.
.
.
.
Keesokan harinya pada pukul 06:00 Waktu Indonesi Barat, wanita itu benar-benar datang lebih awal dari biasanya. Wanita itu Irine, sudah terlihat sibuk di meja kerjanya sambil merapihkan seluruh berkas-berkas yang di minta oleh atasannya kemaren. Irene dengan sedikit rasa takut di hatinya, tak ingin melewatkan satu pun kesalahan yang nantinya akan menjadi bahan amarah dari si Tua Bangka itu seharian.
Suara ketukan itu memecahkan fokus Irine, wajahnya langsung menoleh dan seperti belum cukup juga penderitaannya hari ini tiba-tiba Bagas datang ke meja kerjanya.
"Irine." Sapa Bagas dengan senyumnya yang bisa melelehkan hati wanita, tapi tidak dengan Irine.
Bagas merupakan seniornya di kantor, bukan satu atau dua kali Bagas selalu membantu pekerjaannya walau tanpa di minta. Stefi selalu mengatakan padanya, Pria ini melakukan semua itu karena menyukai dirinya tapi Irine tak percaya karena menurutnya Bagas selalu bersikap usil atau jail padanya.
"Selamat pagi Pak." Sapa Irine kembali dengan senyum canggungnya, kemudian Ia kembali mengerjakan pekerjaannya meski sedikit gugup.
"Rajin sekali, biasanya berangkat bareng Stefi." ucap Bagas melihat sekitar kantor yang masih sepi senyap.
"......." Gadis itu diam, tak menimpali perkataan yang dilontarkan oleh Bagas. Meski begitu, Bagas tetap saja mencoba mencari kata-kata untuk berbicara dengan Irine.
"Kau hari ini ikut 'kan untuk acara hari ini?" tanya Bagas, melihat Irine yang juga tak juga menimpali membuat Bagas mencari topik lain. Tapi ternyata sama saja hasilnya, gadis itu tak juga merespon membuat suasana disekitar mereka menjadi terasa canggung.
"Ngomong-ngomong, kamu ada acara-
"Maafkan aku." Sela Irine menghentikan perkataan Bagas, kedua matanya menatap dingin ke arah Bagas mungkin terlihat tidak sopan berprilaku seperti ini pada Seniornya. Namun, pria di depannya terlihat tak peka dengan situasi.
"Aku sedang tidak ingin di ganggu, ada banyak sekali pekerjaan yang harus aku selesaikan sekarang." Irine masih berkata dengan suara dinginnya, kemudian kembali mengalihkan intensinya kepada dokumennya.
"Ekhem." Bagas berdehem, mencoba menetralkan kerongkongannya yang terasa tertutup rapat mendengar suara dingin Irine. Meski bukan sekali dua kali gadis ini berkata dingin padanya, tapi sepertinya kali ini lebih serius. "Ma-afkan A-ku, jika begitu aku akan pergi ke ruangan ku." pamit Bagas dengan ekspresi wajah yang terlihat kikuk.
Setelah dirasa pria itu pergi, Irine sedikit mendongakkan kepalanya melirik tubuh pria itu yang kini menjauh. "Akh." Irine memijit pelipisnya yang berdenyut sejak bangun tidur tadi, membuatnya merasa tak nyaman.
Tak lama setelah kepergian Bagas, tiba-tiba suara nyaring masuk ke gendang telinganya memanggil namanya.
"Wakhhhh Irine, kau berangkat pagi juga." Teriak Stefi sambil berlari menghampiri meja kerja Irine.
Irine sedikit meringis mendengar suara cempreng sahabatnya, kedua tangannya langsung menutupi daun telinganya Ia tak ingin gendang telinganya sampai pecah.
"Stefi." Seru Irine, kedua matanya menatap sekitar ruangan syukurlah masih terlihat sepi.
Tahu apa yang dimaksud Irine, Stefi langsung menutup mulutnya. "UPS, maaf. Soalnya aku kelepasan karena melihat kau datang sepagi ini, Nyonya yang suka telat." cibir Stefi sambil tertawa
"Yah, kau tau 'kan Direktur perut buncit itu memintaku untuk datang pagi-pagi." Kata Irine dengan wajah malasnya.
"Ya ya, setidaknya Direktur itu bisa meluluhkan hatimu untuk datang lebih awal dari biasnya." Timpal Stefi tersenyum senang.
"Aish, tak membantu. Sana pergi ke meja mu, jangan mengganggu aku." Usir Irine pada sahabatnya.
"Iya iya nona mager, selamat bekerja." Ujar Stefi melambaikan tangan kanannya.
...*********...
"Tuan, ini adalah file yang Anda minta kemarin." Ucap Arka sambil menyerahkan map berwarna merah kepada Kimtan yang tengah duduk di bangku belakang mobil.
"Ini?" Kimtan mengambil Map itu dengan wajah yang sedikit bingung, meski begitu ia tetap menerima Map itu dan membukanya secara perlahan.
"Sepertinya Tuan lupa, kemarin Tuan meminta saya untuk menyelidiki kasus Nona muda beberapa tahun lalu." Jelas Arka pada Kimtan.
"Akh, begitu. Mungkin kemarin aku sedang mabuk, jadi ingatanku jadi sedikit kacau." ujar Kimtan sambil meringis.
Saat membaca kertas yang baru saja diberikan oleh Arka, kedua matanya menjadi membola. "I-ni kau tidak salahkan?" Tanya Kimtan, pandangannya menjadi kosong.
Tau Tuannya yang tengah terkejut, mencoba sedikit memberikan penjelasan secara rinci. "Maaf Tuan. Itu semua sudah sesuai dengan fakta apa yang terjadi pada Nona muda, tidak ditambah atau dikurangi." Jelas Arka.
Ini diluar dugaannya, lehernya serasa tercekik. Cintanya, kekasihnya oh betapa brengsek orang-orang yang telah merenggut belahan hatinya. "Kau tau apa yang harus kau lakukan'kan, Arka?" ucap Kimtan sedikit menekankan kata-katanya.
"Aku mengerti Tuan." Jawab Arka dengan patuh.
"Aku benar-benar bodoh, selama hampir 5 tahun aku dibodohi tua Bangka itu. Ironis sekali hidupku." Desisnya tajam. Kimtan melepas dasi di kemejanya secara kasar, kertas-kertas itu dia lemparnya ke sembarang arah.
"Aku ingin melupakan kejadian itu. Tapi jujur saja, setiap malam semua itu serasa menghantuiku. Dan itu sangat menyakitkan." Gumam Kimtan dengan nada lirih.
"Maafkan saya tuan, karena saya membuka luka lama Tuan." Kata Arka dengan nada suara yang menyesal.
"Tidak. Ini adalah perintahku, aku malah berterimakasih atas usahamu ini. Meski ini sangat tiba-tiba, karena sudah lama aku mencari tentang kejadian itu tapi tak membuahkan hasil." Kimtan menatap Arka dalam. "Aku bersungguh-sungguh Arka." Sambungnya tersenyum.
Arka menganggukkan kepalanya mengerti. Ia menatap Tuannya dari kaca mobil, dia tahu ada guratan kesedihan yang dalam pada wajah Tuannya. Sangat menyesal bahwa mengetahui fakta sebenarnya, tapi jika terus di tutupi ia takut akan memperburuk masalah dan akan membuat Tuan muda nya semakin terluka.
Sepanjang perjalanan, terlihat Kimtan hanya diam menatap bangunan-bangunan kota Jakarta yang padat dan macet dari jendela mobil. Beberapa kali pria itu menghela nafas meski berat, mencoba menormalkan amarah yang ada dihatinya.
"Ini kejutan yang sangat sempurna." Gumam Kimtan lirih, terus menatap keluar jendela.
...********...
Setelah meminta izin untuk masuk, Irine berjalan menghampiri Direktur bertubuh buncit itu.
"Irine, akhirnya kau datang juga." Ujar Direktur bernafas lega, melihat Irine datang juga.
"Ini berkas yang Anda minta, Direktur." Ucap Irine menyerahkan berkas-berkas yang telah Ia selesaikan dengan cepat, setelah Direkturnya pagi tadi malah menyuruhnya menyelesaikan semua laporan keuangannya padanya secara tiba-tiba. Untung saja otaknya masih encer, coba saja jika tidak apa yang akan terjadi nanti.
"Kau memang bawahan yang baik Irine, selalu tepat pada waktunya." Ucap Direktur itu mulai memuji Irine.
'Bawahan?' Dalam hatinya Irine mendecih, mendengar perkataan Pria buncit itu.
"Terimakasih." Sahut Irine memaksakan senyumnya lagi, Pria di depannya benar-benar membuatnya ingin mencakarnya.
"Oh ya, kau taukan hari akan ada pertemuan dengan Presdir?" Tanya Direktur membalikkan tubuhnya yang hendak berlalu pergi.
"Kemaren Anda sudah memberitahu saya, Direktur. Mungkin ini yang kesekian kalinya Anda mengatakan hal ini pada saya." Gumam Irine lagi-lagi memaksakan senyumnya, bukan maksud Irine bersikap munafik tetapi jika tak seperti ini manusia tingkat sosial rendah sepertinya harus pintar-pintar bersandiwara dengan manusia macam seperti di depannya.
"Oh begitu yah? Hahaha, mungkin aku lupa." Direktur sedikit menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Okelah. Kau segeralah perbaiki riasan mu itu, pertemuannya akan segera dimulai tidak ada satupun yang terlihat kumel di pertemuan ini." Perintah Direktur menunjuk rambutnya yang sudah tidak pada tempatnya.
"Baik. Saya permisi Direktur." Jawab Irine membungkukkan tubuhnya memberi hormat, lalu ia berbalik menuju pintu keluar dengan wajahnya yang datar. "Karena siapa coba penampilannya ini berantakan." Gerutu Irine menatap sinis pintu besar itu.
Tidak ada yang benar di kantor ini, seandainya Ia bisa cepat pergi dari kantor ini dan menemukan kantor dengan orang-orang normal. Batin Irine menjerit
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments