3. Ayahanda

“apa maksudmu saudara?” tanya raja Aryo yang bingung atas ucapan saudaranya tersebut.

“Malam ini akan menjadi malam terakhir pemerintahan mu. Lebih baik aku yang memegangnya, kau tinggal pilih menyerahkannya secara sukarela atau ku dapatkan dengan paksa” ucap pangeran Jaka dengan nada mengancam.

Setelah ucapan itu pangeran Jaka mengeluarkan aura pembunuh membuat orang didekatnya bergidik ngeri. Namun tidak dengan raja Aryo dan para Patihnya yang memiliki ilmu beladiri yang mumpuni. Selain belajar ilmu beladiri mereka juga belajar untuk memiliki aura yang mampu menekan aura pembunuh yaitu aura jiwa.

“Saudara Jaka kenapa tiba-tiba seperti ini? Aku kira kedatangan kau kesini karena merindukan rumah kita. Apa yang sebenarnya terjadi?” raja Aryo kembali bertanya namun posisinya sekarang sedang membelakangi istrinya yang sudah mulai ketakutan karena aura pembunuh pangeran Jaka.

“Kau bodoh atau apa!? Jelas-jelas aku datang kesini untuk mengambil tahta kerajaan dari tangan mu!” Jawab pangeran Jaka sambil menunjuk kearah wajah raja Aryo.

“Lancang! Berani sekali kau terhadap paduka raja!” pekik seorang Patih kepada pangeran Jaka.

“Aku juga tidak akan tinggal diam atas perbuatan mu ini!” sambung seorang Patih lain dengan pedang terhunus kearah pangeran Jaka.

Situasi demikian tidak membuat dia takut sedikitpun. Pangeran Jaka tetap tenang dengan senyuman sinisnya seolah-olah memang ingin mencari keributan saat ini.

“Kalian boleh mencobanya kalau berani, aku akan meladeni kalian dengan sepenuh hati” jawab pangeran Jaka dengan penuh kesombongan.

Karena merasa sikap pangeran Jaka sudah diluar batas Patih yang menghunuskan pedang mulai mengambil ancang-ancang untuk menyerang namun suara seseorang menghentikannya.

“Berhenti! Cukup sampai disitu!” ucap pria yang sudah sangat renta dari kejauhan yang tidak lain adalah mantan raja Adipura yaitu raja Aryi. Sebelumnya beliau sedang tidur di kamarnya karena merasa kelelahan duduk saat menemani mempelai, sampai kabar kedatangan anak dari istri keduanya membuatnya terbangun dan bergegas untuk menemuinya.

“Anak ku akhirnya kau kembali” raja Aryi kembali berucap serta mendekat untuk memeluk anaknya itu. Dia merasa bahagia karena anaknya datang, dan tidak ingin kehilangannya lagi. Sakit yang dideritanya memang lah menyakitkan tapi baginya kehilangan buah hati membuat separuh kehidupannya seakan kosong tak berisi. Walaupun raja Aryo selalu menemaninya selalu tapi raja Aryi ingin agar kedua anaknya menemani di masa-masa tuanya hingga dewa memanggilnya.

“Ayahanda...” pangeran Jaka membalas pelukan raja Aryi dengan erat, namun perlahan pelukan mereka mulai merenggang dan tiba-tiba saja raja Aryi terjatuh seolah kehilangan daya untuk berdiri.

“Ayahhh.... Apa yang kau lakukan Jaka!?” tanya raja Aryo kepada pangeran Jaka.

Semua orang terkejut melihat itu, banyak pertanyaan terlintas mengapa raja Aryi jatuh ke lantai dan tidak bergerak lagi. Semua mata kini tertuju pada pangeran Jaka.

“Maaf ayahanda, aku menyayangimu seperti aku menyayangi ibu, tapi kenapa engkau memilih dia sebagai penerus mu? Padahal aku yang lebih tua dari dia, cuma karena ilmu beladiri ku kurang dan pengetahuan ku juga kurang engkau lebih memilih dia tanpa mempertimbangkan diriku ini. Tenang lah disana, serahkan kekuasaan mu ini kepadaku dan aku berjanji akan menguasai negeri Nusantara sebagai raja Adipura yang tersohor sampai satu dunia” kata-kata yang keluar dari mulut pangeran Jaka sudah menjadi penjelasan yang terjadi sekarang ini.

Keterkejutan tersebut tidak berlangsung lama, Patih yang tadi menunda serangan akhirnya kembali melakukan serangan terhadap pangeran Jaka. Pangeran Jaka meladeninya dengan tangan kosong karena ilmu beladirinya sedikit lebih tinggi dari Patih tersebut.

Setelah bertukar 50 jurus pangeran Jaka berhasil mendaratkan sebuah pukulan ke perut yang langsung mengenai titik dimana ulu hati Patih tersebut membuatnya termundur 5 langkah dan mengeluarkan darah segar dari tepi mulutnya.

“Pendekar harimau!” pekik Patih tersebut setelah mencoba meraih keseimbangannya sambil meringis kesakitan.

“Pendekar serigala seperti mu tidak akan mampu menandingi kekuatan fisik pendekar harimau. Jangan berharap terlalu banyak” jawab pangeran Jaka dengan penuh kesombongan dalam kata-katanya.

Terpopuler

Comments

Wak Jon

Wak Jon

Lanjut..

2022-03-19

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!