part 4

"Lho jadi kalian udah pada kenal hm?" tanya Leonardo

"Dia ketos sok cool di sekolah, Pa." sahut Tsabinna.

"Dia cewek langganan BK, Om." timpal Abizar tersenyum miring.

"Nyebelin banget nih cowok!" batin Tsabinna.

"Oke, jadi kalian duduk dulu ya." suruh Rorenzo.

"Baiklah jadi begini, saya sebagai orang tua dari Abizar, kami sudah menjodohkan kalian sejak masih kecil." balas Mawar sambil terkekeh.

"Jadi maksud Mama, aku di jodohin sama bocah tengil itu?" tunjuk Tsabinna ke arah Abizar.

Abizar hanya tersenyum manis, tapi ingat senyuman itu tidak ada manis manis nya di mata Tsabinna, melainkan senyum tengil.

"Iya gitu, Tsa." jawab Arafah.

"Jadi gimana Abizar, apa kamu mau menerima perjodohan ini?" tanya Rorenzo menatap putra sulungnya.

"Aku mau, Pa." jawab nya antusias.

"Kamu gimana mau kan, Tsa?" tanya Leonardo.

"Aku gak mau di jodohin sama ketos sok cool itu, Pa." sinis Tsabinna

"Abizar itu anak yang baik." sahut Arafah.

"Kalau kamu gak mau nerima perjodohan ini, semua fasilitas kamu, Papa sita paham kamu?" ketus Leonardo.

"WHAT?!" panik Tsabinna.

Semua nya melongo karena sifat aneh Tsabinna, cantik sih tapi kok kayak oon ya!

"Jadi kamu mau kan, Tsa?" tanya Leonardo memastikan.

"Iya." cicit Tsabinna sambil mengerucutkan bibirnya.

Semua yang di sana tersenyum lega mendengar jawaban dari Tsabinna.

"Tunangan kalian lima hari lagi." sahut Mawar.

"Apa gak terlalu ke cepetan ya, Tan?" tanya Tsabinna.

"Lebih cepat lebih baik bukan." timpal Leonardo tersenyum manis.

"Aku setuju sama usulan, Mama." sahut Abizar.

"Akhirnya gue di jodohin sama cewek yang gue suka, makasih banyak Ma, Pa." batin Abizar

"Udah kamu tenang aja, masalah sekolah biar Papa, yang urus okay." ucap Leonardo.

Tsabinna melamun lalu menatap Papa nya, dan berkata. "Tapi aku gak mau nikah muda, Pa." lirih Tsabinna.

"Kenapa, Tsa?" tanya Arafah.

Tsabinna hanya menggeleng, dia tidak bisa menceritakan tentang penyakitnya bukan?

"Ngomong sama Mama, kenapa hm?" tanya Arafah sambil membelai lembut rambut Tsabinna.

"Aku terima usulan, Tante." final Tsabinna sambil tersenyum tipis.

"Ya ampun makasih ya cantik, akhirnya kita jadi besan ya jeng." balas Mawar antusias.

"Oh iya jelas dong." jawab Arafah.

"Ini udah malem kita pulang aja yuk besok juga kan anak anak sekolah ya, 'kan?" sahut Leonardo.

"Iya, yuk pulang." ajak Arafah.

...****...

Selama di perjalanan pulang Tsabinna hanya melamun, memikirkan bagaimana cara nya menyembunyikan penyakit ini dari calon suami nya?

"Tsa, kamu kenapa?" tanya Arafah sambil menengok ke kursi belakang mobil.

"Nggak, Ma." balas Tsabinna.

"Kalau kamu gak setuju sama usulan tante Mawar, kita bisa omongin lagi kok iya 'kan, Pa?" ucap Arafah menyenggol siku tangan suaminya.

"Nah iya bener itu." sahut Leonardo yang masih fokus ke arah jalanan.

"Aku setuju kok, Ma." cicit Tsabinna.

Arafah hanya menggeleng melihat putri sulung nya yang akhir akhir ini terlihat aneh, seperti menyembunyikan sesuatu.

Cklek

Tsabinna langsung merebahkan tubuh nya ke kasur king size nya, dia memikirkan banyak hal.

"Gue gak mungkin terus terusan sembunyiin penyakit ini dari mereka." lirih Tsabinna.

"Awsh, sakit banget." sendu Tsabinna sambil memegang perut bagian ginjalnya.

"Please gue mohon, jangan sekarang." parau Tsabinna sambil terus merintih kesakitan.

"Gue harus cari donor ginjal kemana.." tangis Tsabinna masih memegang perut nya yang sakit.

"Gue mau tidur aja deh." putus Tsabinna lalu menarik selimut sebatas dada nya.

...****...

Pagi ini Tsabinna sudah bangun dari tidur nya, suatu keajaiban yang benar benar bukan?

"Sst, sakit!" keluh Tsabinna ketika merasakan ginjal nya sakit kembali.

"Kenapa sih gue harus punya penyakit gagal ginjal?" oceh Tsabinna.

Tsabinna melirik jam tangan nya, sekarang pukul 06 : 37. Bagaimana diri nya sekolah? Sedangkan Tsabinna sedang merasakan sakit yang amat luar biasa.

"Gue harus gimana ini." gumam Tsabinna.

Tok tok tok

"Itu pasti, Mama." ucap Tsabinna lalu membukakan pintu kamarnya.

"Hai, Ma." sapa Tsabinna.

"Hai juga, ayo sarapan dulu." ajak Arafah.

Setelah menghabiskan waktu selama sepuluh menit, sekarang Tsabinna sedang terjebak macet.

"Sakit banget.." isak Tsabinna lalu mengeluarkan obat obatan yang berada di dalam tas sekolahnya.

"Huh gue kuat." ucap Tsabinna sambil tersenyum paksa.

Beberapa menit jalanan kota Semarang, sudah tidak lagi macet Tsabinna langsung menancapkan gas mobil nya.

Setelah menghabiskan waktu selama lima belas menit akhirnya Tsabinna sudah berada di depan gerbang sekolahan milik sang papa.

”Sial gerbang nya udah di tutup lagi!” batin Tsabinna.

Tsabinna memencet klakson mobilnya beberapa kali, dan akhirnya ada satu orang cowok yang membukakan pintu gerbang tersebut. Orang itu adalah

Abizar Al Ghifari

”Ketos sok cool itu?” batin Tsabinna

"Turun lo." suruh Abizar mengetok kaca depan mobil Tsabinna.

Tsabinna menurunkan kaca mobilnya. "Males turun." balas Tsabinna cuek.

"Lo itu udah telat tujuh menit!" ketus Abizar.

"Bodo amat." sinis Tsabinna.

"Lo niat sekolah gak sih?!" sarkas Abizar.

"Ck! Ribet banget sih hidup lo." gertak Tsabinna lalu membanting keras pintu pengemudi tersebut.

"LO KALAU GAK ADA NIAT SEKOLAH GAK USAH SEKOLAH! MENTANG MENTANG INI SEKOLAHAN PUNYA PAPA LO, LO BISA SEENAKNYA HAH?!" murka Abizar dengan tangan yang sudah terkepal.

Bugh

Bugh

Tsabinna memukul wajah tampan Abizar, dirinya sudah kelewat kesal. Pasalnya Tsabinna dari tadi juga udah gak mood di tambah lagi sama si KETOS SOK COOL!

"Itu pelajaran buat lo, bibir lo itu terlalu lemes!" maki Tsabinna lalu pergi meninggalkan Abizar yang sedang merintih kesakitan.

”Sial sakit banget.” batin Abizar

Tsabinna berjalan santai di koridor sekolah, koridor saat ini sedang sepi karena sudah bel masuk kelas.

"TSABINNA!" teriak melengking seseorang.

Tsabinna mendongak menatap seseorang yang memanggilnya. Dan hap orang itu guru BK

”Shit, kenapa harus ketemu sama si Mira sih!” batin Tsabinna.

"UDAH TERLAMBAT, JALAN SANTAI DI KORIDOR SEKOLAH, KAMU MAU JADI APA HAH?!" teriak bu Mira

"Gak usah teriak, gue gak BUDEK!" ucap Tsabinna sambil menekan kata 'Budek'

"KAMU GAK SOPAN YA SAMA SAYA!" desis bu Mira.

"Lo siapa yang harus gue sopanin?" tanya Tsabinna sambil menaikan sebelah alis nya.

"SAYA GURU DISINI TSABINNA, KALAU KAMU LUPA?!" murka bu Mira.

"SAYA DISINI ANAK DARI YANG PUNYA SEKOLAHAN INI WAHAI BU MIRA, KALAU ANDA LUPA?!" ketus Tsabinna.

"NGOMONG DONG! LO GURU BK KAN?" murka Tsabinna.

"Gak usah negur gue, kalau lo gak bisa adu omong sama gue, PAHAM!" sinis Tsabinna lalu berjalan menuju kelas nya.

Bu Mira hanya menatap Tsabinna yang pergi menjauh, sambil mengelus dada nya.

Cklek

"Tsabinna, dari mana kamu?" tanya bu Putri selaku guru mapel matematika.

"Maaf telat." balas Tsabinna cuek lalu mendaratkan bokong nya di tempat duduknya.

Bu Putri menghela nafas panjang. "Ibu tanya kamu, Tsabinna." sahut bu Putri

"Apaan sih, ribet banget!" gerutu Tsabinna.

"IBU CUMA MENANYAKAN KAMU HABIS DARI MANA, TSABINNA." bentak bu Putri.

"Ibu sekali lagi ngoceh, saya laporin ke Papa saya, biar anda di pecat!" sarkas Tsabinna.

Bu Putri bungkam, dia benar benar takut kehilangan pekerjaan nya sebagai guru.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!