Pagi ini Tsabinna, telah berada di depan rumah nya. Ia bingung harus kah ia memasuki rumah yang sempat dirinya tinggali selama satu malam?
Tok tok tok
"Ya ampun non, Tsabinna." sapa bi Ainun antusias.
"Hai bi Ainun." jawab Tsabinna sambil tersenyum tipis.
"Ayo non masuk dulu." pinta bi Ainun.
"Iya bi."
Sesampainya di ruang tamu, sepi tidak ada siapa pun di sini, dan Tsabinna beralih ke ruang makan. Pemandangan pertama yang dia lihat adalah Papa dan juga Mama nya.
"Ma, Pa." panggil Tsabinna.
Leonardo dan juga Arafah langsung menengok ke arah suara tersebut, dah bam! Mereka berdua terkejut karena kehadiran putri sulung nya.
"Tsa, ini kamu nak?" tanya Arafah dengan isakan kecil.
"Iya, Ma." jawab Tsabinna tersenyum tipis.
Arafah langsung memeluk putri sulung nya itu, dia dan juga suami nya sangat khawatir saat mendengar Tsabinna kabur dari sekolah.
"Queen, kamu gapapa kan sayang?" tanya Leonardo.
"Aku gak kenapa kenapa, Pa." sahut Tsabinna.
Arafah langsung melepaskan pelukannya dengan putri sulungnya itu. "Mama, kangen sama kamu." pekik Arafah.
"Tsabinna, gak bakal kenapa kenapa, Ma." jawab Tsabinna.
"Kamu kemana aja sih, Queen?" tanya Leonardo.
"Aku nginep di rumah temen, Pa." balas Tsabinna sambil terkekeh.
"Ya ampun, Mama, sampe khawatir tau!" sarkas Arafah.
"Maaf ya, Ma." ucap Tsabinna.
"Iya gapapa, kamu kening nya panas sih?" tanya Arafah.
"Kamu sakit, Queen?" timpal Leonardo.
"Gapapa kok." balas Tsabinna sambil tersenyum kikuk.
"Kamu gak usah sekolah aja ya." pinta Arafah.
"Tap-.." ucap Tsabinna.
"Udah kamu di rumah aja oke." sahut Leonardo.
Tsabinna hanya mengangguk saja, untung juga bukan? Bisa membaca banyak novel yang belum sempat Tsabinna baca.
"Kamu kenapa kabur dari sekolah hm?" tanya Leonardo lembut.
"Aku pusing, Pa." balas Tsabinna sambil menunduk.
"Jangan nunduk cantik, nanti mahkota mu jatuh." sahut Arafah.
"Terus kenapa kamu mau di keluarin dari sekolah, Queen?" tanya Leonardo.
"Aku gak suka sama guru BK yang itu, Pa." jawab Tsabinna.
"Queen, bisa gak sih kamu sekolah yang benar!" desis Leonardo.
"Aku udah sekolah bener kok, Pa, buktinya aku selalu juara umum dari kelas sepuluh sampe sekarang." balas Tsabinna sambil memamerkan deretan gigi putih nya.
Leonardo tersulut emosi karena perkataan dari putri sulung nya. "PAPA CAPE NGURUSIN KAMU!",bentak Leonardo
"Maksud, Papa, apa ya?" tanya Tsabinna bingung.
"KAMU EMANG SELALU JUARA UMUM, TAPI BISA GAK SIH KAMU JUARA SATU TERUS, QUEEN!" murka Leonardo.
"Yang penting kan IQ aku tinggi, Pa." cicit Tsabinna sambil nyengir tanpa dosa.
Plak
"PAPA, MALU PUNYA ANAK SEPERTI KAMU?!" marah Leonardo.
"Mas, stop kamu keterlaluan!" gertak Arafah.
"Papa, nampar aku?" lirih Tsabinna yang masih mengelus pipi kanannya yang terasa seperti mati rasa.
"PAPA, CAPE NGURUSIN AKU? PAPA, JUGA MALU PUNYA ANAK KAYAK AKU?" tanya Tsabinna dengan air mata yang mengalir deras.
"AKU PUNYA SALAH APA SIH, PA?" ucap Tsabinna.
"SELAMA INI AKU UDAH NURUTIN SEMUA KEMAUAN PAPA! AKU SELALU JADI JUARA UMUM, APA ITU BELUM BISA BIKIN PAPA BANGGA KE AKU?" sendu Tsabinna lalu berlari menuju kamarnya.
Brak
Tsabinna membanting kasar pintu kamarnya, dia tidak peduli jika harus kena amukan dari sang papa.
"PAPA, CAPE NGURUSIN KAMU!"
"KAMU EMANG SELALU JUARA UMUM, TAPI BISA GAK SIH KAMU JUARA SATU TERUS, QUEEN!"
"PAPA MALU PUNYA ANAK SEPERTI KAMU!"
"gue benci gue benci!" tangis Tsabinna.
Prang
Tsabinna, memecahkan bingkai foto dirinya dan kedua orang tua nya.
Tes
Darah dari hidung Tsabinna keluar kembali, harus kah Tsabinna menyerah menghadapi penyakit mematikan ini sendirian?
"Argh darah sialan!" murka Tsabinna sambil menarik rambut nya frustasi.
"Gue bakal sembunyiin semua penyakit gue!"
Sedangkan di lain tempat, yaitu di halaman belakang rumah. Leonardo sedang melamun memikirkan perkataan anaknya barusan, apakah dia terlalu kasar?
"Gak seharus nya gue kayak gitu ke anak sendiri, maafin, Papa, sayang." lirih Leonardo.
"Minta maaf sana sama, Queen." titah Arafah lalu pergi menuju ke dapur.
Setelah itu Leonardo benar benar pergi ke kamar anaknya, untuk meminta maaf atas perkataan nya barusan.
Tok tok tok
"Queen!" panggil Leonardo.
"Queen, buka dong pintu nya." pinta Leonardo.
"Papa, dobrak ya."
Cklek
Kini terlihat Tsabinna yang begitu acak acakan, rambut sudah seperti singa, kamar berantakan seperti kapal pecah, mata sembab, hidung merah dan bibir yang terlihat begitu pucat.
"Queen, kamu sakit?" tanya Leonardo.
Tsabinna tidak menjawab, dirinya hanya menatap lurus ke depan.
"Maafin, Papa, maaf sayang." lirih Leonardo yang langsung mendekap putri satu satu nya itu.
Tsabinna tidak membalas pelukan sang Papa, ia hanya mematung.
"Mau maafin, Papa, kan?" tanya Leonardo.
Lagi dan lagi tidak ada jawaban yang Tsabinna lontar kan. Sebenci itukah anak nya terhadap diri nya? Lalu apa yang harus Leonardo lakukan agar putri sulungnya seperti dulu lagi.
Sekarang tidak ada lagi Tsabinna yang ceria, Tsabinna yang bar bar bahkan nakal tingkat akut. Sekarang hanya ada Tsabinna yang dingin, bahkan tak tersentuh.
Ada apa dengan putrinya ini? Apakah dia depresot ralat depresi?
"Tsa." panggil Leonardo.
"Pergi!" titah Tsabinna dingin.
"Tapi kamu belum maafin, Papa." jawab Leonardo.
"AKU BILANG PERGI YA PERGI!" bentak Tsabinna lalu menutup pintu kamar nya dengan kasar.
"Maafin Papa, nak." sendu Leonardo.
"Gimana, Tsabinna, mau maafin kamu?" tanya Arafah yang sedang membawa nampan berisi makanan dan juga susu kotak kesukaan Tsabinna.
Leonardo menghela nafas panjang lalu mengusap wajah nya dengan kasar. "Tsabinna, gak mau maafin aku." lirih Leonardo sambil menunduk.
"Biar aku yang ngomong sama, Queen." sahut Arafah.
Cklek
"Tsabinna, makan dulu ya." pinta Arafah.
"Ma, emang aku punya salah apa sih sama, Papa?" tanya Tsabinna yang sedang menunduk.
"Queen, gak salah kok maafin, Papa, ya sayang." pinta Arafah.
"Pipi aku sakit, Ma, batin aku juga sakit." lirih Tsabinna.
"Mama, tau kan kalau aku bukan tipe cewek kuat kalau di bentak sama siapa pun itu." sambung Tsabinna.
Arafah tidak kuat lagi mendengarkan keluh kesah anak nya ini, ternyata putri satu satu nya ini banyak menyimpan luka sendiri.
Arafah memeluk Tsabinna. "Tadi itu, Papa, gak sengaja sayang." ucap Arafah yang sedang mengelus rambut anak nya itu.
"Papa, jahat, Ma." adu Tsabinna.
Dibalik pintu kamar Leonardo mendengarkan semua keluh kesah sang anak hingga menyebabkan hati nya teriris dan dihantui rasa bersalah yang amat besar.
...⭐⭐⭐...
"Kamu mau kan maafin, Papa?" tanya Arafah.
Tsabinna hanya menggeleng tanpa berminat untuk menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh sang Mama.
"Kenapa sayang?" tanya Arafah sambil memperhatikan putri sulung nya.
"Papa jahat, Ma." cicit Tsabinna.
"Kamu mau jadi anak durhaka hm?" balas Arafah.
"Gak mau, Ma." jawab Tsabinna mengerucutkan bibir nya.
"Makanya maafin ya sayang." pinta Arafah.
"Iya, Ma." jawab Tsabinna sambil tersenyum simpul.
"Ayo ke bawah maafin, Papa mu." ajak Arafah.
"Ayo." balas Tsabinna antusias.
Saat ini Tsabinna melihat sang Papa, yang sedang melamun manik mata nya terus mengeluarkan air mata. Tsabinna benar benar menyiksa Papa nya.
"Papa." panggil Tsabinna dengan senyuman manis nya.
"Tsabinna, ini kamu?" tanya Leonardo antusias.
"Iya, aku udah maafin, Papa." sahut Tsabinna
"Makasih sayang." ucap Leonardo sambil memeluk tubuh mungil Tsabinna.
"Sama sama, Papa." balas Tsabinna.
Cup
Cup
Tsabinna mengecup singkat kedua kelopak mata sang Papa, hingga membuat Leonardo terkejut.
"Kamu cium, Papa?" ucap Leonardo gelagapan.
Tsabinna terkekeh. "Biar, Papa gak nangis lagi."
"Sayang Queen banyak banyak." sahut Leonardo sambil terus menciumi rambut putri nya tersebut.
"Udah ih geli, Pa." jawab Tsabinna.
"Oh iya, Papa mau ngomong serius sama kamu." pekik Leonardo.
"Ngomong aja, Pa." balas Tsabinna.
"Jadi Papa sama Mama, bakal jodohin kamu". ucap Leonardo menatap putri sulung nya.
Uhuk
Tsabinna yang sedang minum keselek, apa tadi papa nya ngomong apa? di jodohkan?
Omo gak mau pokoknya!
"APA? PAPA SAMA MAMA MAU JODOHIN, TSABINNA?!" teriak Tsabinna sambil berdiri dari duduk nya.
"Iya lagian mau sampai kapan kamu jadi cewek nakal, Binna." sahut Arafah.
"Papa, juga udah pusing dapet surat dari sekolah terus, mungkin dengan cara menjodohkan kamu dengan anak dari rekan bisnis Papa, mungkin itu jalan terbaik buat kamu." timpal Leonardo.
"Tap---" ucap Tsabinna.
"Gak ada tapi tapian, malem ini kita makan di cafe buat ketemu sama calon suami kamu." final Leonardo.
"Eum iya deh, Pa." pasrah Tsabinna.
Malam ini tepat jam delapan malam, Tsabinna sedang mempercantik wajahnya dengan ber make up, sebenernya Tsabinna sih pengen nolak tapi kasian sama orang tua nya jadi ya dia terpaksa menerima perjodohan ini.
"Huft gue gak mau nikah, gue punya penyakit yang bener bener bikin gue down." lirih Tsabinna.
"Tsabinna, udah belum nak." teriak Arafah di balik pintu kamar pintu nya.
"Ini udah kok, Ma." sahut Tsabinna lalu membuka kan pintu kamarnya.
"Subhanallah, cantik banget sih." kagum Arafah saat melihat Tsabinna yang lebih cantik dari hari biasa nya.
"Hehe bisa aja, Ma." malu Tsabinna.
"Mentang mentang mau ketemu sama calon suami, kamu jadi cantik gini deh pangling Mama, ke kamu." sahut Arafah.
"Ah nggak juga Ma, ayo kita ke bawah." ajak Tsabinna.
Setelah menghabiskan waktu dua puluh menit perjalanan, akhirnya keluarga bermarga Mahardika itu sudah sampai di cafe tujuan.
"Duduk dulu sayang. Temen Papa, belum dateng." suruh Leonardo.
"Iya, Pa."
Beberapa menit menunggu kehadiran sahabat Leonardo, akhirnya mereka datang juga.
"Rorenzo, apa kabar lo?" sapa Leonardo.
"Baik bro, ini anak lo?" tanya Rorenzo.
"Iya, gimana cantik kan?" sahut Leonardo.
"Wah gak salah gue dapet mantu bening kayak anak lo, iya gak sayang?" tanya Rorenzo kepada sang istri.
Tsabinna hanya tersenyum menanggapinya. "Om, bisa aja." jawab Tsabinna.
"Jeng ini anak lo?" tanya Mawar.
"Iya lah, cantik yaa?" ucap Arafah.
"Beuh gila, pangling gue." balas Mawar.
"Ayo kalian kenalan dulu." suruh Leonardo.
"Perkenalkan saya Mawar Suseno Ghifari." sapa Mawar lalu mengulurkan tangannya kearah Tsabinna.
"Ghifari nama marga keluarga nya ya? Kok gue kayak gak asing sama nama itu." batin Tsabinna
Tsabinna menerima uluran tangan tersebut sambil tersenyum manis. "Perkenalkan nama saya Tsabinna Arabella Queenza Mahardika." ujar Tsabinna dan langsung dibalas anggukan oleh tante Mawar.
"Perkenalkan nama om, Rorenzo Adipati Ghifari." ucap Rorenzo.
"Iya om, saya Tsabinna Arabella Queenza Mahardika." balas Tsabinna.
"Beuh nama nya panjang ya, jeng." sahut Mawar.
Arafah hanya tersenyum. "Iya lah harus panjang!" desis Arafah.
"Hebat ya bro, bibit lo unggul banget anjir." heboh Rorenzo
Leonardo hanya tersenyum penuh kebanggaan. "Anak lo mana?" tanya Leonardo.
"Bentar lagi nyampe kok." timpal Mawar.
"Maaf aku telat." ucap seseorang.
Tsabinna mendongak melihat pria di samping tante Mawar.
Dan BAM! ITU ABIZAR?
Mata mereka bertemu, dan Tsabinna buru buru memutuskan kontak mata nya.
"Abizar." ucap Tsabinna.
"Tsabinna." ucap Abizar.
"Lho jadi kalian udah pada kenal hm?" tanya Leonardo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments