Percikan Cinta

Lebih dekat dan dekat lagi, lalu ustadz Rian mendekatkan wajahnya ke Nisa.

"Ada apa dengan ustadz nyebelin ini dan kenapa jantungku berdegup kencang sih." batin Nisa.

"Lain kali jangan nakal sama ustadz ya bayi gede," bisik pak Rian tepat di telinga Nisa dan ustadz Rian langsung menarik kuping Nisa.

"Sakit ustadz..." Lirih Nisa karena kupingnya di tarik oleh ustadz Rian.

"Ustadz bohongi saya, kalau hidung ustadz sakit ya," ketus Nisa.

"Iya emang ada apa," sahut ustadz Rian masih menarik kuping Nisa.

"Nggak ada apa-apa ustadz, pak tolonglah lepasin dong kuping saya. Masa sih bapak rela menarik kuping siswi bapak yang cantik ini," ucap Nisa memohon.

"Bapak akan lepasin, dengan syarat kamu minta maaf kepada bapak sekarang.." sahut ustadz Rian.

"Baiklah," lirih Nisa.

"Maaf. Udah selesai, sekarang ustadz lepasin" ketus Nisa.

"Gitu doang bapak tidak terima. Minta maaf itu harus tulus, ikhlas, dan sopan," sahut ustadz Rian.

"Minta maaf aja repot," ketus Nisa.

"Pak guru+ustadz ku yang tampan dan baik hati, saya minta maaf ya atas kesalahan saya hari ini," ucap Nisa meminta maaf dan terpaksa tersenyum.

"Gitu dong sopan, baiklah bapak memafkan kamu," sahut ustadz Rian dan melepaskan tangannya dari kuping Nisa.

"Sekarang kita akan mulai belajar membaca Al-qur'an, dan kamu ikut bapak," ucap pak Rian sambil berjalan ke tempat anak-anak yang sedang belajar membaca Al-qur'an.

Nisa pun mengikuti perintah ustadz Rian dan duduk dengan anak-anak yang juga sedang belajar membaca Al-qur'an.

"Ustadz itu siapa" tanya seseorang anak.

"Ini kakak Khairunnisa, dan dia akan ikut bergabung dengan kita untuk belajar membaca Al-qur'an," ucap ustadz Rian kepada anak-anak.

"Sudah gede tapi tidak bisa membaca Al-qur'an," sahut seorang anak yang mengejek Nisa dan anak-anak lain ikut tertawa.

"Ku makan kalian hidup-hidup nanti," ancam Nisa kepada anak-anak dan anak-anak langsung diam karena takut.

"Sudah jangan berkelahi dan kamu Khairunnisa dengan anak-anak saja ribut. Seharusnya kamu bisa mencontohkan kepada mereka dengan sikap yang baik," ucap pak Rian.

"Owh," ucap Nisa dengan kesal.

"Khairunnisa, sebelum kamu membaca Al-qur'an, kamu harus wudhu. Karena membaca Al-qur'an harus dalam keadaan suci," ucap ustadz Rian.

"Tapi ustadz, saya tidak tahu cara berwudhu," sahut Nisa dengan malu.

Anak-anak kembali menertawakan Nisa dan tak terkecuali ustadz Rian.

"Woy tidak lucu ya," ucap Nisa.

"Sinta (anak didik ustadz Rian) tolong kamu ajarin kakak Khairunnisa itu berwudhu," pinta ustadz Rian.

"Sinta takut sama kakak itu," sahut Sinta ketakutan.

"Baiklah biar ustadz yang ajarin kamu, dan kalian lanjutan membaca Al-qur'an," sahut pak Rian.

Ustadz Rian membawa Nisa ke tempat berwudhu lalu mengarinya.

"Tidak salah bapak memanggil kamu bayi gede karena kamu kaya anak kecil," kekeh ustadz Rian.

Nisa tidak menjawab pembicaraan ustadz Rian dan dia sungguh sangat kesal.

Ustadz Rian lalu mencontohkan kepada Nisa cara berwudhu dengan baik dan benar.

"Kamu bisa sendiri melakukannya kan,?" tanya ustadz Rian yang selesai berwudhu.

"Bisa lah, gitu mah mudah" sahut Nisa enteng.

"Alhamdulillah kalau gitu, ya sudah kamu berwudhu. Ustadz tunggu kamu di dalam," sahut ustadz Rian.

"Kenapa ustadz harus pergi, tunggu saja di sini. Ustadz tidak takut apa kalau aku kabur gitu..." ucap Nisa heran.

"Ustadz percaya kamu tidak akan kabur, kamu mau ibumu marah kepada kamu. Lagi pula Khairunnisa, di saat kamu berwudhu aurat kamu akan kelihatan nanti. Dan ustadz bukan mahram kamu," ucap ustadz Rian.

"Oo gitu ya," sahut Nisa pura-pura mengerti padahal tidak.

"Khairunnisa, sekarang ustadz akan memulai mengajari kamu dari surah pendek. Yang di mulai dari surah An-Nas," ucap ustadz Rian.

"Dengarkan bacaan ustadz dengan teliti dan benar," ucap ustadz Rian lagi.

"Iya ustadz..." sahut Nisa yang mulai bosan dan mengantuk.

Ustadz Rian sedang membaca surah An-Nas sementara Nisa tidak tahan lagi dengan kantuknya. Nisa lalu menyenderkan kepalanya ke tembok masjid lalu tertidur dengan pulas. Dengan posisi Al-qur'an menutupinya wajahnya.

"Astaghfirullah Khairunnisa," ucap ustadz Rian yang telah selesai membaca Al-Qur'an dan melihat Nisa yang tertidur.

"Ustadz kenapa kakak ini tidur," tanya seorang anak yang dengan ustadz Rian.

"Biar kan kakak Nisa itu tidur mungkin dia kecapean, kita lanjut saja membaca Al-qur'an," ucap ustadz Rian kepada anak-anak.

Hari sudah semakin gelap, kegiatan belajar membaca Al-qur'an selesai. Nisa masih tertidur pulas dan belum bangun juga.

Anak-anak pun berpamitan kepada ustadz Rian.

"Nyeyak aku tidur hari ini," ucap Nisa yang mengucek matanya dan baru bangun.

Nisa melihat sekelilingnya sudah sepi,dia hanya melihat ustadz Rian yang sedang membereskan Al-qur'an dan menaruh di tempatnya.

"Astaga, aku lupa bahwa aku sedang belajar membaca Al-qur'an tadi. Ustadz Rian bisa marah nih padaku," batin Nisa.

"Eee, ratu tidur sudah bangun. Gimana tidurnya nyenyak nggak, kalau tidak nyeyak tidur aja sampai nanti. Sekalian kamu nginap di masjid ini," ucap ustadz Rian kesal.

"Iiii ustadz Rian yang ganteng," ucap Nisa bangkit dan menunjukkan senyumnya yang manis.

"Ustadz tidak akan luluh dengan pujian kamu," sahut ustadz Rian meninggalkan Nisa.

"Ustadz tunggu, saya minta maaf ya," ucap Nisa mengejar ustadz Rian.

Nisa meraih tangan ustadz Rian dan menahannya agar tidak pergi.

"Ustadz saya minta maaf karena saya ketiduran," ucap Nisa sambil memegang tangan dan menatap mata ustadz Rian.

"Jangan pegang saya, kita bukan mahram. Ustadz itu kewalahan menghadapi sikap kamu Khairunnisa, padahal kamu sudah dewasa seharusnya kamu lebih mengerti dan paham cara menghormati orang," ucap ustadz Rian kecewa dan berjalan menuju ke motornya.

"Ustadz...."

"Saya minta maaf...." teriak Nisa.

Ustadz Rian tidak mempedulikan teriak Nisa, malahan ustadz Rian meninggalkan Nisa dan pulang ke rumahnya.

"Tu ustadz di panggil malah pergi, apa ustadz Rian benar-benar ngambek sama aku," batin Nisa.

"Baru aku tahu bahwa ustadz juga bisa ngambek, kaya anak kecil saja. Kenapa aku harus memikirkan ustadz itu sih, tapi lucu sih lihat wajah ustadz itu kalau ngambek kaya anak kecil. Berarti bukan aku yang bayi gede tapi ustadz Rian bayi gede itu," gumam Nisa sambil senyum-senyum sendiri.

Selamat menjalankan ibadah puasa 🙂

Jangan lupa like dan komen ya, biar author tetap semangat!

Terpopuler

Comments

Wikantyas Ardianti

Wikantyas Ardianti

👍

2021-07-18

0

felisyah aurelia azzahra

felisyah aurelia azzahra

cerita nya menarik....

2020-09-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!