Kurang lebih satu jam, Zia tiba di hotel Zeus. Sebelum mengahadiri pertemuan Zia melakukan sholat isya terlebih dahulu dan untuk sholat magrib dia sudah singga dimasjid yang dia lewati dijalan. Setelah dari sholat, Zia segera menuju ruang pertemuan.
Pertemuan itu dilaksanakan dalam ruang privat di lantai 6 hotel Zeus. Pertemuan ini juga antara sesama tenaga kesehatan. Ada berbagai banyak orang disana semua dari tenaga kesehatan. Zia pun segera duduk ditempat yang disediakan. Pertemuan itu dimulai pukul 08.00 malam.
Kurang lebih 90 menit pertemuan itu berlangsung. Setelah pertemuan itu selesai, Zia pun segera keluar setelah menandatangani daftar hadir.
Sementara disisi lain ada seorang pemuda yang sedang terburu-buru menuju sebuah kamar hotel sambil mengumpat.
“Kimy, awas kau. Beraninya kau melakukan ini padaku. Tunggu saja pembalasan dariku.” Ucap pemuda itu menahan sesuatu.
“Ah, sial.” Umpat pemuda itu sambil membuka pintu kamar hotel.
Sementara Zia yang sedang mencari toilet karena terlanjur kebelet pun mencarinya di lantai 5. Tapi tiba-tiba ada sebuah tangan yang menariknya.
“Ah,,” ucap Zia kaget karena ada yang menariknya.
“Siapa anda?” tanya Zia karena suasananya gelap.
Namun pemuda itu tidak menjawab dan justru mendorong Zia ke ranjang.
“Apa yang anda lakukan?” tanya Zia ketakutan karena saat ini pria itu sedang menindihnya dan dapat Zia rasakan napasnya.
Pemuda itu yang sudah dikuasai napsu karena pengaruh obat pun lagi-lagi tidak menjawab dan hanya berusaha menarik semua pakaian yang ada pada gadis dihadapannya. Yang ada dalam pikiran pemuda itu hanya bagaimana napsunya ini tersalurkan karena dia sudah begitu tersiksa.
Sementara Zia yang berusaha berontak percuma saja karena kekuatan pria itu lebih kuat darinya. Akhirnya malam itu Zia harus kehilangan kehormatannya yang selama ini dia jaga hanya karena laki-laki yang tidak dia kenal.
Tiga jam kemudian, Zia terbangun dalam kondisi tubuh polos. Zia yang menyadari apa yang telah dilakukannya segera beranjak dari ranjang dan mengenakan pakaiannya kembali dengan cepat tanpa memperdulikan rasa sakit pada bagian intinya. Saat itu Zia tidak bisa berpikir dengan jelas, yang ada dipikirannya hanya bagaimana dia keluar dari tempat ini. Zia dalam keadaanya kacau hingga menyalakan lampu untuk sekedar mengingat wajah pria yang telah menidurinya saja tidak lagi terpikirkan.
***
Zia kini sudah tiba dirumahnya jam 3 dini hari untung saja semua orang rumah masih tidur jadi tidak menyadari kedatangannya yang dalam keadaan kacau. Dia pun masuk dengan kunci cadangan. Setelah masuk dia langsung ke kamarnya dan membersihkan dirinya sampai menghabiskan sabun di kamar mandinya dan bahkan sampai azan subuh berkumandang dia tetap masih ada di kamar mandi sambil meratapi apa yang telah terjadi padanya. Dia menangis dalam kepedihan hanya air matanya yang menetes dan tanpa suara.
“Kak, apa kau sedang mandi?” teriak Zea dari luar.
Zia yang mendengar Zea berteriak pun segera sadar bahwa ini sudah subuh.
“Iya, kakak sedang mandi.” Balas Zia berteriak.
“Ayo cepat kak, kita harus sholat subuh berjamaah. Papa dan mama sudah menunggu.” Teriak Zea lagi.
“Kalian duluan saja dek, jangan menunggu kakak. Kakak akan sholat sendiri.” Teriak Zia sedih.
“Kakak gak pantas lagi untuk gabung dengan kalian dek. Kakak merasa malu pada kalian.” Gumam Zia yang saat ini sudah selesai mandi dan sedang memakai pakaian.
Zea pun segera bergabung dengan orang tuanya untuk melaksanakan sholat.
“Mana kakakmu?” tanya Gibran.
“Kata kakak dia akan sholat sendiri saja.” Ucap Zea.
“Ah, baiklah.” Ucap Gibran. Mereka pun segera melakukan sholat.
Sementara dikamar Zia.
“Yaa Allah apa hamba masih pantas melakukan ini kepadamu dalam keadaan kotor seperti ini?” ucap Zia sedih sambil memandang mukenahnya.
Dengan dipenuhi airmata yang menetes dipipinya dia pun meraih mukenahnya dan melaksanakan sholat. Setelah selesai sholat pun airmatanya tetap tidak behenti menetes sambil mengadu kepada tuhannya.
***
“Kakak mana?” tanya Alya karena tidak melihat putry sulungnya itu ikut sarapan.
“Kakak masih tidur sepertinya dia mengantuk. Lagian kakak juga hari ini gak ke kampus.” Jawab Zea.
“Tapi kok aneh ya? Ini bukan seperti Zia.” Gumam Alya.
“Sudah ma, biarkan dia istirahat mungkin dia memang kelelahan.” Ucap Gibran.
Akhirnya keluarga kecil itu sarapan tanpa Zia.
Sementara dikamar, Zia tertidur sambil memakai mukenah mungkin karena lelah menangis. Padahal dia hanya berpura-pura tidur saat Zea memanggilnya untuk sarapan.
Jam 08.00 pagi, Zia akhirnya terbangun dan segera melepas mukenahnya. Disaat dia akan memakai hijab, “Apa hijab ini masih pantas menutupi auratku? Sementara aku sudah kotor.” Ucap Freya lagi-lagi meneteskan air mata.
Saat dia memakai hijab dia baru menyadari bahwa salah satu antingnya gak ada. Zia pun segera memeriksa kembali hijab dan pakaian yang sudah dia letakkkan di tempat sampah. Tapi hasilnya nihil antingnya gak ada disana.
“Ah, sepertinya.,” ucap Zia mengingat kejadian semalam.
“Hiks,, hiks,, sepertinya kejadian itu memang nyata. Aku pikir itu hanya mimpi.” Ucap Zia jatuh tersungkur sambil memegang hijab pink kesayangannya.
Setelah puas menangis dia pun segera bangkit dan memutuskan untuk melupakan kejadian itu. Karena dia berpikir bahwa gak ada gunanya dia menangisi hal yang sudah terjadi. Saat ini yang ada dalam pikirannya yaitu bagaimana laporan akhirnya segera selesai dan diterima.
Untuk hal-hal yang mungkin akan terjadi selanjutnya nanti akan dia pikirkan bagaimana menjalaninya. Zia memang mungkin berusaha melupakan kejadian itu tapi tetap saja hal itu selalu terbayang dalam benaknya karena kejadian itu adalah kejadian dimana dia harus kehilangan sesuatu yang sangat berharga untuknya.
***
Sementara disisi lain, seorang pemuda baru saja terbangun begitu ponselnya berdering.
“Halo, siapa ini?” tanya pemuda itu tanpa melihat siapa yang menelponnya.
“Halo, tuan muda. Ini saya Hans. Tuan besar sedang menunggu anda sekarang.” Ucap Hans.
“Papi maksudmu?” tanya pemuda langsung terbangun begitu mendengar asistennya mengatakan itu.
“Iya, cepat kesini. Papi menunggumu.” Ucap pria dari seberang telepon dengan tegas.
Pemuda itu pun langsung segera menuju kamar mandi, tanpa menyadari bahwa tubuhnya polos tanpa sehelai benang pun.
Kurang lebih 15 menit pemuda itu selesai mandi dan segera keluar dari kamar mandi dan begitu melihat pakaiannya berserakan dilantai langsung saja kesadarannya kembali dan baru menyadari bahwa dia telah meniduri seorang gadis semalam.
“Apa yang telah kulakukan?” ucap pemuda itu kemudian.
“Dimana gadis itu?” tanya pemuda itu sambil mencari keberadaan gadis yang telah ditidurinya semalam namun hasilnya nihil. Dan tiba-tiba matanya melihat noda darah di seprai ranjangnya.
“Ah, sial. Sepertinya aku meniduri gadis yang masih perawan.” Ucap pemuda itu.
Pemuda itu pun segera menelpon seseorang, “Kau susul aku kesini?” ucap pemuda itu begitu telepon tersambung.
*
*
Happy reading guys,,😊
Jangan lupa like, komen, vote, dan favoritin.🙏🏻
Mohon maaf jika ada typo
🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Nendah Wenda
makin seru thor lanjut
2023-11-07
0
Siti Nurmilah
seru juga penasaran dengan nnti nya zia ktmu pras
2022-07-07
0