"Tuan Putri Vashti Lucian memasuki aula kediaman utama!"
Semerbak keharuman Tuan Putri Vashti memenuhi aula kediaman utama, tempat di mana penyambutan para petinggi lima Kerajaan di Negeri Bunga yang juga ingin mendengar kabar baik tentang pernikahan anak sang Raja.
Dengan anggun Tuan Putri Vashti berjalan menggunakan gaun merah gelap, serta selendang putih yang terhembus angin beberapa kali. Bahkan tiba-tiba saja semilir angin berikutnya, membawa krisan kuning melingkari dirinya, semua orang yang berada di aula benar-benar takjub melihat keelokan paras sang Tuan Putri dan juga krisan yang melingkar seolah menjadi perisai.
Kabar yang memasuki telinga Tuan Muda Lind memang benar. Seluruh Alam Tanaman tahu, bahwa krisan kuning yang melingkar pada tubuh Tuan Putri Vashti adalah perisai yang di tinggalkan oleh Yang Mulia Ratu Floella Lucian sebelum wafat. Dari yang di dengarnya, bilamana ada yang berniat membunuh Tuan Putri Vashti kelopak krisan kuning itu akan sekejap berubah menjadi setajam pedang, lantas menyayati tubuh seseorang.
Benar-benar jelita, batin Tuan Muda Lind saat sang Tuan Putri mengambil duduk tidak jauh dengannya.
Yang Mulia Ratu Hanasta Lucian. Sang Ibunda tiri dari Tuan Putri Vashti menuangkan minuman. "Putriku, cobalah ... ini adalah teh hijau dari Negeri Daun. Tempat di mana para tabib hebat terlahir."
Tidak ada senyuman. Bahkan sekejap saja kelopak krisan kuning hilang dari tubuh Tuan Putri, batin Tuan Muda Lind dengan pandangan yang tidak bisa terlepas pada sang Tuan Putri.
"Vashti," ujar Raja Vasant dengan meminta Putrinya mengikuti di mana arah tangan menunjuk. "Dia adalah Tuan Muda Lind, berasal dari Negeri Daun."
Pandangan Tuan Putri Vashti saling beradu sejenak. Kemudian ia berujar, "Salam hormat untukmu, Tuan Muda Lind."
"Ah, tidak perlu." Tuan Muda Lind tertunduk beberapa kali, menyambut Tuan Putri Vashti dengan berujar, "Segala kemuliaan untuk Tuan Putri Vashti Lucian. Hamba, Lind. Tempat asal hamba adalah Negeri Daun."
"Tidak perlu menggunakan kata hamba kepada calon istrimu." Pandangan Tuan Putri Vashti beralih menatap sang Raja. "Benar bukan, Ayahanda?"
"Benar, Lind. Terima kasih atas krisan putih yang telah kau ambil. Aku akan menetapkan pernikahanmu dan dengan Putriku Vashti pada purnama pertama di bulan ini," ujar Raja Vasant.
Saat sang Ayahanda langsung berbicara tentang pernikahan, Tuan Putri Vashti meremas gaun dengan perasaan kecewa. Aroma di seluruh aula ini beradu menjadi satu. Memuakkan. Sebagian beraroma senang, sebagian sedih, dan sebagain pula marah. Aroma terdekatnya adalah milik sang Ibunda tiri, Ratu Hanasta yang tercium akan aroma kesenangan, keserakahan dan juga kebencian.
"Hamba tidak berniat menikahi Tuan Putri Vashti, Yang Mulia."
A-apa? A-apa yang pria ini katakan? Dia ... menghinaku? batin Tuan Putri Vashti yang merasa terhina tiba-tiba saja Tuan Muda Lind dari Negeri Daun terendah menolak menikahinya.
"Apa yang kau maksud, Tuan Muda Lind?" tanya Raja Vasant.
Seulas senyuman Tuan Muda Lind tampakkan. "Hamba memberikan krisan putih dengan suka rela. Namun jikalau Yang Mulia Raja hendak berbaik hati. Tolong izinkanlah hamba, mengajak Tuan Putri Vashti ke Negeri Daun, untuk menemui Adik perempuan hamba," jelas Tuan Muda Lind.
Dia sedang bergurau? batin Tuan Putri Vashti yang merubah tatapannya menjadi datar. Namun sekejap ia menatapi Tuan Muda Lind, seakan-akan langsung terkunci, aroma kebaikan hati yang tulus memulai tercium di hidungnya.
"Mengapa kau hanya mengajak Putriku menemui Adikmu saja? Ajaklah juga untuk menemui orangtuamu sekaligus membicarakan tentang pernikahan ini, Tuan Muda Lind," sahut Ratu Hanasta.
Bukankah tadi ... aku sudah berbicara? Tetapi mengapa Ratu seperti sengaja tidak memahamiku? batin Tuan Muda Lind dengan pandangan yang beralih menatap Tuan Putri Vashti yang tiba-tiba saja terlihat murung. Mata itu tidak bisa berbohong, sekalipun mimik wajah datar yang di tunjukkan oleh sang Tuan Putri.
"Benar, Tuan Muda Lind. Ajaklah Putriku bertemu dengan orangtuamu juga. Aku akan mengizinkan." Pandangan Raja Vasant beralih pada sang anak. "Dan, Vashti kau akan di temani oleh Eliot. Tidak apa-apa, bukan? Kau tahu Ayahandamu ini memiliki tugas yang tidak bisa di tinggalkan."
"Baiklah. Jika Ayahanda mengizinkan, aku akan pergi, untuk menemui keluarga Tuan Muda Lind," jawab Tuan Putri Vashti.
Di awal perjalanan Tuan Putri Vashti menaiki kereta kuda. Sedangkan Eliot dan Tuan Muda Lind menunggangi kudanya sendiri, dengan memimpin di depan. Jikalau dipikir-pikir lagi oleh Tuan Putri Vashti, perjalanan menuju Negeri Bunga ke Negeri Daun memakan setidaknya waktu tiga jam. Namun bilamana seseorang memiliki kekuatan perpindahan perbatasan, mungkin dalam sekejap saja akan sampai tanpa menunggu.
"Eliot!"
Mendengar suara Tuan Putri Vashti, Eliot melambatkan kudanya. "Hamba, Tuan Putri.
"Aku ingin menunggangi kuda." Sedetik Tuan Putri Vashti mengucapkan itu, dengan tiba-tiba pula, ia memberhentikan kereta kuda. "Penunggang, kau tidak mendengar apa yang ku ucap?"
"Hamba mendengar, Tuan Putri."
Kereta kuda berhenti. Begitu pula, kuda Tuan Muda Lind dan Eliot turun dari kuda, lantas mendekati Tuan Putri Vashti dengan sedikit menunduk. "Segala kemuliaan untuk Tuan Putri Vashti. Anda tidak di perbolehkan menunggangi kuda. Hamba takut risiko jatuh membuat Yang Mulia Raja Vasant marah."
"Hm? Begitu?" Tuan Putri Vashti mendekat ke arah Tuan Muda Lind yang memandang ke arah langit. Pria itu masih tidak sadar bila sang Tuan Putri telah berada di dekatnya. "Tuan Muda Lind."
"Ah, i-iya. Tuan Putri? Apa ada yang bisa hamba bantu?" ucap Tuan Muda Lind dengan sedikit tergagap.
"Gapai tanganku." Tuan Putri Vashti tiba-tiba menginjak kain kuat yang menggantung di sisi kiri perut kuda. "Aku ingin naik. Mengapa tidak kau gapai tanganku?"
"Maafkan hamba, Tuan Putri." Tuan Muda Lind melirik ke arah Eliot. "Rasanya sangat tidak pantas bilamana hamba menyentuh tangan Putri Raja. Dan juga Tuan Putri, mengapa anda tidak kembali duduk di kereta kuda?"
Tuan Putri Vashti menatap Eliot tajam. "Eliot, izinkan aku naik."
"Hamba meminta ma---"
Tuan Putri Vashti menggeleng-geleng. "Berhenti, Eliot. Siapa yang menyuruhmu meminta maaf? Aku meminta, izinmu untuk menaiki kuda bersama Tuan Muda Lind."
"Ba-baiklah, Tuan Putri. Tolong berhati-hati lah."
Tiada pilihan. Selain mengabulkan keinginan Tuan Putri Vashti Lucian. Kereta kuda dan Eliot berada di belakang dengan jarak lima meter atas perintahnya. Sedang ia dan Tuan Muda Lind memimpin, dengan duduk seperti ini dirinya dapat merasakan deru napas serta aroma ketulusan hati dari tubuh Tuan Muda Lind yang sangat pekat.
"Tuan Muda Lind."
"Hamba, Tuan Putri."
Tuan Putri Vashti memejamkan netranya sejenak, menyentuh pergelangan tangan Tuan Muda Lind yang seakan-akan memeluknya dari belakang, sebab posisi duduk yang ia minta.
"Mengapa kau menolak menikahi denganku, Tuan? Jelas-jelas krisan putih adalah mahar untuk menikahiku," ucap Tuan Putri Vashti.
Surai hitam yang semerbak harum dari Tuan Putri Vashti menyapu pipi Tuan Muda Lind. "Bagaimana bisa seorang pria dari Negeri terendah, menikahi Tuan Putri Vashti?"
"Kau sadar sedang menghina diri sendiri?"
"Tidak, Tuan Putri. Hamba hanya memperjelas siapakah hamba dan status hamba sekarang."
Tuan Putri Vashti mengangguk pelan. Pandangannya mengedar melihat sekeliling yang tiba-tiba saja tandus, aroma darah, kesengsaraan dan lain-lainnya yang membuat tenggorokannya terasa sakit. Ternyata ... seperti ini saat keluar dari perbatasan Negeri Bunga ke tempat lain.
"Tuan, boleh aku bertanya?"
"Hamba persilakan, Tuan Putri."
Netranya tiba-tiba saja berkaca-kaca mengingat ucapan Raja Vasant yang memintanya untuk lebih lama berada di Negeri Daun. "Tuan Muda Lind, apa aku terlihat sangat tidak berharga?"
"Apa yang anda katakan, Tuan Putri?"
Tuan Putri Vashti mendongak, supaya dapat menatap. Namun kejadian yang tidak terduga, membuat kedua benda kenyal itu hampir bersentuhan karena spontanitas sang Tuan Putri.
"Maafkan hamba, Tuan Putri," ujar Tuan Muda Lind.
Tuan Putri Vashti merasa bahwa hal ini adalah biasa. Kemudian ia menunduk, menatapi tangan Tuan Muda Lind yang terdapat luka di punggung tangan.
"Tuan, kau melihat sendiri bukan? Bahwa Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Ratu ingin menikahkanmu denganku. Dan jika aku bisa memohon, terimalah pernikahan ini, Tuan. Supaya ..." Tuan Putri Vashti menghela napas pelan. " ... aku bisa terbebas, dari penderitaan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
gegechan (ig:@aboutgege_)
Nikahhhhhhh
2022-02-08
2