Tatapan Davian pun semakin tajam menatap Vidia sehingga membuat Vidia merasa tidak bisa berkutik dan hanya terdiam mematung.
Dalam benak Vidia, dia merasa kalau secara logika memang benar dia sendirilah yang salah. Tapi jika harus benar-benar di minta untuk mengganti rugi kerusakan mobil, rasanya itu sangat berat. Soalnya dari yang dia tahu, kalau sekecil-kecilnya biaya perawatan mobil itu pasti masih di atas uang jatah bulanannya.
“Hadeuh, Vid. Kenapa lo tuh bodoh banget sih? Kenapa tidak kepikiran akan menjadi seperti ini?” rutuk Vidia dalam hati.
Karena melihat Vidia yang hanya diam saja, Davian pun berkata, “Kenapa diam saja? Baru sadar kalau kamu yang salah? Sekarang bagaimana? Apa kamu bisa mengganti rugi biaya kerusakan mobilku?”
Dengan ragu, Vidia pun bertanya, “Memang berapa biaya buat perbaikan?”
Davian pun terdiam sejenak. Terlintas ide untuk membuat Vidia agar mau membantunya untuk menikah dengannya. Dia mau tidak mau mengikuti ide yang di berikan Steve padanya kemarin.
“Semoga ini adalah jalannya supaya aku terbebas dari pertunangan itu,” gumam Davian dalam hati.
“10 juta,” sahut Davian to the point.
“Apa?! 10 juta? Mahal sekali,” protes Vidia.
\=\=Flash back On\=\=
“Eh. Lha..” Begitulah respons spontan yang di berikan oleh Steve saat mendengar jawaban dari Davian.
“Hmm, begini saja. Bagaimana kalau kita kerjain dia. Jika dia benar-benar datang mencarimu untuk meminta ganti rugi perbaikan motornya, kamu bilang aja ke dia kalau sebenarnya dialah yang salah dan harus mengganti rugi kerusakan mobilmu sebesar 10 juta. Gimana? Bagus gak ideku ini?!” ucap Steven dengan senyum penuh maksud.
“Gak, lha. Kasihan juga. Lagian biaya perbaikan kan gak sampai semahal itu. Aku jadi merasa seperti orang pemeras aja,” ucap Davian menolak ide dari Steven.
“Ya sudah,” sahut Steven.
\=\=Flash back off\=\=
“Iya. Bagaimana? Kamu bisa?” tanya Davian.
“Apakah tidak bisa kurang?” tanya Vidia penuh harap.
Davian pun menggelengkan kepalanya tanda dia tidak menerima negosiasi.
“Lalu aku harus gimana?! Aku mana ada uang sebanyak itu?” gumam Vidia lirih namun masih bisa di dengar oleh Davian.
“Begini saja. Aku punya penawaran untukmu. Bagaimana kalau kamu membantuku dan setelah tugasmu selesai, aku tidak akan mempermasalahkan soal biaya 10 juta itu lagi. Bagaimana?” tanya Davian dengan memasang wajah tenang namun padahal dalam hatinya dia cemas kalau akan gagal.
Vidia yang mendengar itu pun bertanya, “Memangnya apa yang bisa aku lakukan untuk bisa membantumu?”
“Kamu menikah denganku selama 1 tahun. Jika kamu tidak mau, maka uang yang 10 juta tadi ada bunganya sebesar 20% setiap bulannya sampai kamu benar-benar bisa melunasinya,” ucap Davian.
Mendengar ucapan Davian, mendadak emosi Vidia pun menjadi tersulut. Dengan nada emosi, Vidia pun berkata, “Hai Tuan Davian Putra yang terhormat. Anda ini sedang memeras atau memanfaatkan sih? Kenapa Anda dengan tega berkata seperti itu?”
Dengan senyum sinis, Davian pun berkata, “Ok jika kamu tidak mau. Aku sih gak masalah. Aku bisa mencari wanita lain yang mau membantuku. Sedangkan kamu, kamu akan selamanya terbelenggu pada uang 10 juta itu bahkan lebih.”
Davian pun setelah itu melanjutkan kembali pekerjaannya. Vidia yang merasa kalau dirinya sedang berada di sebuah istilah ‘Buah simalakama' ini pun akhirnya menyahut, “Baiklah. Aku setuju. Hanya satu tahun, kan?! Tapi sebelum itu, aku pun punya persyaratan.”
Davian lagi-lagi menghentikan pekerjaannya dan bertanya, “Apa itu?”
“Belum aku pikirkan,” sahut Vidia.
“Baik. Aku beri waktu sampai besok. Besok kita akan melakukan tanda tangan perjanjian dengan persetujuan syarat dari masing-masing pihak. Bagaimana? Cukup adil kan?” ucap Davian.
“Ok. Besok aku akan ke sini lagi,” ucap Vidia.
“Iya. Aku tunggu,” sahut Davian.
Vidia pun langsung pergi meninggalkan ruangan Davian. Sementara Davian yang sudah sendiri berada di ruangannya pun bergumam, “Mudah-mudahan ini adalah keputusan yang tepat.”
Sementara itu Vidia yang sudah berada di luar ruangan Davian pun terus menerus menggerutu. “Dasar muka batu hati iblis.”
***
Keesokan harinya, tiba di hari penentuan. Vidia dengan mantap menuliskan syarat yang harus disetujui oleh Davian.
Dengan langkah mantap, dia pun pergi ke kantor Davian. Seperti biasa, scurity pun selalu bertanya terlebih dahulu siapa yang Vidia cari.
Setelah beberapa saat kemudian, Vidia pun akhirnya sudah berada di dalam ruangan Davian.
“Bagaimana? Sudah bisa kita mulai?” tanya Davian tanpa bertele-tele.
“Ini,” ucap Vidia menyodorkan dua lembar kertas syarat perjanjian. Yang satu adalah yang asli yang akan di pegang oleh Davian dan yang satunya lagi adalah salinannya yang akan di pegang oleh Vidia sendiri.
Sama halnya dengan Vidia, Davian pun sudah menyiapkan dua lembar kertas syarat perjanjian.
Lalu mereka pun membaca dengan seksama isi syarat perjanjian tersebut.
Sebagai informasi, ada pun syarat yang mereka buat adalah...
• Syarat yang diajukan Vidia:
Hubungan di rahasiakan dari publik dan juga keluarga besar Vidia.
Selama perjanjian itu berlangsung, tidak boleh ada kontak fisik.
Tidak mengekang kebebasan masing-masing.
Jika masa waktu telah berakhir, otomatis harus langsung bercerai dan semua urusan selesai.
• Syarat yang diajukan oleh Davian:
Selama berstatus suami istri, wajib tinggal bersama.
Memerankan peran masing-masing saat berada di dalam keluarga besar Davian.
Tidak boleh ikut campur urusan pribadi masing-masing.
Jika salah satu ada yang melanggar, maka wajib membayar denda sebesar sepuluh juta rupiah.
Setelah membaca semua persyaratan yang diajukan masing-masing pihak, Davian dan Vidia pun menandatanganinya dan masing-masing membawa salinannya.
“Baik. Berhubung kita sudah mencapai kesepakatan, kini aku antar kamu untuk mengambil semua berkas-berkas data diri yang diperlukan,” ucap Davian yang berdiri dan mengambil jasnya.
“Hah? Buat apa?” tanya Vidia bingung.
“Sudah. Gak perlu banyak tanya. Lakukan saja,” ucap Davian yang kemudian pergi dengan di buntuti oleh Vidia dari belakang.
Setelah semua berkas data diri sudah terkumpul, Davian pun akhirnya mengajak Vidia ke suatu tempat.
“Sebenarnya kita ini mau ke mana?” tanya Vidia bingung.
Tapi oleh Davian bukannya di jawab malah di biarkan pertanyaan itu menggantung. Justru dia malah menaikkan kecepatannya sehingga membuat Vidia memegang erat-erat pegangan tangannya pada pegangan pintu mobil.
Sungguh kesal rasanya Vidia saat itu. Dia merasa kesal karena selain pertanyaannya tidak di hiraukan oleh Davian, dia pun harus mengalami sport jantung akibat mobil yang melaju kencang.
Setelah menempuh perjalanan beberapa saat, akhirnya mereka pun sampai di suatu tempat.
Antara percaya dan tidak percaya, Vidia pun akhirnya berkali-kali menepuk pipinya agar dia dapat tahu apakah yang di lihatnya itu benar-benar nyata ataukah hanya mimpi.
“Kamu kenapa?” tanya Davian melihat tingkah laku Vidia.
“Ini?”
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments