Vashti
BAB 1
"Apa kau tahu bahwa Raja dari Kerajaan Krisan di Negeri Bunga mengadakan sayembara?"
Dari dalam kamar Tuan Muda Lind mendengar, sang anak pertama pasangan suami istri dari Negeri Daun yang mengabdikan sebagian kehidupannya untuk menjadi tabit di dataran tinggi Negeri Ranting.
"Dan imbalannya adalah menikah dengan Tuan Putri Vashti yang cantik jelita dan berbudi luhur itu. Kau pernah mendengar kabar tentang kecantikannya bukan?"
Cantik jelita dan berbudi luhur? Ah, aku pernah mendengarnya. Bahkan seluruh alam tanaman mengakui keindahan Tuan Putri Vashti yang tiada banding, batin Tuan Muda Lind dengan masih menikmati teh hijau, dengan terus menerus mendengar perbincangan para pelayan pria itu.
Dari yang di dengarnya, Negeri Bunga adalah tempat yang begitu indah, ras yang menghasilkan paras bak bidadari dan pangeran. Negeri indah itu memiliki lima Kerajaan besar. Di antaranya, Kerajaan Matahari, Kerajaan Mawar, Kerajaan Melati, Kerajaan Krisan, dan Kerajaan Teratai. Sedangkan dirinya hanya tinggal di Negeri Daun tempat terendah yang hanya di perbudak oleh Negeri Ranting saja.
Keluarga Tuan Muda Lind memiliki harta melimpah. Tetapi itu hanya dalam pandangan orang-orang Negeri Daun saja, sebab Ayah Lind adalah petinggi dari Negeri ini, yang mengatur pertemuan setiap Negeri yang ingin berkunjung. Namun tetap, seolah-olah tidak pernah di anggap ada, kalau pun teranggap, tetap saja di pandang berbeda.
"Aku dengar Pangeran ketiga dari Kerajaan Melati hendak memenangkan sayembara itu. Namun na'as gagal, karena krisannya mati terkena matahari."
Tuan Muda Lind tersenyum tipis. Bunga krisan putih memang langka, dan hanya berada di dataran tinggi. Jikalau yang mengambilnya tidak hati-hati bunga indah itu akan mati, dan jika terkena sinar matahari terlalu lama bunga itu bisa layu.
"Pelayan! Di mana Kakakku?"
Kening Tuan Muda Lind mengerut. Sepertinya itu adalah suara dari Adik perempuannya, Nona Muda Cuini yang langsung mendobrak pintu dengan tingkah tidak sopannya. "Kakak! Aku mencari Kakak ke mana-mana. Tetapi bagaimana bisa Kakak berdiam diri di kamar seperti seorang gadis?"
"Kakak sedang sakit, Cu. Tidak bisa kah kau berbicara dengan nada rendahmu?"
Nona Muda Cuini menampilkan wajah cemberutnya. Kemudian ia mengibas gaun hijau lumut berpadu putih, dan mengambil duduk tepat di depan Tuan Muda Lind.
"Bicaraku memang seperti ini. Kakak sangat tidak sopan mengomentari Nona Muda sepertiku!" ujar Nona Muda Cuini.
Salah satu alis Tuan Muda Lind terangkat. "Justru di mana sopan satunmu, Cu? Seorang Nona Muda harus bertata krama dengan baik."
"Aku berkunjung di kediaman Kakak, untuk apa bertata krama? Merepotkan!" elak Nona Muda Cuini.
Tuan Muda Lind hanya bisa menghela napas pelan. Tingkah Adik perempuan satu ini benar-benar tidak bisa di tebak. "Jadi, apa tujuanmu ke mari, Cu?"
"Kakak mendengar soal sayembara?" Nona Muda Cuini menopang dagunya dengan tangan kanan menatapi sang Kakak dengan netra yang berbinar-binar. "Dengar, bukan? Kata orang Negeri Bunga, Pangeran Ketiga dari Kerajaan Melati gagal membawa krisan putih."
"Lalu?"
"Bagaimana jika Kakak mencoba mengambil krisan putih dan membawa ke Kerajaan Krisan?"
Tuan Muda Lind menggeleng.
"Ah, kenapa Kakak?"
Tuan Muda Lind bersandar pada kursi panjangnya. "Untuk apa? Berurusan dengan orang-orang Negeri Ranting saja sudah sangat merepotkan. Sekarang kau meminta Kakak untuk berurusan dengan seorang Tuan Putri dari Negeri Bunga, Cu?"
Nona Muda Cuini mengangguk-angguk. "Iya. Itu yang aku inginkan Kakak. Apa Kakak tidak pernah mendengar orang-orang mengatakan bahwa Tuan Putri Vashti adalah gadis yang jelita dan berbudi luhur?"
"Kakak pernah mendengar."
Nona Muda Cuini bergebrak meja. "Maka dari itu Kakakku. Tuan Muda Lind yang tampan dan berhati selembut sutra serta gagah berani, tidak bisa kah kau mengabulkan keinginan Adikmu ini?"
"Tidak bisa. Keluar, Cu. Sudah malam, Kakak ingin istirahat."
Menyebalkan.
Nona Muda Cuini tiba-tiba saja merengek sekencang-kencangnya. "Kakak jahat! Kakak menyebalkan! Pembohong! Kata Kakak apa pun yang aku inginkan Kakak akan mengabulkan itu semua 'kan? Nyatanya apa? Kakak pembohong!"
"Cu, diam lah. Jangan berisik. Kediaman Adiantum sedang memiliki banyak tamu!"
Nona Muda Cuini semakin menjadi-jadi, kali ini air matanya benar-benar keluar. "Tega sekali Kakak berbicara menggunakan nada tinggi denganku! Kakak menyebalkan. Padahal aku hanya ingin ikut bertemu dengan Tuan Putri Vashti sekali saja, aku juga tidak memaksa Kakak berurusan dengan orang-orang Negeri Bunga. Bagaimana bisa Kakak memarahiku?"
Setelah mengucapkan itu dengan tergesa-gesa Nona Muda Cuini berlari, spontanitas Tuan Muda Lind bangkit hendak mengejar. Namun belum terlalu jauh ternyata Adiknya berhenti.
Menabrak seseorang 'kah? batin Tuan Muda Lind yang langsung tersadar bahwa sang Adik menabrak pendekar dari Negeri tanah.
"Apa matamu tidak berguna? Mengapa jalan tidak melihat-lihat?" sentak Nona Muda Cuini yang mana tepat saat itu kedua bahunya di sentuh oleh sang Kakak. "Lepaskan tangan Kakak dari bahuku!"
"Tuan Pendekar Moshe tolong maafkan kelalaian Adik saya yang tidak dengan benar menggunakan matanya," ujar Tuan Muda Lind.
"Apa yang Kakak bilang?" Nona Muda Cuini menatap sang Kakak. "Aku tidak menggunakan mataku dengan benar?"
"Kakak menyebalkan!" Nona Muda Cuini berganti menatap Pendekar Moshe dengan emosi. "Pendekar gila ini yang menabrakku. Dia yang berjalan sembarangan!"
"Cuini, tutup mulutmu!" sentak Tuan Muda Lind.
Mendengar bentakan sekali lagi membuat Nona Muda Cuini menangis, ia berlari meninggalkan sang Kakak dan Pendekar Moshe berdua.
"Tidak sopan," gumam Pendekar Moshe.
Tuan Muda Lind menunduk beberapa kali. "Tuan Pendekar Moshe, sekali lagi tolong maafkan Adik saya."
Tanpa berbicara apa-apa Pendekar Moshe dari Negeri Tanah itu berlalu pergi. Sejujurnya sama sekali tiada niat untuknya membuat sang Adik menangis. Namun tata krama Nona Muda Cuini benar-benar telah hilang. Bagaimana dengan tidak sopannya Cuini berteriak pada Pendekar dari Negeri tingkat pertama itu.
Tuan Muda Lind lelah. Cara melindungi diri terbaik adalah tidak berusan dengan pendekar hebat dari Negeri Tanah itu. Namun sang Adik benar-benar telah mencari masalah.
Selang beberapa menit terlihat angin membawa seiris daun hijau yang mana langsung mendarat tepat di telapak tangan Tuan Muda Lind yang terbuka. Ada pesan dari sang Ayah.
"Lind, carilah krisan putih."
Seketika daun hijau itu memudar menjadi abu. Apa maksud dari pesan sang Ayah? Mengapa harus berurusan dengan orang-orang Negeri Bunga? Bahkan dengan gamblang langsung pada keluarga Kerajaan Krisan.
Untuk apa? Jika aku berhasil. Apakah aku harus menikahi Tuan Putri itu? Tuan Muda Lind menggeleng-gelengkan kepala. Sangat tidak mungkin, kasta dari Negeri terendah tidak boleh menikahi perempuan yang lebih-lebih adalah Tuan Putri anak dari Raja Vasant Lucian.
"Tetapi jika ini tugas yang Ayahanda inginkan. Aku akan mencari krisan putih itu dan membawanya hidup-hidup ke Kerajaan Krisan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Ssky
kak maaf sedikit koreksi setelah namun kasih koma ya
semangat terus sampe tamat🤗
2022-09-11
1
mama Al
aku mampir
2022-09-05
0
Rini Antika
Aku sudah mampir ya sesuai janjiku d FB, salken dr Pengorbanan Cinta, smg berkenan mampir jg k ceritaku..🙏
2022-09-05
1