas dokter itu.
“Selamat tuan atas kehamilan istri anda. Jika anda belum percaya ajaklah istri anda ke dokter kandungan.” Ucap dokter itu tersenyum yang langsung mengerti bahwa pasti ada masalah yang dialami pria didepannya ini.
Pras dan Hans pun segera keluar begitu dokter itu memberikan obat pereda mual untuk Pras.
“Hans, apa tetap belum ada petunjuk apapun?” tanya Pras saat mereka sudah di mobil.
“Maaf tuan, kami sudah memeriksa dan mencarinya tapi tetap tidak ada petunjuk apapun.” Ucap Hans hati-hati karena dia tahu saat ini tuannya itu sedang dalam suasana hati kurang baik.
“Hans, aku yakin saat ini dia sedang hamil anakku. Anakku Hans.” Ucap Pras frustasi.
“Sepertinya dia memang sudah mengutukku Hans. Aku harus bagaimana agar bisa menemukannya. ” ucap Pras putus asa.
Hans yang melihat tuannya seperti itu pun menjadi tidak tega dan bertekad untuk menemukan gadis yang ditiduri tuannya itu.
***
Keesokan paginya di rumah Zia dia pun segera ke kamar mandi untuk memastikan dugaannya.
“Ha? Ini beneran?” gumam Zia begitu melihat garis dua di tespeknya yang dia pegang. Seketika kaki Zia melemah dan airmata pun sudah menetes dipipinya.
“Gak mungkin, jangan menangis Zia. Sepertinya barang ini saja yang salah.” Ucap Zia berusaha menyangkal.
Diapun kembali melakukan tespeck tapi lagi-lagi hasilnya tetap positif.
Zia pun melakukan pengecekan itu selama tiga hari berturut-turut dengan tespeck yang berbeda tapi tetap saja hasilnya positif. Akhirnya Zia pun percaya bahwa dia memang sedang hamil.
***
Hari ini akhirnya ujian Zia selesai.
“Selamat kakak!” ucap Zea sambil memberikan buket bunga untuk kakaknya itu. Yah, Zea menemani kakaknya itu untuk ujian.
“Makasih adikku sayang.” Ucap Zia.
Sementara di rumah.
“Pa! papa!” panggil Alya memanggil suaminya.
“Ada apa Ma teriak-teriak. Ada apa sih?” tanya Gibran mendekati istrinya.
“Lihat ini Pa!” ucap Alya memperlihatkan benda ditangannya.
“Positif? Punya Mama?” tanya Gibran kaget.
“Bukan, punya putri kita.” Jawab Alya.
“Putri kita? Siapa? Apa alat praktiknya Zea?” tanya Gibran.
“Bukan pa, ini punya kakak.” Ucap Alya.
“Zia? Maksud mama apa? Gak mungkin Zia hamil. Mungkin itu untuk penelitiannya.” Ucap Gibran.
“Mama juga begitu tadi mikirnya tapi coba papa lihat ini.” Ajak Alya ke kamar putri sulung mereka itu.
Gibran pun mengikuti istrinya itu dan melihat di sebuah kotak kecil ada begitu banyak tespeck dan hasilnya sama semua yaitu positif da nada kertas bertuliskan “Kenapa ini harus terjadi padaku Tuhan? Dosa apa yang telah aku lakukan hingga harus menjalani ini? Ingin rasanya aku berteriak dan mengatakan bahwa aku gak sanggup menerima cobaanmu ini. Ingin rasanya aku menyalahkanmu tapi seketika aku sadar bahwa semua ini ujian yang kau berikan padaku. Ingin rasanya aku menolak pemberianmu ini tapi seketika aku sadar bahwa ini adalah anugerahmu untukku. Tapi mengapa kau berikan dia sekarang, aku bukan ingin menolaknya Tuhan tapi aku gak tahu harus bagaimana menerimanya. Maafkan aku jika suatu hari nanti aku akan menjauh darimu. Tapi aku berharap semoga itu tidak akan terjadi. Aku mencintaimu Yaa Allah tapi,,” begitulah isi kertas itu, bahkan kertas itu ajak-ajakkan begitu juga tulisannya dan ada bekas airmata juga disana.
“Kita tanyakan nanti setelah dia tiba.” Ucap Gibran dan diangguki oleh Alya. Mereka pun segera keluar dari kamar putri sulung mereka itu.
Malamnya saat mereka sudah selesai makan malam.
“Kak, ada yang mau papa dan mama bicarakan denganmu.” Ucap Gibran begitu selesai makan malam. Zia pun hanya mengangguk.
Saat ini mereka sudah ada di ruang keluarga.
“Kak, apa nggak ada yang ingin kamu katakan pada kami?” tanya Alya sambil menatap putrinya intens.
Zia yang mendengar perkataan mamanya itu jadi bingung. Zea pun ikut memandang mamahnya penasaran.
“Apa Zia melakukan kesalahan?” tanya Zia akhirnya karena dia belum mendapatkan selamat apapun dari kedua orang tuanya itu sejak dia kembali.
“Papa tanya apa kau yakin tidak membuat kesalahan?” tanya Gibran tajam kepada putrinya.
“Pa, kita sudah setujui untuk menanyakan ini baik-baik. Kak, apa kau,,” ucap Alya.
“Apa kalian sudah mengetahuinya?” tanya Zia akhirnya mengerti bahwa orang tuanya itu pasti ingin menanyakan hal yang sudah selama ini dia sembunyikan.
*
*
Happy reading guys !!😊
Jangan lupa like, komen, vote, dan favoritin
🙏🏻
Mohon maaf jika ada typo guys.🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Nendah Wenda
kasihan sekali Zia ya Allah ujian mu sangat berat
2023-11-07
0
Siti Nurmilah
hadeuh jd hamil kan zia nya
2022-07-07
0
Nazwa
terlalu singkat ceritanya...
2022-07-05
0