“Apa kalian sudah mengetahuinya?” tanya Zia akhirnya mengerti bahwa orang tuanya itu pasti ingin menanyakan hal yang sudah selama ini dia sembunyikan.
“Jadi katakan apa itu benar?” tanya Gibran menatap putrinya.
“Kalian ngomong apa sih, Zea gak ngerti.” Ucap Zea tiba-tiba karena dia bingung kenapa kedua orang tuanya itu seolah-olah mengintrogasi kakaknya.
“Zea, kau masuk kamarmu!” perintah Gibran.
“Gak, Zea akan disini.” Ucap Zea.
“Dek, ayo sana kau pergi. Kakak ingin bicara dengan papa dan mama.” Pinta Zia memohon.
Zea pun akhirnya menuruti perkataan kakaknya itu karena perintah kakaknya adalah hal mutlak untuknya karena dia sangat menyayangi kakaknya itu.
“Siapa ayah anak itu?” tanya Gibran begitu Zea pergi.
“Pa! Gak usah emosi. Putri kita pasti gak akan melakukan itu.” Ucap Alya.
Tiba-tiba Zia bersimpuh dihadapan kedua orang tuanya, “Maafin Zia! Semua itu benar. Zia sedang hamil tapi sungguh Zia gak tahu siapa pria itu.” Ucap Zia menangis.
“Bagaimana bisa kau tidak tahu siapa laki-laki itu. Apa kau berusaha melindungi bajingan itu?” tanya Gibran tegas.
“Pa, Tenang! Kak ayo berdiri, gak baik jongkok seperti itu. Ayo sekarang kamu ceritakan semuanya.” Ucap Alya menyuruh Zia duduk.
Zia pun menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewati kepada kedua orang tuanya itu, “Kakak! Kenapa menyembunyikan itu dari kami? ” tanya Alya.
“Maafin Zia Ma! Zia takut membuat kalian malu. Zia janji gak akan membuat kalian malu.” Ucap Zia memeluk mamanya itu. Alya pun memeluk putrinya itu dengan erat sambil menangis membayangkan apa yang telah dialami putrinya itu sendiri.
“Pa, maafin Zia! Zia berdosa pada papa. Zia janji gak akan membuat papa,,” ucap Zia.
“Sekarang lebih baik kau tidur, itu gak baik untuk kesehatanmu.” potong Gibran meninggalkan putri dan istrinya itu di ruang keluarga.
“Ma!” panggil Zia.
“Sudah yaa! Lebih baik kau tidur sekarang, itu gak baik untuk ibu hamil jika harus tidur larut.” Ajak Alya mengantarkan putrinya itu ke kamarnya.
Sementara Zea dari kamarnya yang menguping pembicaraan mereka ikut menangis karena tidak menyangka hal seperti itu terjadi pada kakaknya.
***
Keesokan paginya, seperti biasanya mereka saat ini sedang sarapan. Semuanya diam, tidak ada yang bicara dan hanya fokus dengan sarapan dihadapan mereka.
Tiba-tiba Zea bersuara untuk memecah keheningan.
“Kak, ayo makan! Ini baik untuk ka,,” ucap Zea terpotong.
“Kamu sudah tahu? Apa kamu menguping lagi?” tanya Zia berusaha tersenyum.
“Maaf kak! Tapi kakak harus kuat begitu juga dengan calon keponakanku dia harus sehat. Ayo makan ini.” Ucap Zea mengambilkan makanan untuk kakaknya itu. Zia pun hanya tersenyum menerima makanan dari adiknya itu.
“Pa! ini bagus untuk kesehatan papa.” Ucap Zia sambil mengambilnya lauk untuk papanya. Gibran pun hanya diam menerima lauk yang diberikan putri sulungnya itu.
“Kak, kamu makan juga ini.” Ucap Alya memberikan makanan untuk Zia. Zia pun tersenyum menerimanya.
***
3 hari berlalu.
“Kak, ini aku punya sesuatu untuk kakak!” ucap Zea sambil menyerahkan sepasang sepatu bayi kepada kakaknya itu.
“Makasih dek! Tapi kok kamu belinya warna biru?” tanya Zia.
“Karena aku yakin bahwa calon keponakanku itu pasti cowo.” Ucap Zea tersenyum.
Zia hanya tersenyum mendengar perkataan adiknya itu. Yah, semua keluarganya memperlakukannya seperti biasa, seperti tidak ada yang terjadi bahkan mereka menjadi lebih memperhatikannya. Begitu juga dengan papanya, dia menunjukkan perhatiannya secara tidak langsung. Kedua orang tua Zia bukannya tidak marah bahwa putri kebanggaan mereka hamil diluar nikah tapi mereka hanya berusaha menerimanya karena walau bagaimanapun bayi dalam kandungan Zia tidak bersalah dan itu tetaplah cucu mereka. Zea pun seperti itu, dia tetap menghormati kakaknya seperti biasa, baginya kakaknya tetap panutannya.
“Kamu gak marah pada kakak dek?” tanya Zia.
“Kenapa aku harus marah? Emang kakak membuat kesalahan?” tanya Zea menatap kakaknya itu.
“Kamu gak malu punya kakak yang hamil tanpa suami?” tanya Zia lagi.
“Buat apa aku malu. Aku yakin kakak gak mungkin berniat melakukan itu hanya saja takdir yang mempermainkan kakak. Aku yakin kakak pasti bisa menjalani ini. Kakak itu hebat, kakak itu kebanggaanku. Pokoknya kakak jangan memikirkan apapun itu gak baik. okay!” Ucap Zea memeluk kakaknya.
“Makasih dek!” ucap Zia.
“Ya sudah jika begitu aku pergi dulu ya kak. Aku harus ngerjain tugas karena dosennya kiler. Kakak jaga keponakanku dengan baik.” pesan Zea sambil berlalu keluar.
Zia hanya menatap kepergian adiknya itu dengan sendu, “Maafin kakak dek! Sepertinya kakak gak bisa melakukan apa yang kau minta. Kakak lebih baik kalian memarahi kakak daripada harus seperti ini.” Batinnya.
Zia pun segera mengambil sesuatu dan mulai mengerjakannya.
***
Sementara di sisi lain.
“Obat apa ini Pras?” tanya Celine sambil melempar sebuah botol obat pada putranya begitu putranya sampai dari kantor.
“Itu,,” ucap Pras sambil melihat botol obat itu.
“Ngapain kamu minum obat pereda mual? Apa kamu menghamili seorang gadis?” tanya Celine tajam.
“Ada apa ini ribut-ribut?” tanya Andrew melihat istrinya berteriak pada putra mereka.
“Lihatlah pih putramu. Dia minum obat pereda mual, sepertinya dia mengalami ngidam sepertimu dulu. Entah siapa gadis yang telah dia hamili.” Ucap Celine.
“Sabar Mih. Pras ayo ceritakan semuanya!” pinta Andrew.
Pras pun menceritakan semua kejadiannya.
“Lalu apa kau belum menemukan gadis itu?” tanya Andrew.
“Belum pih, aku sudah mencarinya kemana-mana tapi hasilnya nihil bahkan CCTV dihotel itupun tidak merekam gadis itu.” Ucap Pras.
“Lalu apa hanya itu perjuanganmu untuk menemukannya?” tanya Celine.
“Aku pasti akan mencarinya Mih sampai kapanpun.” Ucap Pras yakin.
“Tapi buktinya kau sudah hampir dua bulan kau belum menemukan apapun. Apa kau yakin menemukannya?” tanya Andrew.
“Aku yakin akan menemukannya walau harus sampai tua pun aku tetap akan mencarinya.” Ucap Pras.
“No! Gak boleh, papi gak setuju. Kau adalah pewarisku jadi kau tidak boleh hanya mencarinya. Kau hanya punya waktu sebulan lagi untuk mencarinya jika tidak kau harus melupakannya dan menerima perjodohan yang telah kami atur karena Mahendra Group butuh pewaris.” Ucap Andrew.
“Pih! ” protes Celine dan dijawab gelengan kepala oleh Andrew.
“Aku minta waktu dua bulan pih, aku akan mencarinya. Jika tidak maka aku akan menerima perjodohan kalian.” Ucap Pras yakin.
“Okay, baiklah. Ingat, dua bulan!” ucap Andrew tersenyum.
Pras pun segera pergi menuju kamarnya.
“Pih! Siapa yang akan kau jodohkan dengannya? Kok aku gak tau.” Ucap Celine.
“Itu hanya untuk menggertaknya mih. Aku pun gak punya siapapun calon untuk dijodohkan dengannya. Aku hanya ingin dia segera menemukan gadis yang telah dihamilinya itu. Dan seperti dugaanmu, kemungkinan besar gadis itu memang sedang hamil karena dia mengalami hal sama sepertiku saat kau hamil dia.” Ucap Andrew.
“Aku harap dia segera menemukan gadis itu, sepertinya dia gadis baik-baik.” ucap Celine.
“Ohiya, aku belum melihat putri kita. Dimana dia?” tanya Andrew.
“Biasa dia pergi ke vila mengunjungi Hanifa.” Jawab Celine.
“Dasar anak itu.” Ucap Andrew.
Sementara dikamar Pras, baru saja selesai menghubungi Hans untuk menyakan proses penyelidikannya.
“Apa kau kesusahan sekarang? Segitu bencinya kah kau padaku hingga tidak datang mencariku?” ucap Pras sambil memandang anting itu lagi.
*
*
Happy reading guys !!😊
Jangan lupa like, komen, vote, dan favoritin
🙏🏻
Mohon maaf jika ada typo guys
🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Nendah Wenda
semoga cepat di pertemukan kasihan Zia harus hamil tanpa suami
2023-11-07
0
Siti Nurmilah
tmbah penasaran jd nya thor
2022-07-07
0