Davian pun kembali duduk di kursinya. Sambil menunggu Vidia bangun, Davian pun memainkan permainan yang ada di komputer kantornya.
Dia tidak berani membangunkan Vidia yang sedang tertidur lelap. Karena dia melihat jika Vidia sedang merasa sangat lelah.
Beberapa saat kemudian...
“Aaaaaa... Hoam,”
Vidia pun terbangun. Dia melihat ke sekeliling dan kemudian teringat kalau dia saat ini masih berada di dalam ruangan Davian. Di saat yang bersamaan, rupanya Davian sudah tahu kalau Vidia sudah bangun.
Tanpa menunggu lama, Davian pun langsung mengajak Vidia untuk pulang.
Dalam perjalanan, Vidia merasa bingung karena dia merasa kalau arah yang dituju oleh Davian bukanlah arah menuju kost-kostan tempat tinggalnya.
“Pak Dav, kita ini mau ke mana? Bukannya kita mau pulang?” tanya Vidia.
“Ya memang kita mau pulang,” ucap Davian.
“Kalau kita benar-benar mau pulang, kenapa arahnya ke sini dan bukannya arahnya ke kost-kostanku?” tanya Vidia lagi.
“Siapa yang bilang kalau kita akan pulang ke kost-kostanmu?!” ucap Davian.
“Hah?”
Mobil pun terus melaju hingga sampai di suatu tempat. Davian pun lalu memarkirkan mobilnya dan turun.
Tak lama kemudian, pintu mobil sebelah kiri pun di ketuk dan kemudian Vidia pun tersadar kalau dia pun juga harus turun.
Dengan masih bingung, Vidia pun mengikuti langkah Davian.
Saat sudah berada di dalam, Davian pun berkata, “Rumah ini adalah rumah pribadiku. Untuk setahun ke depan, kamu tinggallah di sini. Sekarang kamu istirahatlah. Besok kita akan bertemu orang tuaku.”
Sambil berkata seperti itu, Davian pun menunjukkan di mana kamar yang akan menjadi kamar Vidia untuk satu tahun ke depan. Tentunya sesuai perjanjian, dalam satu tahun ini di larang adanya kontak fisik walau pun status mereka adalah suami istri.
Vidia pun mengangguk dan kemudian Davian pun pergi ke kamarnya sendiri.
***
Hari ini adalah hari di mana batas hari dari kesepakatan antara Davian dan Mama Fanya. Dengan mempersiapkan segalanya, dia berharap kalau Mamanya tidak akan mengingkari janjinya.
“Vid, aku berangkat ke kantor dulu. Nanti sore, kita akan ke rumah orang tuaku. Jadi kamu harus sudah siap saat aku pulang. O ya, jika kamu ingin makan sesuatu atau membuat sesuatu, kamu ambillah di kulkas. Semuanya sudah tersedia,” ucap Davian sambil merapikan pakaiannya dan hendak berangkat.
“Oh,...” sahut Vidia, “Bapak gak sarapan dulu?”
Davian pun menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aku gak terbiasa untuk sarapan.”
Davian pun kemudian melangkahkan kakinya ke luar. Namun sesaat kemudian dia pun berhenti dan berkata kembali, “Oh ya. Jangan panggil aku dengan sebutan Bapak. Ingat, kita suami istri jadi panggil saja aku dengan sebutan mas.”
Vidia pun melongo saat mendengar ucapan Davian. Namun untungnya dia lekas sadar dan akhirnya mengangguk sambil berkata, “Baik, Mas.”
Davian yang telah mendengar jawaban Vidia pun langsung pergi. Sementara Vidia yang sudah di tinggalkan sendirian di rumah pun langsung mengangkat kedua bahunya.
Vidia pun langsung melangkahkan kakinya menuju dapur dan kemudian membuka pintu lemari es.
“Waaaah.. ini lemari es atau supermarket?! Isinya komplit. Hampir semuanya ada di sini,” ucap Vidia dengan mata berbinar-binar sambil mengambil satu persatu yang dia mau masak.
Setelah beberapa saat kemudian...
“Baiklah. Kita mulai eksekusi kalian semua. Hahahaha...” ucap Vidia yang begitu senang memandangi bahan makanan yang ada di hadapannya.
Dengan tangan yang sangat lincah, dia pun memainkan pisau yang ada di tangannya sehingga pisau tersebut seperti sedang menari lincah.
Setelah melakukan beberapa proses masak, akhirnya makanan untuk dia mengisi perut pun telah siap.
“Ya. Kita makan!” ucapnya pada dirinya sendiri.
Sambil terus mengunyah sarapannya, Vidia pun tersenyum layaknya seperti dia sedang sangat menikmati apa yang ada di mulutnya.
“Aaaah.. nikmat. Perutku sekarang kenyang,” ucap Vidia sambil mengelus-elus perutnya yang kenyang.
***
Siang harinya, karena berhubung kuliah sedang libur. Vidia pun akhirnya hanya duduk manis di rumah sambil menonton televisi.
Saat Vidia sedang asyik-asyiknya menonton televisi, tiba-tiba saja ada seseorang yang langsung saja masuk ke dalam rumah sehingga membuat Vidia terkejut.
“Maaf. Mbak ini siapa, ya?” tanya Vidia baik-baik.
“Lha kamu sendiri siapa? Kok bisa ada di rumah Davian?” tanya wanita itu yang ternyata adalah Tasya.
“Aku,...”
Belum juga Vidia melanjutkan jawabannya, Tasya sudah terlebih dahulu berkata, “Oh. Aku tahu. Kamu pasti asisten rumah tangga kan di sini?”
“Aku,...”
Lagi-lagi Tasya memotong ucapan Vidia dengan berkata, “Oh ya. Tolong bilang pada Davian supaya malam ini pulang. Mama dan Papanya ingin berbicara padanya.”
“Baik,” sahut Vidia singkat
Dalam benak Vidia, dia bertanya-tanya tentang siapa Tasya ini. Kenapa dia terlihat seperti wanita yang sangat angkuh.
“Sudahlah. Bukan urusanku juga,” gumamnya santai sesaat setelah Tasya pergi.
***
Setelah Tasya datang ke rumah Davian, ternyata dia pun berani juga untuk datang ke kantor Davian.
Sesampainya dia di ruangan Davian, tanpa merasa malu, dia pun langsung bertingkah manja pada pria yang ternyata sudah beristri ini.
“Turun!” ucap Davian tegas yang menyuruh Tasya agar turun dari pangkuannya.
“Kenapa? Aku kan kangen. Kemarin kamu sama sekali gak pulang ke rumah orang tuamu,” sahut Tasya dengan nada manja.
“Bukan urusanmu. Sekarang aku bilang, turun!” ucap Davian dengan suara yang meninggi.
Karena tahu kalau Davian sudah terpancing emosi membuat Tasya pun segera turun dari pangkuan Davian.
“Gak asik,...” gumam Tasya namun tidak dihiraukan oleh Davian, “Oh ya, malam ini kamu harus pulang. Ada yang ingin di bicarakan oleh om dan Tante.”
“Kebetulan sekali. Aku pun juga berniat ke sana malam ini,” sahut Davian.
“Baguslah kalau begitu. Aku pamit pulang,” ucap Tasya.
“Hmm,” sahut Davian singkat.
Di saat Tasya hendak keluar, di saat yang bersamaan itulah Steven masuk.
“Eh. Udah mau balik?” tanya Steven heran.
Namun pertanyaannya ini tidak di hiraukan oleh Tasya. Dia masih terus melangkahkan kakinya ke luar.
Sementara Steven merasa bingung. Jangan-jangan sudah terjadi sesuatu sama mereka berdua.
“Dav, itu si Tasya kenapa balik?” tanya Steven.
“Mana kutahu. Bukan urusanku juga. Dia kan punya kaki. Suka-suka dia lha mau ke mana,” sahut Davian.
“Aih,” ucap Steven.
***
Sore harinya, seperti yang sudah di pesan oleh Davian sebelum berangkat kerja. Vidia pun berpakaian rapi dan cantik. Kebetulan dia memiliki sebuah pakaian yang sederhana namun terlihat anggun jika dia memakainya.
“Apakah seperti ini sudah cukup pantas, ya?!” gumam Vidia pada diri sendiri di depan cermin.
Sesaat setelah itu, terdengar suara mobil Davian. Vidia yang telah rapi dan siap pun akhirnya datang menghampiri Davian.
“Mas sudah pulang? Sini aku bawakan tasnya,” ucap Vidia yang langsung mengambil tas dari tangan Davian.
Davian pun bengong melihat sikap Vidia yang seperti ini.
“Mas, jangan menatapku seperti itu. Aku hanya sedang latihan untuk menjadi istri yang baik. Bukannya sebentar lagi kita akan ke rumah orang tuamu?!” ucap Vidia yang membuat Davian tersadar.
“Oh,” sahut Davian singkat.
***
Rumah orang tua Davian...
“Bukannya itu si pembantu rumah tangga yang tadi aku temui?!” gumam Tasya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments