Chapter 3

.

.

.

Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Irine segera membereskan meja kerjanya berencana untuk segera pulang. Pekerjaan hari ini benar-benar menguras tenaganya, ditambah esok Ia harus berangkat lebih awal dibandingkan hari-hari biasanya karena akan ada acara di perusahaannya besok pagi.

Saat beranjak keluar ruangannya, Ia menoleh ke ruangan disebelahnya. Ternyata sudah kosong, tak ada penghuni satu orang pun, Dan Stefi ternyata meninggalkannya seorang diri "Dasar teman yang tak pengertian menunggu saja tidak," Gerutunya merasa kesal.

Setelah keluar dari area perusahaannya, Irine berjalan tertatih menuju halte bus, langit sudah mulai gelap. Ia harus cepat sampai ke kosannya dan beristirahat untuk esok hari. Baru kali ini Irine menyesal tak membawa minyak angin ke kantor, jujur saja dia sangat tak suka dengan bau mobil bus ditambah harus menunggu bus nya yang lama. Rasanya Ia ingin langsung menghilang dan sampai di Kosannya langsung, membayangkan tubuhnya diguyur dengan air dingin sudah membuatnya senang.

Tak selang berapa lama Bus Transjakarta berhenti tepat didepannya, Ia bernafas lega setidaknya tidak harus menunggu lebih lama dari ini. Irine mengeluarkan kartu dan men-scannya, lalu berjalan ke arah belakang mencari tempat duduk yang nyaman untuknya. Dan pilihannya adalah dibelakang, entah kenapa duduk dibelakang adalah tempat favoritnya. Karena menurutnya dengan duduk dibelakang, Ia bisa menyendiri dan menikmati sepoyan angin yang masuk dari jendela yang Ia buka.

Drt. Drt. Drt.

Irine dikejutkan dengan suara ponselnya yang terus berbunyi, Ia segera membuka dan mengambil hp yang berada di tasnya. Di sana tertera nama sang pemanggil yang tak lain adalah sahabatnya Stefi, wanita itu memutar kedua bola matanya malas. Bisa-bisanya sahabatnya itu menelpon dirinya setelah meninggalkan Ia seorang diri di Kantor.

'Halooooo Irinnn.' seru wanita itu di sebrang telpon.

Irine segera menjauhkan handphonenya tersebut dari daun telinganya, bisa-bisa dirinya langsung pergi ke tempat dokter bagian THT jika sejam bertelepon dengan Stefi. "Bisa tidak volume suaramu diperkecil!" Desis Irine yang merasa kesal.

'Yah Rin, Sorry. Abis aku senang banget tau.' Serunya dengan semangat.

"Kenapa sih? Kamu dapet lotre yah?" Tanya Irine masih dengan mode kesalnya.

'Aish. Tentu bukanlah, aku mendapatkan hot topik kali ini tentang penerus Bos. Kau pasti bakalan terkejut dan terhipnotis saat melihat wajahnya yang super tampan.' pekik Stefi terdengar bahagia.

Stefi terus mengoceh tentang anak ketua, yang katanya keturunan Korea dan super duper tampan bak artis Korea. Akh, membuat kepala Irine menjadi pecah.

"Iyah Stef, terserah deh. Udah deh yah, aku sudah mau turun nih." Ucap Irine langsung memutuskan sambungan telponnya. Ia bersyukur sudah dekat dengan tempat kosannya, setidaknya Ia memiliki alesan lain untuk mematikan telponnya tanpa harus di omeli lagi oleh temannya tersebut.

"Terimakasih Pak." Ucap Irine, pada sang supir yang cukup dia kenal.

Setelah turun dari bus, Irine menghirup nafas segar. Huh, entah kenapa dia sebenci itu dengan bau mesin mobil yang membuatnya mual.

"Akhirnya sampai juga." pekik Irine sambil meregangkan otot-otot tubuhnya yang serasa mau copot, semua ini akibat dirinya terlalu lama duduk karena sibuk dengan laporan yang diminta oleh atasannya itu. Akhirnya Ia bisa bebas dan bisa tidur nyenyak untuk malam ini, setelah harus lembur hingga sore hari.

Irine memasukkan kunci dan membuka pintu kosannya, setelah terbuka Ia melesat masuk seperti hantu. Yang pertama kali dilakukan wanita itu saat masuk adalah menghirup aroma segar yang dikeluarkan oleh aroma wangi Lavender yang sengaja Ia pasang pada setiap sudut ruangannya.

"Hufft, lelahnya." Gumam Irine menarik nafasnya dalam. "Huh?" Irine segera merogoh sesuatu di tasnya, saat mendengar dering ponsel yang bersumber didalam tasnya. Setelah menemukan yang dia cari, segera saja Irine duduk di sofa televisi.

Awalnya Irine pikir yang menelponnya sahabatnya lagi, tapi ternyata bukan. Setelah melihat nama yang tertera dilayar ponselnya ternyata adalah Ibunya yang menelpon dirinya.

"Halo." Seru Irine setelah menekan tombol hijau di ponselnya.

'Kenapa kau lama sekali mengangkat telponnya, hah?'

Irine tersenyum kecut, saat suara itu terdengar di pendengarannya. "Maaf, Irine baru sampai kosan Bu. Kenapa Ibu menelpon?" Tanya Irine sesopan mungkin.

'Tak usah banyak alasan! Bilang saja kau sengaja menunda mengangkat telpon dariku.

Ibu nya selalu saja begitu, menuduhnya yang tidak-tidak. Lengannya meremas dadanya kuat, sampai kapan dia harus bersabar menghadapi sikap yang dilakukan oleh Ibunya. "Bagaimana Kabar Ibu?" tanya Irine, mencoba mencairkan suasana.

'Jelas tidak baik, dari kemarin sudah Ibu katakan untuk mengirim uang kepada Ibu untuk membiayai adikmu sekolah.' Cerca Ibunya.

Irine menarik nafasnya kasar, sudah diduga. Ibunya pasti menelpon untuk meminta uang lagi, padahal Minggu kemaren sudah dia kirimkan uang sisa bulan ini.

"Bu, Irine belum bisa mengirimkan uangnya karena--

'Halah, kau selalu banyak alesan seandainya Kaka mu ada pasti dia tidak akan membiarkan Ibu seperti ini. Pokoknya Ibu gak mau tahu. Kau harus mengirimkan uang itu untuk Ibu, jika tidak jangan hubungi Ibu lagi.'

PIP.

Deg. Sambungan telpon itu diputuskan secara sepihak oleh Ibunya, saat itu juga air matanya meleleh begitu saja yang sejak tadi coba dia tahan. Irine tercekat dengan perkataan yang tiba-tiba keluar dari bibir Ibunya, padahal sudah lama kata-kata itu tidak keluar dari mulut Ibunya lagi. Tapi kini, hal seperti ini dibahas lagi.

Sejak dahulu Ibunya selalu membanding-bandingkan dirinya dengan sang Kaka, hingga Kaka nya pergi entah kemana pun Ibunya masih tetap begitu.

"Semuanya pasti akan baik-baik saja. Kau pasti kuat Rin." Gumam irene lirih, mencoba menguatkan hatinya.

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

gaya spt ibu sambung aja... apa bener ibu kandung thor?

2024-11-19

0

Tris Milano

Tris Milano

Miris banget ceritanya ,semagat kak kebahagiaan menantimu

2022-05-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!