Chapter 4

.

.

.

"Permisi Tuan, apakah Anda memanggil saya?" Tanya Jonathan sambil membungkuk memberi hormat pada Bos nya.

"Kau sudah menghubungi Tuan Wijaya untuk acara besok, bahwa saya mengundangnya serta Putrinya untuk pengalihan CEO Besok?" Tanya Tuan Bramasta kepada pria berperawakan tinggi bernama Jonathan yang merupakan orang kepercayaannya.

"Untuk undangan Pak Wijaya dan putrinya sudah saya sampaikan langsung pada sekertaris Tuan Wijaya, namun sekretarisnya mengatakan pada saya jika Tuan Wijaya tidak bisa ikut hadir." jelas Jonathan.

Bramasta menganggukkan kepalanya saat mendengar jawaban dari Jonathan. "Lalu bagaiman dengan putrinya?" tanya nya lagi.

"Belum pasti Tuan, besar kemungkinan akan hadir mewakili perusahaannya." Jawab Jonathan.

"Hm, baiklah tidak masalah. Aku tak ingin ada masalah untuk acara besok, kau buatlah semuanya menjadi sempurna." Perintah Bramasta dengan ekspresi wajah yang serius.

"Baik Tuan, saya mengerti." Ujar Jonathan menganggukkan kepalanya.

"Hah, aku lupa. Kau juga terus awasi anak itu, dia dengan terang-terangan menolak keputusanku untuk bertunangan dengan Putri Wijaya. Aku ingin kau melaporkan semua yang dia lakukan di Jakarta dan jangan sampai lengah." Perintah Tuan Bramasta pada Jonathan.

"Maaf tuan, apakah tidak apa-apa. Aku khawatir Tuan Muda malah akan marah pada saya dan akan semakin berontak." Ucap Jonathan dengan nada khawatirnya, karena pria itu tau jika Kimtan bukanlah orang yang mudah dikendalikan dan seseorang yang memiliki tempramen yang cepat emosi dan keras kepala.

Bramasta mengerti kekhawatiran dari Sekretarisnya, tapi ini sudah keputusan dirinya. Tak ada toleran lagi untuk masalah ini, karena menyangkut masa depan perusahaan.

"Apakah ada hal yang mengganggu Tuan? Tuan terlihat sedang memikirkan sesuatu." Tanya Jonathan yang menangkap kekhawatiran di wajah Tuannya tersebut.

"Tidak ada, aku hanya lelah. Ya sudah, sebaiknya kau istirahat juga untuk esok hari. Sepertinya  kau sangat lelah dibandingkan diriku, karena kau yang lebih banyak bekerja untukku dibandingkan aku sendiri." Seru Bramasta dengan suara tawanya yang renyah.

"Tuan Istirahat juga, aku akan selalu siap jika Anda meminta saya datang. Aku permisi undur diri dulu, Tuan." Lalu Jonathan membungkukkan tubuhnya pada Bramasta dan beranjak undur diri dari hadapan tuannya.

...*****...

"Sayang, kenapa masih di ruangan kerja?" tanya Wanita itu, saat masuk ke ruangan kerja Suaminya.

Bramasta mengangkat wajahnya yang terlihat lelah, Ia menatap wanita yang berjalan menghampirinya. "Ada beberapa yang belum aku tangani untuk besok, kau juga belum tidur?" Tanya pria itu dengan bibir yang tersenyum pada wanita yang Ia cinta.

"Aku mengkhawatirkan dirimu." Jawab Isabel, mengelus pundak suaminya.

"Maafkan aku." Bramasta memegang lengan Istrinya yang berada di pundaknya dengan lembut. "Kau jadi tidak tidur karena diriku." ucapnya menyesal.

"Kau masih memikirkan tentang Kimtan?" tanya Isabel.

Bibir yang bermula tersenyum kini terkatup rapat, Isabel melihat itu dan benar saja dugaannya. "Jangan terlalu dipikirkan, Kimtan baru kembali mungkin dia terlalu lelah Sayang."

"Hmm, mungkin seperti itu." Pandangan Bramasta mengarah pada pas foto yang berada di meja kerjanya, yang menampilkan foto keluarga yang terlihat tertawa bahagia. "Ini kesalahanku di masa lalu." Seru Bramasta tiba-tiba.

"Tidak sayang, aku tahu kamu melakukan itu karena itu adalah yang terbaik untuk anak kita. Suatu saat, Kimtan pasti akan mengerti posisimu ini sayang." Isabel mencoba menenangkan suaminya, Ia tahu suaminya amat menyayangi anaknya dan semua yang dilakukannya adalah tindakan dari seorang Ayah pada putranya.

"Terimakasih, kau selalu ada untukku." Bramasta menatap kedua bola mata Istrinya dengan lembut. "Mari ke kamar dan tidur, aku tak ingin kau lelah karena menungguku."

"Hmm." Jawab Isabel tersenyum.

...**********...

Sedangkan ditempat yang berbeda, Kimtan merasa bahwa dirinya benar-benar sangat kacau. Penuturan kedua orang tuanya yang seenaknya saja menjodohkan dirinya dengan wanita yang tidak tahu asal usulnya membuatnya sangat marah.

Pada kenyataannya, Kimtan tau jika semua ini bukanlah untuk dirinya melainkan untuk perusahaan. Namun mereka berdalih dan mengatakan perjodohan ini karena mereka mengkhawatirkan dirinya. "Cih, memuakkan." Desisnya kasar.

Prank.

Kimtan melemparkan vas bunga yang berada di sisi tempat tidurnya ke lantai, akibatnya pecahan-pecahan kaca vas itu berserakan di mana-mana. Setelah melampiaskan semua amarahnya dengan kasar pria itu mengambil benda pipih yang tergelatak di atas tempat tidurnya dan langung menghubungi seseorang.

'Hallo, Tuan.' Ujar suara di sebrang telepon.

"Apa jadwalku besok?" Tanya Kimtan langsung pada intinya.

'Besok jadwal Anda tidak terlalu padat, Tuan. Hanya acara penyambutan Anda yang diadakan oleh Ayah Anda di perusahaan, serta bertemu dengan para pemegang saham.' Jelas Arka orang yang selalu mengikutinya sedari negara orang dan sekarang menjadi sekertaris pribadinya.

"Baiklah, besok kau siapkan semuanya. Pagi-pagi datanglah ke rumahku, aku tak ingin melewatkan waktu." Ucap Kimtan.

"Baik Tuan." Jawabnya, Arka mengerti dengan situasi Kimtan yang tengah tak baik terdengar dari suaranya yang terdengar tak bersahabat. Untuk itu pria tak menanyakan lebih lanjut dan memilih menutup telponnya.

Setelah menelpon Arka, Kimtan mendaratkan tubuhnya ke tempat tidur. Kembali menatap langit-langit kamarnya, suatu kebiasaan yang dimilikinya.

"Lala, kamu di mana?" gumamnya lagi. Sepertinya, nama Lala merupakan seseorang yang begitu berarti untuk Kimtan hingga membuatnya terus mengingat-ingat orang tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!