part 2

Suasana kantin sangat ramai saat ini, hanya tempat yang di duduki oleh Abizar ddk dan Tsabinna ddk sangat hening, hanya ada dentingan sendok.

"Gue duluan." ucap Syahdan memecahkan keheningan.

"Syahdan, mau kemana?" tanya Balqis.

"Kemana aja, yang gak ada lo nya!" ketus Syahdan lalu berjalan keluar kantin.

Balqis membatin. ”Sakit banget, tapi gapapa kok. Gue harus perjuangin Syahdan!”

"Gue izin ke toilet ya." izin Tsabinna lalu berlari keluar kantin.

Saat sedang berlari di koridor sekolah, sialnya dia menabrak bahu seseorang.

Bruk

"Eh sorry gak sengaja." ucap Tsabinna saat hendak melangkahkan kaki nya tangan nya di cekal oleh lelaki yang baru saja di tabraknya.

"Gue mau ngomong sama lo." ucap seseorang.

Sontak, Tsabinna, langsung mendongak dan Bam orang itu Syahdan kan?

"Em oke dimana?" tanya Tsabinna.

"Di taman belakang ayo." jawab Syahdan menarik tangan Tsabinna.

Sesampainya di taman belakang sekolah, ada rasa gugup yang menyerang Syahdan.

"Mau ngomong apa?" tanya Tsabinna jutek.

"Gue suka sama lo." ucap Syahdan.

”What, Syahdan suka smaa gue? gak boleh pokoknya! Balqis, 'kan suka sama Syahdan, gue gak boleh nikung pokoknya!” batin Tsabinna.

"Hei, Tsabinna." ucap Syahdan membuyarkan lamunan Tsabinna.

"Eh iya." balas nya sambil tersenyum kikuk.

"Jadi, lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Syahdan sambil memegang tangan Tsabinna.

"Maaf, gue gak bisa." balas Tsabinna cuek.

"Gue tau lo pasti suka kan sama gue?" tanya Syahdan.

"Gausah kepedean jadi cowok!" ketus Tsabinna lalu menghempaskan tangan Syahdan kasar.

"Lo sebenernya suka sama gue, tapi karna temen lo itu, lo jadi gak enakan?" tanya Syahdan.

"Bagus kalau lo tau!" sarkas Tsabinna.

"Kita pacaran dibelakang Balqis, aja gimana?" ucap Syahdan.

"Lo gila?!" sinis Tsabinna lalu pergi meninggalkan Syahdan sendirian.

"Jadi sebenernya lo suka juga sama, Syahdan?" ucap seseorang lalu pergi.

Bel sekolah SMA BAKTI SEMARANG telah berbunyi satu menit yang lalu, dan semua murid segera memasuki kelas nya masing masing.

"Tadi lo kemana aja, Tsa?" tanya Balqis pura pura gak tau.

"Eum anu gue itu aduh apa sih ya hehe" jawab Tsabinna bingung.

"Lo kok kayak bingung gitu?" tanya Aurel.

"Ada yang kamu sembunyiin dari kita bertiga ya, Tsa?" timpal Stevia.

"Eh nggak ada kok hehe" jawab nya sambil tersenyum kikuk.

"Guys ada gosip nih" teriak Putri.

"Apa emang gosipnya?" tanya Bobby.

"Syahdan nembak Tsabinna" ucap Putri.

"WHAT?" kaget mereka serempak.

"Tsa, gue gak nyangka lo nikung gue ternyata" ucap Balqis lalu memalingkan wajah nya.

"Gue bisa jelasin, Qis." sahut Tsabinna.

"LO TAU KAN, TSA, SEBERAPA LAMA NYA GUE SUKA SAMA SYAHDAN! LO ENAK YA TSA, SYAHDAN SAMPE KEPINCUT GITU SAMA LO, PAKE PELET APA LO?!" teriak Balqis.

"Gue gak pake begituan kok." jawab Tsabinna.

Plak

"Ini buat lo yang udah jadi MUNAFIK!" murka Balqis.

Plak

"Dan ini buat lo yang udah berani nikung sahabat lo sendiri!" bentak Balqis.

Saat hendak melayangkan tamparan untuk, Tsabinna, malah tangan dirinya yang di tahan oleh Aurel.

"Lo keterlaluan, Qis!" ketus Aurel.

"Cuma karna cowok doang, lo sampe tega nampar, Tsabinna?" sahut Stevia.

"GUE GAK MAU TEMENAN LAGI SAMA CEWEK MUNAFIK KAYAK DIA!" ucap Balqis menujuk ke arah Tsabinna.

"Dan buat kalian berdua, kalian pilih gue atau Tsabinna?" tanya Balqis.

"Qis, jangan gitu dong!" pekik Stevia.

"Gue gak bisa pilih." timpal Aurel.

"Bodo amat pokoknya lo tentuin sekarang juga!" paksa Balqis.

"Gue pilih lo, Qis." ucap Aurel menunduk.

"Gue juga, Qis." timpal Stevia.

"Oke bagus, dan buat lo yang MUNAFIK gak usah temenan sama gue lagi, PAHAM?!"teriak nya.

Sedangkan Tsabinna hanya bisa menunduk, sungguh ia membenci dirinya sendiri mengapa harus lemah karna di tinggal oleh teman yang tidak tau diri?

"Oke gue pergi." lirih Tsabinna keluar kelas tersebut.

"Tsa." panggil Aurel lalu keluar kelasnya.

"TSABINNA ARABELLA QUEENZA MAHARDIKA!" teriak Aurel di sepanjang koridor sekolah.

Sedangkan di lain tempat, Tsabinna sedang merenung, kenapa ia tidak berkata jujur bahwa dirinya tidak menyukai Syahdan.

"Gue gak suka sama, Syahdan, plis percaya gue." lirih Tsabinna menatap langit.

"Gue sama sekali gak nembak, Syahdan, tapi dia yang nembak gue." ucap Tsabinna.

Tes

"Da..darah, gak mungkin gue mimisan. gak mungkin!" elak Tsabinna lalu membersihkan hidung nya.

"Tsabinna." panggil seseorang.

Tsabinna pun mendongak untuk melihat siapa yang memanggilnya.

"Aurel." sapa Tsabinna.

Aurel hanya menatap Tsabinna bingung, mengapa cewek tomboy itu mimisan? Apa dia punya penyakit serius? Ya seperti itu lah pertanyaan yang ada di kepala Aurel.

"Lo kenapa, Tsa?" panik Aurel.

Tsabinna hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban untuk menjawab pertanyaan yang Aurel lemparkan barusan.

"Gue pergi." ucap Tsabinna lalu pergi dari taman belakang sekolah.

Aurel hanya menatap Tsabinna, sebenernya ada rasa bersalah dalam hati nya, sejujurnya dia tidak mau jika persahabatan mereka hancur hanya karena satu laki laki.

...⭐⭐⭐...

Tsabinna sedang berada di ruang BK, entah apa yang sedang dirinya lakukan sekarang.

"Tsabinna, ibu capek ngurusin murid seperti kamu." tegur bu Mira selaku guru BK.

"Apa sih, Bu." sinis Tsabinna.

"KAMU PURA PURA LUPA HAH? KAMU KENAPA BIKIN ULAH LAGI DI DALAM KELAS HAH?!" bentak bu Mira.

"Saya gak bakal diem aja kalau ada yang fitnah saya, wahai bu MIRA!" sarkas Tsabinna.

"Tapi tidak dengan cara itu, TSABINNA." gertak bu Mira.

"Kalau ibu cape ngurusin murid seperti saya, keluarkan saja saya, simple kan!" ketus Tsabinna lalu bangkit dari duduknya.

"Kenapa diem? Gak bisa jawab kan, haha kenapa ibu tidak berani mengeluarkan saya dari sekolah sialan ini?" tanya Tsabinna sambil tersenyum miring.

"Apa jangan jangan, hanya karena sekolah ini milik ayah saya jadi ibu tidak bisa mengeluarkan saya?" sambung Tsabinna.

"Tsabinna, diam kamu!" bentak bu Mira.

"Kalem aja bu, meskipun saya di keluarkan dari sekolah ayah saya, saya tidak akan menyuruh ayah untuk memecat anda!", desis Tsabinna lalu keluar begitu saja.

"Saya harus menelpon pak Leonardo."

"Hallo pak, saya Mira."

"Ada apa, Mir?"

"Tsabinna, pak."

"Kenapa lagi dengan anak saya, dia buat kegaduhan kah?"

"Dia ingin di keluarkan dari sekolahan ini."

"Apa? Ya sudah nanti saya yang akan membicarakannya dengan Tsabinna, saya tutup dulu telponnya, soalnya bentar lagi meeting."

"Baik pak."

Tutt

                                 €🦋€🦋>🦋

Sesampainya di kelas Tsabinna langsung mengambil tas miliknya lalu keluar kelas begitu saja.

"Kenapa si Binna?" tanya Alaska.

"Mana gue tau." balas Balqis cuek.

"Lah elu kan bestie nya." timpal Reza.

"Gue gak punya bestie munafik kayak dia!" sarkas Balqis.

"Lo gak boleh gitu, cuma perihal cowok aja sampe merusak persahabatan kalian." cerca Acha.

"Bodo suka suka gue." sahut Balqis.

"Qis, gue gak enak sama, Tsabinna." pekik Aurel.

"Lo kenapa sih, Rel?" tanya Balqis bingung.

"Kita udah jahat sama, Tsabinna." ucap Aurel.

"Jahat gimana?" balas Balqis heran.

"Gue tadi liat, Tsabinna, mimisan lagi." jawab Aurel.

Seketika semua murid murid kelas dua belas ipa dua melingkari tempat duduk Aurel.

"Serius lo?" tanya Bagas.

"Gue serius." jawab Aurel.

"Apa dia sakit lagi ya, Rel?" tanya Stevia panik.

"Lo inget gak sih, Qis, waktu kelas sebelas dia pernah mimisan kayak gitu?" tanya Aurel.

Balqis kembali mengingat kejadian satu tahun yang lalu. "Gue inget, Rel." pekik Balqis.

"Jadi menurut kalian gue udah jahat sama, Tsabinna?" tanya Balqis menatap murid yang lain.

"Iya, lo udah jahat!" gertak Putri.

"Cuma perihal cowok aja, lo sampe nampar dia." timpal Aletta.

"Padahal kan lo belum dengerin penjelasan dia tadi." pekik Aero.

"Huft, gue harus minta maaf." balas Balqis.

Balqis, Stevia, dan juga Aurel. Saat ini sedang berada di rumah Tsabinna.

"Tante, Tsabinna, ada?" tanya Balqis.

"Tsabinna? Tante kan gak tau baru pulang dari kantor." jawab Arafah.

"Jadi, Tsabinna, gak ada di rumah ya, Tante?" sahut Stevia.

"Tsabinna, kemana emang?" tanya Arafah.

"Pas jam istirahat pertama dia kabur dari sekolah, Tante." jawab Aurel.

"Apa! kabur? Bisa bisa nya dia kabur." ucap Arafah lalu menghela nafas panjang.

"Tante gak tau di mana anak itu berada." lirih Arafah.

"Tante gak becus ngurus anak satu juga, semua nya gara gara, Tante." sambung Arafah.

"Tante gak salah kok." pekik Stevia.

"Tante udah jadi ibu yang terbaik buat, Tsabinna." sambung Balqis

"Iya bener tuh, Tan." sahut Aurel.

"Tapi gimana kalau nanti ayah nya pulang terus, Tsabinna, belum pulang juga." ucap Arafah gusar.

"Tante, tenang ya kita bertiga bakal cari, Tsabinna, sampai ketemu." balas Aurel.

"Makasih ya, kalian baik sekali." ucap Arafah.

Mereka hanya mengangguk sambil tersenyum manis ke arah Arafah.

"Kita cari, Binna, kemana lagi?" tanya Stevia.

"Sabar, Via, kita bentar lagi pasti ketemu sama, Binna." balas Balqis.

"Gue udah ngantuk, hari juga udah makin malem banget." sahut Aurel lalu menguap lebar.

"Huft oke, besok kita lanjutin lagi ya!" ajak Balqis.

"Oke deh!" pekik Aurel

Sedangkan di lain tempat Tsabinna, hanya memandang kosong ke depan, saat ini dirinya sedang di rawat di rumah sakit. Setelah itu dokter memasuki kamar inap nya.

"Apa kamu mengidap Gagal ginjal selama setahun?" tanya Dokter tersebut memastikan.

"Be..bener, Dok." ucap Tsabinna sambil tersenyum getir.

"Dan dari hasil penelitian, kamu mengidap penyakit Leukimia atau kanker darah, kanker kamu sudah memasuki stadium dua." jelas Dokter.

"Apa, Dok?" ucap Tsabinna terkejut.

"Apa kamu ingin kemoterapi saja?" tanya Dokter.

"Tidak usah, Dok." balas Tsabinna.

"Tapi, kamu masih remaja apa kamu tidak mau sembuh dari penyakit ini?" sahut Dokter.

"Binna, gapapa kok." ujar Tsabinna sambil tersenyum kikuk.

"Yasudah, hubungi orang tua mu dulu." titah Dokter.

"Iya, Dok." cicit Tsabinna.

"Saya keluar dulu." pamit nya.

Tsabinna hanya mengangguk, dirinya tengah memikirkan nasib nya, kenapa ia memiliki penyakit yang begitu parah?

"Maafin, Binna, kalau punya salah sama Papa juga mama." lirih nya.

"Binna, harus berjuang sendirian hadapi penyakit ini, maafin aku..." tangis Binna.

"Mama, Papa, aku sayang kalian." sendu Tsabinna.

"Maafin aku gak ngomong jujur tentang penyakit aku ini."

Tsabinna cewek bar bar tingkat akut ini, banyak menyimpan luka. Gadis ini tidak pernah cerita tentang masalahnya, masalah tentang Balqis yang marah padanya hanya karena cowok.

Tsabinna sudah lama mengidap penyakit gagal ginjal, dulu saat dirinya baru menginjak kelas sebelas SMA, ia pergi ke rumah sakit terdekat, setelah tau penyakitnya.

Awalnya Tsabinna akan memberitahu tentang semua-nya ke orang tuanya. Tapi dia urungkan entah karena apa alasannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!