Namun tiba-tiba ada sebuah tangan kekar yang memukuli preman itu dari belakang.
"Pak Rian," ucap Nisa tak percaya.
"Jangan ikut campur urusan kami," sahut preman lalu berkelahi dengan pak Rian.
"Khairunnisa, kamu pergi dari sini," teriak pak Rian yang sedang berkelahi dengan kedua preman tersebut.
Aku pun berlari menjauhi mereka yang sedang berkelahi dan aku sangat takjub melihat guru agama nyebelin itu ternyata pandai ilmu bela diri. Dengan lihainya pak Rian melumpuhkan kedua preman tersebut sampai-sampai preman tersebut lari terbirit-birit dan tubuh pak Rian tidak ada lecet sedikitpun.
"Khairunnisa, kamu tidak apa-apa," ucap pak Rian yang berjalan ke tempat Nisa berdiri
"Tidak apa-apa Pak," sahut Nisa.
"Makanya lain kali kalau pulang itu jangan sendirian," ucap pak Rian memarahi Nisa.
"Iya Pak Rian yang ganteng," sahut Nisa dengan kesal.
"Untuk hari ini aku benar-benar berterimakasih kepada bapak, karena bapak sudah menolong saya," sahut Nisa dengan tersenyum manis kepada pak Rian.
"Jangan percaya diri dulu, saya membantu kamu karena saya tidak suka kalau perempuan dikasari dan di tindas, dan kebetulan saja saya lewat jalan raya ini," sahut pak Rian dengan sombongnya.
"Dasar pak nyebelin, sudah berterimakasih dengan tulus malah sok," ucap Nisa didalam hatinya.
"Owh ..." sahut Nisa.
"Kenapa rok sekolah kamu itu basah, jangan-jangan kamu ngompolnya," kata pak Rian meledek Nisa.
"Nggak kok, amit-amit deh aku ngompol," sahut Nisa membela diri.
"Terus kenapa rok sekolah kamu itu basah, tidak usah malu-malu bapak tau kok kalau kamu ngompol," kata pak Rian.
"Mungkin terkena air," sahut Nisa dengan malu.
"Tidak baik berbohong sama orang yang lebih tua loh Khairunnisa," sahut pak Rian meledek Nisa.
"Hahaha ... bapak cuman becanda kok Khairunnisa, jangan di masukkan ke dalam hatinya," ucap pak Rian sembari pergi ke motornya.
"Nggak lucu ya Pak," ketus Nisa.
"Kamu naik sama bapak aja pulangnya," ucap pak Rian menawarkan kepada Nisa.
"Nggak usah, ogah aku naik sama guru nyebelin kaya bapak," sahut Nisa.
"Tidak mau ya nggak apa-apa, yang penting bapak sudah nawarin ke kamu," sahut pak Rian.
"Dasar bayi gede keras kepala, ya sudah bapak pulang dulu dan kamu hati-hati pulangnya. Assalamu'alaikum," ucap pak Rian sembari pergi meninggalkan Nisa dengan motornya.
"Bayi gede ... Pak nyebelin itu panggil aku, benar-benar pak itu suka banget bikin aku marah," batin Nisa dengan kesalnya sambil berjalan ke arah rumahnya.
POV Khairunnisa
Memang benar aku ngompol di rok sekolah ku, gara-gara aku takut dengan preman yang ingin menculik ku tadi. Dan aku sangat malu ketika pak Rian mengetahui bahwa aku ngompol di rok sekolah. Pipiku seakan memerah karena malu dan untung saja aku bisa membela diri dari pertanyaan pak Rian tadi. Tetapi aku sangat bersyukur kepada Allah karena telah mengirimkan seseorang untuk membantuku kalau tidak ada yang bisa menolongku saat itu, mungkin masa depanku sudah hancur.
🌸🌸🌸
"Bu ..." ucap Nisa yang berlari ke dalam rumahnya dan memeluk tubuh ibunya.
"Nisa, tumben kamu telat pulang sekolahnya. Dan kenapa seragam sekolah kamu kotor," sahut ibu Nisa yang penasaran dan melepaskan pelukan dari putrinya.
"Tadi pas Nisa jalan pulang ke rumah, ada preman yang ingin memperkosa Nisa. Tapi untung saja, ada orang yang membantu Nisa" ucap Nisa dengan sedih.
"Astaghfirullah, kamu tidak di apa-apa kan oleh preman itu Nisa," sahut ibu Nisa terkejut dan khawatir.
"Nggak apa-apa bu," sahut Nisa.
"Alhamdulillah, Nisa kamu itu harus bersyukur kepada Allah, karena Allah masih sayang kepada kamu. Allah sudah mengirimkan seseorang untuk bantu kamu, coba saja tidak ada orang yang membantu kamu, pasti masa depanmu sudah hancur," ucap ibu Nisa panjang lebar.
"Iya Bu," sahut Nisa yang mulai kesal karena ibunya mulai ceramah.
"Dan satu lagi Nisa, kamu itu harus menggunakan jilbab. Biar tidak ada laki-laki yang menganggu kamu. Karena dengan jilbab akan melindungi dari lelaki genit," ucap ibu Nisa.
"Tidak mau Bu, Nisa sudah bilang kan kalau memakai jilbab itu panas..." ucap Nisa kesal dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Nisa, kamu jangan tidur. Ibu akan mengajak kamu ke masjid ," teriak ibu Nisa.
Nisa tidak menggubris perkataan ibunya, dia langsung tidur karena hari ini sangat kelelahan.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Nisa masih terlelap dalam tidurnya. Itulah kebiasaan Nisa, yang sering membuat ibunya marah-marah kepada Nisa.
"Nisa bangun ....," ucap ibu Nisa menggerakkan tubuh putrinya agar bangun.
"Ada apa Bu? tanya Nisa dengan suara yang khas orang bangun tidur.
"Ibukan sudah bilang kamu jangan tidur, karena ibu akan menyuruh kamu pergi belajar membaca Al-Qur'an di masjid," ucap ibu Nisa.
"Apa belajar membaca Al-qur'an," ucap Nisa yang langsung duduk di atas kasurnya karena terkejut.
"Iya, sekarang kamu pergi mandi," titah ibu Nisa.
"Nggak mau Bu, Nisa itu sudah gede. Masa sih belajar membaca Al-qur'an lagi seperti anak kecil saja," ucap Nisa kesal.
"Buat apa malu Nisa, sudahlah kamu pergi mandi sekarang," ucap ibu Nisa.
Nisa masih duduk di atas kasurnya dan enggan untuk pergi belajar membaca Al-qur'an.
"Nisa, kamu tidak kasihan sama ibu. Ibu ini sudah tua, bagaimana kalau tiba-tiba ibu mati. Terus siapa yang akan membaca Al-qur'an untuk ibu dan mendoakan ibu apabila sudah mati. Ibu hanya ingin putri ibu yang satu-satunya menjadi wanita shalihah, apakah salah ibu menyuruh kamu lebih dekat dengan-Nya," ucap ibu Nisa dengan sedih dan berlinang air mata.
"Ibu Nisa tidak bermaksud seperti itu, ibu jangan bicara mati karena Nisa belum siap untuk kehilangan ibu. Cukup ayah yang sudah meninggalkan Nisa selamanya, dan aku tidak mau kehilangan ibu lagi," ucap Nisa memeluk tubuh ibunya.
"Ya sudah, Nisa akan pergi belajar membaca Al-qur'an," ucap Nisa lagi.
"Gitu dong anak ibu yang cantik dan shalihah."
Nisa pun selesai mandi, sebenarnya Nisa enggan untuk pergi belajar mengaji.Tapi dia tidak ingin membuat ibunya sedih.
"Kamu pakai gamis dan jilbab ini," ucap ibu Nisa yang memberikan gamis dan jilbab itu ke Nisa.
"Tapi Bu," tolak Nisa.
"Kamu harus berpakaian sopan Nisa," ucap ibu Nisa.
"Iya deh," ucap Nisa dengan terpaksa.
"MasyaaAllah, cantiknya anak ibu," ucap ibu Nisa kagum melihat putrinya menggunakan pakaian syar'i.
"Kalau gini kan ibu adem dan bangga punya putri yang shalihah," ucap ibu Nisa dengan mencubit pipi Nisa.
"Iya bu," sahut Nisa dengan tersenyum terpaksa.
"Cantik apanya coba sudah panas, gatel, dan kaya ibu-ibu saja aku menggunakan pakaian ini," gumam Nisa.
"Ayo kita pergi," ujar ibu kepada Nisa.
______
Di masjid At-Taqwa
"Assalamu'alaikum ustadz," ucap ibu Nisa kepada seseorang yang sedang mengajari anak-anak kecil dan masuk ke dalam masjid.
"Wa'alaikumussalam, eee ibu sudah datang," ucap ustadz tersebut dari kejauhan dan menuju ke ibu dan Nisa.
"Pak Rian!"
"Khairunnisa!"
kata Nisa dan pak Rian secara serempak
"Kalian sudah saling kenal?" tanya ibu penasaran kepada mereka berdua.
"Sudah," jawab pak Rian dan Nisa serempak lagi.
"Kok ustadz dan Nisa kompak banget sih, jangan-jangan–" goda ibu Nisa dan tersenyum kepada mereka berdua.
"Jangan-jangan apa Bu, tidak usah mikir macam-macam. Pak Rian itu guru agama di sekolah Nisa," sahut Nisa kesal.
"Baguslah kalau gitu, ibu nggak salah buat nyuruh kamu belajar mengaji dengan ustadz Rian," sahut ibu Nisa.
"Ustadz Rian, semoga ustadz bisa mengajari anak saya membaca Al-qur'an dengan baik. Dan kalau Nisa nakal di sekolah ataupun saat belajar membaca Al-qur'an, ustadz hukum aja karena memang Nisa keras kepala orangnya," sahut ibu Nisa.
"Insyaallah bu, Nisa juga tidak nakal dia juga anak baik Bu," sahut pak Rian.
"Alhamdulillah kalau gitu," ucap ibu Nisa dengan tersenyum.
"Ada apa gerangan pak Rian ngomong baik tentangku kepada ibu, tapi untung saja pak Rian nggak ember mulutnya," ucap Nisa didalam hatinya.
"Ya sudah, Nisa kamu belajar dengan baik di sini," ucap ibu Nisa.
"Iya Bu," sahut Nisa pasrah.
"Ustadz Rian, ibu pamit dulu. Assalamu'alaikum," ucap ibu Nisa.
"Wa'alaikumussalam," sahut pak Rian.
Nisa masih berdiri di tempatnya dan melihat guru agamanya yang menurutnya nyebelin itu. "Pak Rian lagi, pak Rian lagi," ucap Nisa dengan kesal di dalam hati.
"Bayi gede, mau belajar membaca Al-qur'an. Baguslah biar bapak nggak hukum kamu lagi," ucap pak Rian.
"Apa sih," ketus Nisa.
"Bayi gede, ternyata cantik juga ya kalau pakai gamis dan jilbab. Bapak jadi suka ngeliatnya," sahut pak Rian.
"Saya memang cantik, dan bapak stop panggil saya dengan sebutan bayi gede," sahut Nisa
"Terserah bapaklah," sahut pak Rian.
Nisa mulai kesal dengan pak Rian dan langsung saja tangan Nisa menarik hidung pak Rian yang mancung itu sampai memerah.
"Aww sakit," lirih pak Rian memegang hidungnya.
"Rasain itu, lagian bapak nyebelin sih," sahut Nisa sambil tertawa penuh kemenangan.
Pak Rian masih memegang hidungnya yang sakit dan Nisa mulai khawatir. Nisa takut pak Rian benar-benar kesakitan.
"Pak masih sakit kah hidungnya,"tanya Nisa khawatir dan mendekati pak Rian.
"Iya sakit tau, kamu sih main tarik aja," ucap pak Rian sambil menunjuk kesakitan.
"Lemah amat sih jadi cowok, sini aku liat hidungnya," ketus Nisa dan semakin mendekat ke pak Rian.
.
.
.
.
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
juli8ri
zina mata pak ustaz
2022-08-11
0
Pengghosting novel T_T
Awas nanti jatuh cinta nisa sama rian wkwkwk😆😆😆❤
2021-03-26
0
E Mela Wati
seru thorr
2020-11-20
0